PSBB DKI Jakarta
Nestapa Para Sopir Angkot di Tengah Ketatnya Aturan PSBB, Sehari Dapat Rp20 Ribu Sudah Bersyukur
Hingga hujan usai mengguyur, angkot dengan nomor trayek B07 itu pun belum narik lagi karena tak ada satupun penumpang yang mengisinya.
Ia memilih tidak banyak berharap, ketimbang kecewa nantinya.
Sebab, hingga saat ini tak sepersen pun rupiah maupun sembako yang ia terima.
• SBY Turun Gunung Kritik Pasal Penghinaan Presiden, Musni Umar: Ada Masalah Besar di Bangsa Ini
• Kelompok Anarko Sindikalis Punya Jaringan Besar, Rencanakan Aksi Vandalisme Serentak pada 18 April
"Belum menerima bantuan apapun sopir angkot Kalideres, Serpong. Tolong diperhatiin, kasihan sopir-sopir enggak makan," ungkapnya lagi.
Tidak hanya Effendi saja. Sopir lainnya juga mengeluhkan hal sama.
Lili, pria berusia 61 tahun itu tak tahu lagi mesti mencari penghasilan tambahan seperti apa.
Sebab, dirinya telah berstatus sebagai lanjut usia (lansia). Kata dia, sulit untuk mendapat pekerjaan di bidang lainnya selain menjadi sopir yang telah tekuninya selama puluhan tahun.
Beban hidup Lili kian berat, kini.

Tidak ada lagi yang bisa ia andalkan selain mengandalkan peruntungan mendapat beberapa penumpang untuk sekadar makan.
"Mata pencaharian sudah makin berkurang. Sekarang dapetnya paling Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu sehari. Paling banyak 3 sampai 5 (penumpang), jauh menurunnya dari sejak kejadian corona itu," kata pria yang rambutnya mulai memutih itu, di kawasan Muncul, Setu, Tangsel, Senin (13/4/2020).
Sangking frustasinya, ia mengatakan bila kebijakan pemerintah dalam menerapkan PSBB mematikan ekonomi rakyat kecil seperti dirinya.
"Pokoknya sopir angkot merasa keberatan, karena benar-benar anjlok jauh banget penghasilan," kesalnya.
• Disentil Roy Suryo Usai Bicara Soal Corona, Maia Estianty Serang Balik, Sebut Roy Super Sok Tau
• Bikin Haru, Kenangan Terakhir Glenn Fredly Bersama Sang Ayah, 20 Kali Nyanyikan The Lords Player
• Tangisan Pilu Mutia Ayu di Samping Pusara Glenn Fredly, Perasaannya Terkuras Hebat Kehilangan Suami
"Istilahnya Rp 30 ribu sekarang bakal makan, sudah enggak ada simpanan. Istri di kampung, yang efeknya di sini ya kepala keluarganya (KK) ini. Cukup buat diri sendiri, ngirim ke keluarganya enggak," imbuh Lili.
"Sudah sebulan saya enggak pernah ngirim (uang) ke keluarga di kampung. Baru kirim sekali dalam sebulan ini, itu juga Rp 100 ribu saja. Mau bagaimana lagi, ekonomi memang sedang susah begini," sambungnya lagi.
Sama seperti Effendi, Lili juga tidak begitu mengharapkan dana bantuan sosial yang dijanjikan pemerintah kepada golongan tidak mampu.
Lili mengatakan, sebelumnya, banyak dari pihak organisasi setempat telah mendata dirinya sebagai penerima bansos tersebut.