Nadiem Makarim: Kalau Enggak Berani Ambil Risiko Mending Jangan Memimpin
Begitu pula mengemban amanah menjadi menteri di Indonesia, tak pernah menjadi cita-cita Nadiem.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Sikap mau mengambil risiko merupakan kriteria dasar kepemimpinan, dan sangat diperlukan.
Hal itu dikatakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.
Sehingga, dia menekankan jangan menjadi pemimpin jika tak berani mengambil risiko.
Baca juga: Kompolnas Tak Lihat Ada Polwan Periksa Pengunjung Wanita Saat Zakiah Aini Tebar Teror di Mabes Polri
"Jadi buat saya, bagian dari melakukan perubahan, bagian dari perjuangan bagi masyarakat buat saya adalah berani mengambil risiko."
"Dan saya firm sekali, mungkin enggak semua orang setuju sama saya."
"Tapi menurut saya kemampuan mengambil risiko adalah kriteria dasar dari kepemimpinan," ujar Nadiem dalam diskusi bertajuk 'Technological and Enviroment Change, and the Role of Youth in Indonesia's New Development Approach', yang digelar Golkar Institute, Senin (5/4/2021).
Baca juga: Penjual Senjata yang Dipakai Zakiah Aini Dibekuk di Aceh, Polisi Dalami Motif dan Cara Belinya
"Kalau kita enggak berani mengambil risiko, mending jangan memimpin."
"Menurut saya gitu, mohon maaf saya bicara blak-blakan, tapi itu opini saya."
"Karena saya dididik seperti itu saat kecil," imbuhnya.
Baca juga: LOWONGAN Kerja Reporter Tribun Network-Warta Kota, Simak Syaratnya Ya
Saat kecil, Nadiem menceritakan dirinya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang entreprenuer seperti saat membangun PT Gojek Indonesia.
Begitu pula mengemban amanah menjadi menteri di Indonesia, tak pernah menjadi cita-cita Nadiem.
"Saya enggak pernah punya cita-cita menjadi entreprenuer, dan saya enggak pernah punya cita-cita jadi menteri."
Baca juga: MAKI Praperadilankan 5 Kasus Mangkrak di KPK, dari Perkara Bank Century Hingga Bansos Covid-19
"Jadi mohon maaf kalau sedikit mengecewakan, tapi saya benar-benar dari kecil itu enggak pernah punya cita-cita menjadi itu," ungkapnya.
Namun, Nadiem mengatakan dirinya selalu ingin membangun sesuatu sejak kecil.
Menurutnya, keinginan itu terbentuk saat dirinya memainkan permainan memasang-masang atau merakit Lego.
Baca juga: Polri: Kelompok Teror Sebar Radikalisme Dibungkus Kebebasan Berpendapat
Akan tetapi, dia secara sadar mengaku bosan mengikuti instruksi pemasangan di Lego.
Sehingga, dirinya pun merakit Lego tersebut dengan keinginan sendiri.
"Tapi saya dari kecil selalu ingin membangun sesuatu."
Baca juga: Yaqut Cholil Qoumas Ingin Doa Semua Agama di Indonesia Dipanjatkan di Setiap Acara Kemenag
"Jadi enggak tahu itu apa cita-cita entreprenuerial ya, tapi bawaannya saya dari kecil obsesi dengan Lego."
"Tetapi setiap kali ada instruksi dari Lego-nya saya udah bosen ngikutin instruksinya."
"Kalau udah jadi, saya pretelin lagi Lego-nya, saya mau buat sesuatu yang beda yang mau saya bikin sendiri."
Baca juga: Rebut Hati Pemilih Perlu Effort Sangat Besar, PPP Tak Terganggu Kehadiran Partai Masyumi Reborn
"Jadi dari kecil itu saya bawaannya kepengin mendekonstruksi sesuatu untuk membuat sesuatu yang menurut saya lebih baik," bebernya.
Nadiem mengaku orang tuanya mendidiknya secara ekstrem sejak dirinya kecil.
Dia menceritakan orang tuanya tak memperdulikan nantinya Nadiem mendapat penghasilan atau bekerja sebagai apa.
Baca juga: SUSUNAN Pengurus Partai Masyumi 2021-2026: Ahmad Yani Ketua Umum, TB Massa Djafar Sekjen
Yang terpenting, kata Nadiem, orang tuanya menekankan akan menghormati dirinya sebagai anak jika berkontribusi untuk negara atau masyarakat.
"Jadi apa pun bidang yang kamu lakukan, bisnis, pemerintah, apa pun itu yang penting dampaknya pada masyarakat, positif apa negatif."
"Dan bawaannya itu perjuangan gitu."
Baca juga: SKB Sudah Berlaku, Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Tak Perlu Tunggu Juli 2021
"Kakek saya berjuang di independence day, orang tua saya aktivis, Jadi bawaan value system keluarga saya itu sudah berjuang."
"Jadi kalau saya enggak berjuang, dan definisi berjuang di sini nekat, kalau enggak berani mengambil risiko ya enggak usah berjuang," tegasnya.
Nadiem mengatakan, ada sejumlah hal yang penting dimiliki oleh anak-anak muda zaman sekarang, dalam menghadapi perubahan teknologi dan lingkungan.
Baca juga: Kasus Covid-19 Menurun, Pemerintah Optimis Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,6 Persen Tahun Ini
Awalnya Nadiem menekankan anak-anak muda saat ini harus beradaptasi dan memiliki kemampuan menjadi pembelajar sepanjang hayatnya.
"Jadinya anak-anak kita sekarang punya ekspektasi, kalau saya sudah dapat sarjana, ya udah saya masuk karier, terus bakal dapat kerjaan."
"Itu adalah asumsi yang sangat salah."
Baca juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19 Indonesia 5 April 2021: Dosis Pertama 8.772.081, Suntikan Kedua 4.149.587
"Anak-anak sekarang harus belajar mencintai belajar," ucapnya.
Menurutnya, belajar menjadi hal yang masih memiliki keterkaitan dengan budaya membaca.
Sebab, jika tidak bisa belajar melalui program formal, maka membaca menjadi salah satu jalan anak-anak mempelajari sesuatu.
Baca juga: Usai Divaksin, Polisi dan Tenaga Kesehatan Dapat Imunomodulator Stimuno untuk Jaga Imun Tubuh
"Kalau anak-anak kita tidak punya budaya membaca, nomor satu kan belajar itu dari buku, membaca."
"Kedua itu belajar dari manusia lain, mentorship, webinar atau workshop atau di sekolah formal."
"Kalau dia tidak punya budaya membaca dan tidak mengedukasi dirinya secara mandiri, itu bahaya luar biasa."
Baca juga: Ibu Jual Putri Kandung ke Hidung Belang, Tarif Rp 400 Ribu Sekali Kencan, Bisnis Digelar di Rumah
"Jadi kalau adik-adik sampai sekarang ini belum biasa membaca buku."
"Misal satu buku setiap beberapa minggu, atau beberapa buku per bulan, ini merupakan suatu pola yang harus segera berubah," beber Nadiem.
Nadiem menekankan pentingnya kemampuan kolaborasi dan bekerja dalam tim, pada perubahan disrupsi teknologi ini.
Baca juga: Pemerintah Bolehkan Salat Tarawih dan Id Berjemaah di Masa Pandemi, Asal Penuhi Syarat Ini
Anak-anak muda, nilai Nadiem, harus bisa berkolaborasi dengan sesama rekannya, bagaimana mengerjakan sesuatu untuk mencapai goal bersama.
Menurutnya, hal itu jauh lebih penting daripada anak-anak melakukan pendalaman akademis yang sangat mendalam.
Penting juga, kata Nadiem, untuk menyadari dari semua kompetensi, yang sangat penting bagi anak muda adalah fokus untuk mencicipi berbagai macam disiplin.
Baca juga: Kasus Aktif Covid-19 Indonesia Sudah Satu Digit tapi Angka Kematian Masih di Atas Rerata Dunia
Sebab, value di pasar untuk multidiciplinary skill itu sangat penting.
"Karena inovasi itu hanya bisa terjadi kalau kita bisa mengerti perspektif, enggak harus menjadi pakar di semua bidang, tapi kita harus bisa mengerti perspektif."
"Jadi rekomendasi saya buat anak muda adalah untuk mencicipi berbagai macam disiplin yang berbeda."
Baca juga: Tambah 5 Provinsi, Pemerintah Kembali Perpanjang PPKM Mikro Hingga 15 April 2021
"Untuk berinteraksi dengan banyak orang di luar sektornya dia, sebanyak mungkin."
"Karena itu luar biasa multidiciplinary knowledge itu akan menjadi value yang sangat penting," paparnya. (Vincentius Jyestha)