PSBB DKI Jakarta

Nestapa Para Sopir Angkot di Tengah Ketatnya Aturan PSBB, Sehari Dapat Rp20 Ribu Sudah Bersyukur

Hingga hujan usai mengguyur, angkot dengan nomor trayek B07 itu pun belum narik lagi karena tak ada satupun penumpang yang mengisinya.

Editor: Feryanto Hadi
--
Lili (61), sopir angkot yang telah berprofesi sebagai sopir angkot sejak tahun 1991 merasakan dampak sepinya penumpang sat penerapan PSBB (Wartakotalive.com/Rizki Amana) 

Nasib para sopir angkot memprihatinkan, penghasilan menurun drastis

Mereka pesimis akan mendapatkan bansos dan memilih pasrah kepada keadaan

WARTAKOTALIVE.COM, SETU - "Tolong, pak! Diperhatikan sopir angkot (angkutan kota). Rakyat kecil enggak makan. Juga anak istri dan keluarga kami, pak. Tolong pemerintah perhatikan."

Demikian suara harapan dari Effendi (55) selaku sopir angkot jurusan Serpong - Kalideres ini di kawasan Muncul, Setu, Tangerang Selatan, Senin (13/4/2020).

Keluh kesah itu tak henti-henti diucapkan pria yang telah menjalani profesi sebagai sopir angkot selama 30 tahun terkahir saat Wartakotalive.com mewawancarainya.

Rasa belas kasih itu diharapkan Effendi bersama teman-teman seprofesinya di tengah sulitnya mengkais rezeki saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai dijadikan pedoman kesehatan dalam upaya menekan penyebaran wabah virus corona.

Pemerintah Diminta Adil, Tidak Hanya Fokus Pada Ojol, Masih Banyak Masyarakat Terdampak PSBB

Jadi Korban Ikan Asin, Fairuz A Rafiq Tanggapi Vonis Tiga Orang yang Telah Membuatnya Malu

Di tengah hujan yang tak henti mengguyur kawasan perbatasan Kota Tangerang Selatan (Tangsel), angkotnya hanya terparkir, mangkal.

Kehadiran penumpang, satu atau dua orang saja, sangat ia nantikan.

Angkot jurusan Serpong-Kaliderses saat sedang mangkal menunggu penumpang (Wartakotalive.com/Rizki Amana)
Angkot jurusan Serpong-Kaliderses saat sedang mangkal menunggu penumpang (Wartakotalive.com/Rizki Amana) (-)

Tetapi apa daya. Hingga hujan usai mengguyur, angkot dengan nomor trayek B07 itu pun belum narik lagi karena tak ada satupun penumpang yang mengisinya.

"Kami sebagai sopir mengeluh tidak ada penumpang. Uang makan saja susah, untuk rumah tangga apalagi. Pendapatan tidak ada sama sekali," ujarnya,

Effendi mengaku, pasca-diberlakukan pembatasan aktifitas sosial di luar rumah, tak jarang dirinya hanya mampu membawa sedikit rezeki untuk kebutuhan keluarga.

Pasalnya, para penumpangnya mayoritas pekerja kantoran.

Diisolasi 22 Hari Karena Covid-19, Wali Kota Bogor Bima Arya Mengaku Sempat Menderita

Dentuman Disebut Akibat Badai Petir di Gunung Salak,Simak Sejarah Erupsi Gunung yang Masih Aktif itu

Pernah Merasakan Hidup-Mati Saat Diisolasi, Bima Arya Sedih Ada Warga Tolak Jenazah Covid-19

Effendi (55), sopir angkot jurusan Serpong-Kalideres mengeluhkan sepinya penumpang (Wartakotalive.com/Rizki Amana)
Effendi (55), sopir angkot jurusan Serpong-Kalideres mengeluhkan sepinya penumpang (Wartakotalive.com/Rizki Amana) (-)

Dan mereka kini melakukan aktifitas pekerjaannya tanpa harus ke kantornya.

"Penghasilan sehari bisa dapat Rp 20 ribu, itu selain setoran. Sisa Rp 20 ribu saja. Buat di rumah tangga saja sudah kurang. Istri di rumah sudah pada ribut. Jadi, kami minta betul-betul agar tolong diperhatiin nasib sopir angkot seperti kami ini," harapnya.

Ditanya soal dana Bantuan Sosial (bansos) yang dijanjikan pemerintah, Effendi hanya mengerutkan dahi.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved