Selain Uang, Preman di Tanjung Priok Juga Minta Aki Hingga Ban Serep kepada Sopir Truk Kontainer

Ketua Umum Kamselindo Kyatmaja Lookman mengatakan, pihaknya belum mengetahui apakah praktik tersebut melibatkan anggota berseragam atau tidak.

Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung menelepon Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, setelah mendengar keluhan para sopir kontainer di perbatasan Dermaga JICT dan Terminal Peti Kemas Koja, Kamis (10/6/2021). 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Asosisasi pengusaha truk yang tergabung dalam Keamanan dan Keselamatan Indonesia (Kamselindo) mengungkapkan, pungutan liar atau pungli di Pelabuhan Tanjung Priok merupakan ulah preman.

Ketua Umum Kamselindo Kyatmaja Lookman mengatakan, pihaknya belum mengetahui apakah praktik tersebut melibatkan anggota berseragam atau tidak.

"Perilaku pungli ini preman, Pak."

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di Jakarta, Tempat Tidur di RSDC Wisma Atlet Kemayoran Ditambah 12.116 Unit

"Kalau mengenai keterlibatan oknum, kami kurang paham ya," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews, Senin (14/6/2021).

Kyatmaja menjelaskan, preman tersebut biasanya memalak barang-barang dari sopir truk, mulai dari uang hingga handphone (HP).

"Sopir-sopor ini kasihan, berapa sih penghasilannya sehari?"

Baca juga: Rizieq Shihab Seret Nama Ahok Hingga Diaz Hendropriyono, JPU: Jangan Koar-koar Tanpa Dalil Kuat

"Biasa modusnya bisa mulai dari minta uang secara paksa, HP, aki, atau bahkan ban serep," ungkapnya.

Jumlah pungutan ilegal yang dilakukan cukup besar, mencapai jutaan rupiah hanya dari satu sopir truk.

"Kalau uang bisa ratusan ribu."

"Lalu, HP ya kira-kira Rp 1 jutaan, aki bisa Rp 1,5 juta, dan Rp 3 juta untuk ban serep," beber Kyatmaja.

Ogah Terima Rp 5.000

Ahmad Zainul Arifin (39) ditangkap jajaran Polres Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (11/6/2021) malam.

Saat ditangkap, Zainul sedang bekerja sebagai pengawas operator crane.

Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok AKBP Putu Kholis mengatakan, penangkapan kali ini lanjutan dari sebelumnya, di mana ada tujuh orang yang ditangkap terkait praktik pungutan liar.

Baca juga: Kasus Covid-19 Naik 8 Ribu Lebih Dua Hari Terakhir, Satgas Bilang Belum Ada Bukti karena Varian Baru

“Satu tambahan tersangka atas inisial AZH bekerja sebagai koordinator pengawas atau supervisor dari tujuh pelaku yang telah kami tahan sebelumnya,” ungkap Putu, Sabtu (12/6/2021).

Zainul yang tercatat sebagai seorang karyawan outsourcing dari PT MTI, merupakan supervisor yang bertugas jadi pengawas operator crane, dan mengetahui adanya pungli tersebut.

“Mereka melakukan kegiatan mengoperasikan crane untuk memindahkan kontainer, dan pada saat itu kita lakukan tindakan mereka sedang bertugas saat itu,” jelas Putu.

Baca juga: Pasien di Wisma Atlet Naik 359 Persen, Satgas Penanganan Covid-19: Gawat dan Alarm Keras

Saat memberikan pelayanan bongkar muat kontainer, setiap sopir truk harus menyerahkan sejumlah uang kepada mereka yang ditangkap, saat bertugas pada malam hari.

“Bervariasi, kalau Rp 5.000 mereka menolak."

"Jadi pengemudi truk harus menunjukan uang Rp 10 ribu dan Rp 20 ribu,” ungkapnya.

Baca juga: Megawati: Saya Sudah Kenyang, Jadi Presiden Udah, Anak Presiden Udah, Alhamdulillah

Berdasarkan hasil pengungkapan delapan orang tersebut, uang yang bisa disita dari mereka sebesar Rp 2 juta.

Sejauh ini belum ada keterlibatan dari manajemen, karena dari hasil pemeriksaan, uang itu dibagikan untuk tim mereka sendiri pada akhir penugasan, yang dikumpulkan dan dibagikan saat itu juga.

“Hasil pemeriksaan kami sudah cukup lama."

Baca juga: Ini Isi Lengkap Usulan Revisi Pasal-pasal Karet di UU ITE, Sebarkan Berita Bohong Bisa Dibui 6 Tahun

"Dan pelaku ini modusnya berubah berubah,” ucapnya.

Sebelumnya, pelaku pungutan liar (pungli) yang ditangkap terkait keluhan para sopir truk kontainer kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), bertambah menjadi 49 orang, dari sebelumnya 24 orang.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, pihaknya telah mengamankan puluhan pelaku pungli, tak lama setelah keluhan sopir truk disampaikan kepada Jokowi.

Baca juga: Jokowi Langsung Telepon Kapolri Usai Sopir Kontainer Curhat Dipalak, Siap! Jawab Jenderal Listyo

"Yang kami amankan ini total ada 49 orang, di situ perannya masing-masing dengan kelompok masing-masing," kata Yusri di Mapolres Metro Jakarta Utara, Jumat (11/6/2021).

Yusri menceritakan, 49 pelaku pungli tersebut sebagian besar ditangkap jajaran Polres Metro Jakarta Utara, di mana 28 orang di antaranya dari dua perusahaan, yakni PT DKM dan PT GFC.

Sementara 14 pelaku lainnya adalah mereka yang tertangkap tangan melakukan pungli di jalanan di sekitaran Pelabuhan Tanjung Priok.

Baca juga: Ditemui Jokowi, Sopir Kontainer di Tanjung Priok Curhat Kerap Ditodong Preman Saat Lalu Lintas Macet

"Kemudian juga dari Polsek Cilincing enam pelaku, dan Polsek Tanjung Priok ada delapan pelaku," ungkap Yusri.

Tidak ketinggalan, aparat dari Polres Pelabuhan Tanjung Priok menangkap tujuh pelaku pungli di dalam kawasan Jakarta International Container Terminal (JICT).

Setelah ditangkap, puluhan pelaku tersebut lalu diamankan ke Mapolres Metro Jakarta Utara dan Mapolres Pelabuhan Tanjung Priok, untuk diproses lebih lanjut.

Baca juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19 RI 10 Juni 2021: Dosis Pertama 19.211.433, Suntikan Kedua 11.488.917 Orang

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung menelepon Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, setelah mendengar keluhan para sopir kontainer di perbatasan Dermaga JICT dan Terminal Peti Kemas Koja, Kamis (10/6/2021).

Para sopir tersebut mengeluhkan banyaknya pungutan liar alias pungli, dan premanisme di sekitar pelabuhan.

Awalnya, Presiden mendengarkan curhatan para sopir mengenai kendala kerja di saat pandemi seperti sekarang ini.

Baca juga: Haris Azhar: Kalau Presiden dan Wapres Tidak Boleh Dihina, Nanti Profesi Lain Juga Minta

Saat mendengar adanya beberapa sopir yang mengeluhkan maraknya pungli dan premanisme, Presiden lantas memanggil ajudannya, Kolonel Pnb Abdul Haris.

Presiden meminta ajudannya itu menghubungi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melalui telepon.

Saat telepon tersambung, Presiden langsung meminta Kapolri menyelesaikan masalah tersebut.

Baca juga: Tuding Wali Kota Bogor Bima Arya Bohong, Rizieq Shihab Beberkan 10 Poin Ini Saat Bacakan Pleidoi

"Pak Kapolri selamat pagi," sapa Presiden.

"Siap, selamat pagi Bapak Presiden," jawab Kapolri di ujung telepon, dikutip dari Sekretariat Presiden.

"Enggak, ini saya di Tanjung Priok, banyak keluhan dari para driver kontainer yang berkaitan dengan pungutan liar di Fortune, di NPCT 1, kemudian di Depo Dwipa."

Baca juga: Ikut Komentari TWK Pegawai KPK Saat Bacakan Pleidoi, Rizieq Shihab: Balas Dendam Neo PKI?

"Pertama itu," jelas Presiden.

"Siap," jawab Kapolri.

"Yang kedua, juga kalau pas macet itu banyak driver yang dipalak preman-preman."

Baca juga: Ditemui Jokowi, Sopir Kontainer di Tanjung Priok Curhat Kerap Ditodong Preman Saat Lalu Lintas Macet

"Keluhan-keluhan ini tolong bisa diselesaikan. Itu saja Kapolri," ujar Presiden,

"Siap Bapak," jawab Kapolri.

Presiden mengatakan, dirinya sudah menangkap situasi yang ada dan apa yang diinginkan oleh para sopir kontainer.

Baca juga: Kabar Duka, Istri Menkumham Yasonna Laoly Meninggal Dunia di RS Medistra

Presiden juga menegaskan dirinya akan terus mengikuti proses ini sehingga keluhan-keluhan yang disampaikan bisa diselesaikan.

"Perintahnya ke Kapolri biar semuanya jelas dan bisa diselesaikan di lapangan."

"Nanti akan saya ikuti proses ini."

Baca juga: Tito Karnavian Jelaskan Alasan KPU Usulkan Pemilu 2024 Digelar Bulan Februari, Belum Disepakati

"Kalau keluhan-keluhan seperti itu tidak diselesaikan, sudah pendapatannya sedikit, masih kena preman, masih kena pungli, itu yang saya baca di status-status di media sosial."

"Keluhan-keluhan seperti itu memang harus kita selesaikan dan diperhatikan," paparnya.

Sebelumnya, sebuah cuitan berisi video curhat seorang sopir kontainer sempat viral di Twitter.

Baca juga: Menkumham: Kalau Enggak Sepakat TWK, Uji Saja di Pengadilan, Daripada Ribut Politiknya, Capek

Dalam video yang diunggah ulang oleh akun @ferry_kdg di Twitter itu, sopir minta perhatian ke Presiden Jokowi untuk menertibkan tiga depo, yaitu Fortune, Dwipa, dan New Priok Container Terminal One (NCPT 1).

"Andai saja statusku dibaca oleh Pak Presiden, saya tidak minta apa-apa tidak minta uang, tidak minta mobil, tidak minta kekayaan ke Pak Presiden."

"Cuma satu tolong bubarkan Depo Fortune, NPCT 1, sama Depo Dwipa," demikian rintihan sopir dalam video tersebut.

Baca juga: 52,4 Persen Kasus Covid-19 di Indonesia Ada di Pulau Jawa

Sopir tersebut juga merasa kemacetan parah di Tanjung Priok telah berdampak pada pendapatan dan nafkah yang ia berikan ke keluarga.

Demikian juga dengan pungli yang kerap dilakukan oleh sejumlah depo kontainer.

"Tolong pak, saya mohon tolong dengan sangat hormat saya ke Pak Presiden, sakit pak dimarahin istri terus, pulang enggak pernah bawa duit."

Baca juga: Keberatan Bosnya Dibilang Masih Lama Jadi Presiden, Politikus Demokrat Minta Yasonna Cabut Ucapan

"Jalannya macet mulu, sama itu bertiga (depo), enggak G Fortune ya Dwipa, ya NPCT 1 pak."

"Sakit pak, setoran banyak, order banyak tapi gak _muter_, karena mandek jalannya Pak."

"Saya mohon Pak tolong dengarkan keluhan _driver_ Tanjung Priok pak," ujar sopir dalam narasi video yang telah dicuit ulang sebanyak 4.165 kali dan disukai 8.846 kali itu.

Kerap Ditodong Preman Saat Lalu Lintas Macet

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu sejumlah sopir kontainer di perbatasan Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) dan Terminal Peti Kemas Koja, Jakarta Utara, Kamis (10/6/2021).

Presiden menemui para sopir usai meninjau pelaksanaan vaksinasi Covid-19 massal di sejumlah pelabuhan di Jakarta.

Presiden bertemu para sopir yang duduk rapi di satu sudut, di antara kontainer yang bertumpuk di perbatasan Dermaga JICT dan Terminal Peti Kemas Koja.

Baca juga: Hendardi Nilai Komnas HAM Terpancing Irama Genderang yang Ditabuh 51 Pegawai KPK Tak Lulus TWK

"Pagi hari ini saya senang bisa bertemu dengan Bapak-Bapak semuanya."

"Saya mendapatkan keluhan yang saya lihat dari media sosial."

"Terutama driver banyak yang mengeluh karena urusan bongkar muat," ujar Presiden mengawali dialog.

Baca juga: Rizieq Shihab: Kasus Saya Bagian dari Operasi Intelijen Hitam Berskala Besar, Balas Dendam Oligarki

Presiden sengaja menyempatkan diri bertemu para sopir kontainer, untuk mendengar langsung keluhan yang mereka alami, terutama soal pungutan liar (pungli).

Presiden berpandangan seharusnya para sopir kontainer merasa nyaman saat bekerja, terutama di tengah situasi sulit akibat pandemi Covid-19.

"Driver mestinya merasa nyaman semuanya."

Baca juga: Sebelumnya Ditanggung BNPB, Kini Biaya Isolasi Mandiri Pasien Covid-19 Bakal Dibebankan ke Pemda

"Jangan sampai ada yang mengeluh karena banyaknya pungutan."

"Itu yang mau saya kejar, kalau ada, silakan," ucapnya.

Agung Kurniawan, seorang sopir kontainer, lantas mengacungkan tangan dan menyampaikan keluh kesahnya selama menjadi sopir kontainer.

Baca juga: Dituntut 6 Tahun Penjara, Rizieq Shihab: Terlalu Sadis dan Tidak Bermoral

Pria kelahiran Ngawi, 38 tahun silam ini menjelaskan, para sopir kontainer kerap menjadi sasaran tindak premanisme.

"Begitu keadaan macet, itu di depannya ada yang dinaiki mobilnya."

"Naik ke atas mobil bawa celurit atau nodong begitu, itu enggak ada yang berani menolong, Pak."

Baca juga: Pasien Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran Tembus 40,69 Persen, Terbanyak dari Cilangkap dan Ciracas

"Padahal itu depan, belakang, samping, kanan itu kan kendaraan semua, dan itu orang semua, dan itu sangat memprihatinkan."

"Karena dia takut, kalau posisinya nanti dia membantu, preman-preman itu akan menyerang balik ke dirinya."

"Maka dia lebih memilih tutup kaca, dan itu memprihatinkan sekali begitu, Pak," ungkap Agung.

Baca juga: Ungkit Djoko Tjandra, Rizieq Shihab Bilang Jaksa Jadikan Kasus Prokes Lebih Jahat Ketimbang Korupsi

Hal ini diamini oleh rekannya sesama sopir kontainer, Abdul Hakim, yang menyebut kemacetan merupakan penyebab para preman bisa leluasa menjalankan aksinya.

"Kalau mungkin lancar, ini mungkin tidak ada, Pak."

"Jadi ini kendala kita ini kemacetan aslinya, Pak."

Baca juga: Lonjakan Pasien Covid-19 Bikin Ambulans Antre di Wisma Atlet, Tower 4 Kembali Dibuka

"Jadi kami mohon kepada Bapak Presiden, bagaimana solusi ini ke depannya, kami."

"Karena kami, Pak, sakit hati sebenarnya, Pak kalau dibilang sakit hati."

"Saya kira begitu. Tidak ada kenyamanan untuk sopir kami, sopir-sopir yang mengemudi di Tanjung Priok," keluh Abdul.

Baca juga: Rizieq Shihab Pernah Bertemu Budi Gunawan dan Tito Karnavian di Arab Saudi, Hasilkan Kesepakatan Ini

Selain soal premanisme, Abdul Hakim juga menceritakan soal banyaknya pungutan liar di sejumlah depo.

Depo adalah tempat meletakkan kontainer yang sudah dipakai atau mengambil kontainer yang akan dipakai shipping line.

Menurutnya, para karyawan depo sering meminta imbalan berupa uang tip agar laporannya bisa diproses segera.

Baca juga: Pegawai KPK Tak Lolos TWK Serahkan 31 Bukti, Minta MK Kasih Putusan Sebelum November 2021

"(Mereka) itu meminta imbalan lah, kalau enggak dikasih kadang diperlambat."

"Itu memang benar-benar, seperti Fortune, Dwipa, hampir semua depo rata-rata, itu Pak."

"Yang sekarang itu yang saya perhatikan itu yang agak-agak bersih cuma namanya Depo Seacon dan Depo Puninar, agak bersih sedikit."

Baca juga: Haris Azhar: Tidak Ada Pasal Penghinaan Presiden Saja Sudah Banyak yang Ditangkap, Apalagi Nanti Ada

"Lainnya hampir rata-rata ada pungli, Pak," beber pria berusia 43 tahun tersebut.

"Jadi contoh, Pak."

"Kita kan bawa kontainer nih, kosongan lah atau pun mau ambil (dalam keadaan) kosongan."

Baca juga: Golkar Bilang Airlangga Tak Punya Musuh dan Banyak Teman, Mudah Dipasangkan dengan Siapa Saja

"Nah, kita laporan, kan. Diambillah. Itu harus ada uang tip, ia bilang 'Boleh, ya?' atau lima ribu."

"Paling kadang-kadang Rp 15 ribu, ada yang Rp 20 ribu."

"Itu, kalau enggak dikasih, ya masih dikerjakan cuma diperlambat."

Baca juga: Dukung Firli Bahuri Tak Gubris Komnas HAM, Politikus NasDem: Di KPK Banyak yang Punya Agenda Pribadi

"Alasannya, 'Yang sana dulu, yang ada duitnya' katakan saya begitu, tapi kalau mereka itu enggak mau ngomong, Pak."

"Jadi begitu kira-kira, Pak pungli di dalam depo itu, Pak," bebernya. (Yanuar Riezqi Yovanda)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved