Vaksinasi Covid19

Jadi Relawan Vaksin Nusantara, Siti Fadilah Supari Dukung Terawan Agar Tak Putus Asa

Dukungan diberikan Siti sebagai bentuk kepedulian terhadap Terawan yang merupakan temannya.

WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menjadi relawan uji klinik fase II vaksin Nusantara, untuk mendukung dokter Terawan Agus Putranto. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mendukung dokter Terawan Agus Putranto mengembangkan vaksin Nusantara.

Dukungan diberikan Siti sebagai bentuk kepedulian terhadap Terawan yang merupakan temannya.

Terawan yang kini dihujani berbagai kritik lantaran melaksanakan uji klinik fase II vaksin Nusantara tanpa izin dari BPOM, menurut Siti, sangat membutuhkan dukungan agar tidak putus asa.

Baca juga: Rizieq Shihab Raih Gelar Phd dari USIM, Kuasa Hukum: Terima Kasih Polri

"Saya itu mendukung dia (Terawan), supaya dia tidak putus asa."

"Saking menghadapi perlawanan yang sedemikian keras, saya sebagai temannya memberikannya dukungan," ujar Siti saat berbincang dengan Tribun Network, Jumat (16/4/2021) malam.

Siti mengungkapkan, tidak ada seorang pun yang memintanya menjadi relawan uji klinik fase II vaksin Nusantara yang berlangsung di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (14/4/2021).

Baca juga: Tonjolkan Politik Identitas, PAN Ogah Ikut Wacana Poros Islam di Pemilu 2024

Mantan Menkes era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menjadi relawan atas keinginannya sendiri.

Siti mengaku hanya ingin mengetahui hasil penelitian Terawan, yang mencoba menggunakan sel dendritik untuk memperbaiki imun tubuh manusia agar terhindar dari Covid-19.

"Aku ikut jadi relawan, itu saya sendiri yang minta, karena saya pengin tahu."

Baca juga: Yusril Setuju Wacana Poros Islam di Pemilu 2024, PBB Bakal Aktif dalam Pertemuan Selanjutnya

"Saya ikut itu memang karena saya pengin tahu, hasilnya seperti apa," ucap Siti Fadilah.

Menurut Siti, Terawan yang berusaha menggunakan metode dendritik autolog untuk meningkatkan kekebalan manusia terhadap Covid-19, merupakan sebuah inovasi.

"Kalau ini biasanya untuk kanker, kemudian dia punya inovasi, barangkali bisa untuk Covid-19."

Baca juga: Mahal dan Tak Fleksibel, Epidemiolog Sebut Vaksin Nusantara Tak Cocok di Situasi Pandemi Covid-19

"Dia (Terawan) punya pendapat begitu ya kita tidak tahu."

"Dia mungkin belum cerita dengan orang banyak kenapa dia bisa berpikir begitu, atau itu disimpan atau bagaimana," sambung Siti.

Siti memastikan akan mengikuti penelitian sel dendritik Terawan sampai akhir.

Baca juga: Kompolnas: Dua Polisi Tersangka Penembak Anggota FPI Harus Jalani Proses Pidana dan Kode Etik

"Maka itu saya pengin tahu banget (hasil penelitian Terawan), makanya saya ikut jadi relawan."

"Karena pengin banget ikutin dia sampai mentok, sampai keluar hasilnya seperti apa," ujar Siti.

"Seorang peneliti itu tidak tergantung dengan hasil, yang kita lihat adalah prosesnya."

Baca juga: MK Batalkan Kemenangan Bupati Terpilih Sabu Raijua, KPU Segera Gelar Pemungutan Suara Ulang

"Proses kita harus betul dan benar. Ikuti kaidah-kaidah yang benar."

"Makanya saya ikut karena saya ingin tahu, kaidah-kaidahnya benar tidak ya," sambungnya.

Siti Fadilah mengungkapkan, sebelum vaksinasi, dirinya beserta para relawan lain mendapat briefing dan penjelasan tentang vaksin Nusantara.

Baca juga: Vaksin Nusantara Dikembangkan di AS dan Diuji Coba di Indonesia, Satgas Minta Koordinasi dengan BPOM

"Kemarin saya datang, kemudian diberikan briefing, petunjuk-petunjuk yang jelas banget," ungkap Siti.

Dari penjelasan itu Siti mengetahui vaksin Nusantara menggunakan metode dendritik autolog yang dipaparkan dengan antigen protein S dari Covid-19.

Pada prinsipnya, kata Siti, vaksin berarti memasukkan virus atau bagian dari virus ke dalam tubuh manusia.

Baca juga: OPM Klaim Ada Prajurit TNI Gabung TPNPB, Ikut Serang Pos Militer dan Tembak Tiga Tentara

"Tapi punya Pak Terawan itu tidak memasukkan virus maupun bagian dari virus ke tubuh kita," jelasnya.

Siti menceritakan, setelah mendapat penjelasan tentang vaksin Nusantara, dia mengisi data diri dan juga menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan.

Setelahnya, darah Siti diambil sebanyak 44 CC.

Baca juga: KKB Papua Tembak dan Bacok Pelajar Hingga Tewas, Awalnya Disuruh Beli Rokok dan Pinang

"Sudah diambil darahnya 44 CC. Kemudian darah itu diproses, diambil sel-sel darah saya."

"Sel dendritik saya diambil dari darah saya tersebut, dipisahkan," tutur Siti.

Sel dendritik adalah sel imun yang akan mengajarkan sel-sel lain untuk memproduksi antibodi.

Baca juga: Kakorlantas Polri Ralat Ucapannya Bolehkan Mudik Sebelum 6 Mei, yang Curi Start Bakal Dikarantina

Mulanya sel dendritik Siti yang telah diambil itu dikenalkan dengan Covid-19.

"Setelah terpisah, sel dendritik saya ini diadu dengan virus Covid-19," terang Siti.

Setelah proses itu, sel dendritik akan diinjeksikan kembali ke dalam tubuh, untuk memicu sel-sel imun lain membentuk sistem pertahanan memori terhadap Covid-19.

Baca juga: Wacana Poros Partai Islam, Loyalis Amien Rais: Di Pemilu 2024 Partai Ummat Lawan PDIP

"Setelah diadu, maka dendritik saya jadi pintar untuk melawan Covid-19 itu."

"Sehingga setelah dia pintar, pada hari ketujuh dikembalikan lagi ke tubuh saya."

"Jadi saya tidak dimasukkan apa-apa kan?"

"Jadi sel dendritik saya itu yang akan disuntikkan ke saya pada hari ke delapan nanti," bebernya. (Lusius Genik)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved