Berita Nasional

Purbaya Ungkap Prabowo Resah Saat Demo Rusuh dan Kondisi Kritis, Curiga Ada yang Mengganggunya

Purbaya Ungkap Prabowo Resah Saat Demo Rusuh dan Kondisi Kritis, Curiga Ada yang Mengganggunya dan Minta Diatasi

YouTube channel CNN Indonesia
PURBAYA: PRABOWO RESAH - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menceritakan saat-saat Presiden Prabowo Subianto resah akibat demo besar yang rusuh di sejumlah kota di Indonesia pada akhir Agustus 2025 lalu. Saat itu kata Purbaya, dirinya belum menjabat Menteri Keuangan, namun memberi masukan bahwa asal mula peristiwa itu akibat sejumlah hal yang kurang tepat dijalankan pemerintah dalam hal ekonomi dan terungkap bahwa Prabowo sudah curiga ada yang mengganggunya. 
Ringkasan Berita:
  1. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkap bahwa Presiden Prabowo Subianto sempat resah saat terjadi demo besar di berbagai kota pada Agustus 2025.
  2. Setelah mendengarkan penjelasan Purbaya, Prabowo meminta agar seluruh kebijakan ekonomi yang salah diperbaiki
  3. Purbaya menyebut kebijakan ekonominya berhasil meningkatkan indeks kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah hingga naik 15 poin pada Oktober 2025.

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menceritakan saat-saat Presiden Prabowo Subianto resah akibat demo besar yang rusuh di sejumlah kota di Indonesia pada akhir Agustus 2025 lalu.

Saat itu kata Purbaya, dirinya belum menjabat Menteri Keuangan, namun memberi masukan bahwa asal mula peristiwa itu akibat sejumlah hal yang kurang tepat dijalankan pemerintah dalam hal ekonomi.

"Saya enggak tahu boleh buka ini apa enggak. Presiden resah pada waktu demo besar besaran. Dia resah, hampir the last warning call hampir," kata Purbaya saat wawancara dengan senior Anchor Desy Anwar, yang tayang channel YouTube CNN Indonesia, Kamis (30/10/2025) malam.

Baca juga: Rocky Gerung Nilai Menkeu Purbaya Kejar Elektabilitas Pilpres 2029

Menurut Purbaya dalam kondisi yang kritis, Prabowo mengamati secara concern situasi yang terjadi kala itu.

"Jadi Dia concern, apa yang terjadi pada waktu itu. Pada waktu saya ceritakan, ini Pak asalnya dari ekonomi, kebijakannya ini, in,i ini," kata Purbaya.

Purbaya mengatakan dari penjelasannya, terungkap bahwa Prabowo sebenarnya sudah tahu dan mencurigai ada pihak yang sengaja menggganggunya.

pur res prab
PURBAYA: PRABOWO RESAH - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menceritakan saat-saat Presiden Prabowo Subianto resah akibat demo besar yang rusuh di sejumlah kota di Indonesia pada akhir Agustus 2025 lalu. Saat itu kata Purbaya, dirinya belum menjabat Menteri Keuangan, namun memberi masukan bahwa asal mula peristiwa itu akibat sejumlah hal yang kurang tepat dijalankan pemerintah dalam hal ekonomi dan terungkap bahwa Prabowo sudah curiga ada yang mengganggunya.

"Pak Presiden itu orang pintar, Dia bilang begini, saya sudah curiga, ada yang mengganggu saya," ujar Purbaya.

Menurut Purbaya, dari sana Prabowo mengetahui ada yang salah dalam pemerintahannya.

"Kebijakan ya, kebijakan yang salah, saya gak tahu," tambahnya.

Namun menurutnya saat itu Prabowo akhirnya sadar penyebab kondisi kritis dengan banyaknya demo berasal dari hal tertentu.

"Dia bilang, tapi saya baru tahu, dari sini ternyata, jadi ke depan kita betulin," kata Purbaya meniruan ucapan Prabowo.

Menurutnya Prabowo meminta dirinya membetulkan semua hal yang salah dalam bidang ekonomi.

Sehingga kata Purbaya apa yang dilakukannya saat ini sebagai Menteri Keuangan adalah menjalankan perintah Presiden.

"Jadi keputusam presiden, bukan saya. Jadi saya hanya menjalankan perintah presiden, dengan ilmu yang saya punya," katanya.

Purbaya menjelaskan Prabowo mengetahui ada tekanan ke pemerintahannya kala itu.

Baca juga: Elektabilitas Purbaya Kalahkan Anies, Gibran hingga Dedi Mulyadi Sebagai Capres, Ini Kata Menkeu

"Tapi baru aware dari mana asalnya. Yang mengganggu adalah kebijakan ekonomi yang tidak terlalu pas, belanja pemerintah yang lambat, termasuk pemerintah daerah, yang ribut-ribut kemarin. Kita lihat triwulan pertama belanja pemerintah tahun ini minus 1,37 persen, triwulan kedua minus 0,33 persen. Jadi pemerintah tidak memberi dorongan ke pertumbuhan, malah justru ngerem, jadi itu mesti dibalikin," katanya.

Hal lain yang menjadi masalah kata Purbaya karena saat itu pemerintahan yang baru diduduki oleh orang-orang baru pula.

"Justru di situ permasalahannya, pemerintah baru, orang-orangnya baru. Pasti itu normal nggak bisa eksekusi tepat waktu, tepat sasaran, karena masih menyesuaikan diri. Tapi kalau uangnya kebanyakan di bank sentral, saya selalu bilang dosanya dua. Satu, Anda nggak ngebangun, kedua sistemnya kering," kata Purbaya.

Karenanya yang ia lakukan saat menjabat Menteri Keuangan yakni mengembalikan uangnya ke sistem.

"Yang saya lakukan adalah, kalau gak bisa belanja gak apa-apa, saya balikin uangnya ke sistem Rp 200 triliun, bisa lebih, ini baru percobaan. Itu untuk memastikan bahwa walaupun kita enggak bisa belanja, tapi private sektor bisa memanfaatkan dana yang ada di sistem, perbankan yang saya tambah itu yang tadinya kering menjadi tidak kering," kata Purbaya.

Menurutnya hal itu bukan berarti Perbankan tidak punya uang.

"Bukan berarti Bank enggak punya uang. Kalau tanya Anda tanya OJK, BI, orang keuangan semua, maka mereka bilang pasti 'Perbankan ample liquidity'" kata Purbaya.

Yang artinya sektor perbankan memiliki likuiditas yang sangat cukup, yaitu memiliki kas dan aset mudah dicairkan dalam jumlah memadai untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek, seperti pembayaran nasabah dan penyaluran kredit.

Menurut Purbaya dengan memasukkan uang ke sistem, sudah cukup memberikan sentimen positif ke ekonomi dengan menggerakkan ekonomi.

Purbaya menjelaskan sebelum dirinya menjabat Menteri Keuangan, ada demo besar-besaran di Indonesia.

"Itu orang menariknya selalu ke politik, karena politiknya kacau dan lain-lain. Tapi kalau sebagai ekonom saya lihat itu semua triggernya dari kondisi ekonomi yang buruk terus-menerus. Sebetulnya awal tahun sampai April ada harapan, karena ya ada injeksi uang ke sistem," kata Purbaya.

Tapi, menurut Purbaya pada Mei, Juni, Juli dan Agustus pertumbuhan hampir 0 persen.

"Artinya ekonominya dicekik, dan tahun lalu tahun 2024 juga sama, hampir sama rendah sekali, jadi ekonominya melambat secara signifikan. Dan pada suatu titik, ketika ekonomi susah terus, ya kan masyarakat ngerasa. Perutnya susah, cari makan susah, perutnya lapar, ya turunlah ke jalan," katanya.

Jadi, menurut Purbaya, ekonomi pada waktu itu sedang menuju kelambatan yang sangat signifikan.

"Kalau kebijakannya enggak dirubah, yang pasti jatuhnya ekonomi. Kenapa? karena fiskal dan moneter dua-duanya membunuh perekonomian," ungkapnya.

Sehingga kata dia jika tidak dibalik, menurut Purbaya, maka sampai sekarang ekonomi akan susah.

Baca juga: Purbaya Sebut Pernyataan Jokowi Soal Whoosh Ada Benarnya Juga Sedikit

"Jadi enggak tahu saya, sadar apa enggak sadar ya. Tapi kalau enggak di balik, kita sekarang susah. Mungkin kita bicaranya sekarang bukan dalam keadaan yang ketawa-ketawa seperti ini. Tapi akan dalam keadaan sulit, semuanya mukanya tegang, ke depan Indonesia bisa utuh apa enggak?" ujar Purbaya.

"Perlu diketahui juga, kalau ekonomi yang morat-marit, keutuhan NKRI juga terancam biasanya. Jadi ekonomi adalah kunci. Sekarang saya sudah jalankan beberapa kebijakan yang dulu anda gak percaya kan, ternyata kita bisa mengembalikan optimisme di kalangan masyarakat dan pelaku bisnis. Dan dalam keadaan riilnya juga, ekonominya mulai bergeliat naik ke atas," papar Purbaya.

Menurut Purbaya, hal ini bukan gaya baru.

"Ekonomi emang harus seperti itu," katanya.

Desy Anwar lalu mempertanyakan apakah kebijakan ekonomi selama 10 tahun ini salah.

"Jadi selama ini, 10 tahun terakhir ini, memang salah ya pak?" tanya Desy.

Purbaya lalu memberi jawaban yang agak menoho Desy, namun dengan agak bercanda.

"Anda sebagai wartawan ekonomi, salah mengejar pertanyaan ekonominya. Sehingga enggak keluar ilmu ekonomi para pengurus ekonomi pada waktu itu," kata Purbaya.

Menurut Purbaya pemerintah memiliki survei soal indeks kepercayaan masyarakat atau konsumen kepada pemerintah.

"Kita monitor secara bulanan. Saya sudah lihat tuh angka bulan Oktober naik dengan signifikan, mungkin 15 poin dibanding bulan September. Jadi dengan level yang sekarang ini, kita sudah keluar dari bahaya dalam pengertian ketidakpuasan masyarakat bisa menciptakan instabilitas sosial, politik, itu sudah berkurang," katanya.

Sehingga, menurutnya langsung lanjutkan kebijakan ekonomi yang betul.

"Jadi langkah kita yang kemarin itu,  memindahkan uang Rp 200 triliun dari BI ke Perbankan, perekonomian itu sudah bergerak. Sehingga menimbulkan optimisme sedikit atau cukup banyak di masyarakat. Sehingga ke depan harusnya bahaya dan instabilitas sosial politik sudah akan berkurang, tinggal langkah ke depannya," ujar Purbaya.

Menurut Purbaya, soal indeks kepercayaan masyarakat kepada pemerintah ini ia perlihatkan juga ke Presiden Prabowo.

"Saya kasih lihat. Presiden senang sih, makanya dia sepertinya happy dibanding sebelumnya," kata Purbaya.

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News dan WhatsApp

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved