Virus Corona
Jokowi: Covid-19 Sangat Sulit Diduga dengan Kalkulasi Apapun, karena Barangnya Enggak Kelihatan
Salah satu langkah penanganan yang harus dilakukan yakni memindahkan mereka yang isolasi mandiri ke tempat isolasi terpusat.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, Covid-19 sulit dikalkulasi.
Hal itu disampaikan Jokowi kepada jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) se-Jawa Timur, seperti yang disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (20/8/2021).
"Pertama-tama saya ingin mengingatkan terlebih dahulu, bahwa yang namanya Covid, yang namanya Virus Corona ini, betul betul sangat sulit diduga dengan kalkulasi kalkulasi apapun," kata Jokowi.
Baca juga: Dituding Dekat dengan Taliban, Jusuf Kalla: Kalau Ingin Mediasi, Kita Harus Kenal Kedua Belah Pihak
Oleh karena itu, Presiden meminta jajaran Forkompinda di Jawa Timur selalu hati-hati dalam menanggulangi pandemi Covid-19.
Jokowi meminta jajarannya waspada, jangan sampai muncul varian baru Covid-19.
"Saya minta tetap, minta semuanya hati-hati, waspada mengenai yang namanya Covid ini."
Baca juga: Dibilang Inkonsisten, Natalius Pigai Ragukan Kapasitas dan Kompetensi Kuasa Hukum 75 Pegawai KPK
"Jangan sampai ada varian baru datang karena bermutasi, dan kita tidak waspada, tahu-tahu meledak menjadi jumlah yang sangat banyak," katanya.
Jokowi mencontohkan pandemi Covid-19 sebelum adanya varian delta yang kasus hariannya hanya 3500 per hari pada 18 Mei 2021.
Covid-19 tiba-tiba meningkat dengan lonjakan awal terjadi di Kudus dan Bangkalan.
Baca juga: 24,66 Persen Pekerja Berpotensi Kena PHK, Bantuan Subsidi Upah Diharapkan Bisa Lindungi Buruh
Padahal saat itu, pemerintah mendeteksi varian baru ada di Jakarta, Indramayu, dan Medan.
Akibat varian baru tersebut, kasus Covid-19 di Indonesia melonjak hingga menyentuh angka 56 ribu kasus per hari.
"Karena memang barang ini enggak kelihatan," ucapnya.
Diingatkan Tim Lonjakan Bisa Melebihi India
Presiden Jokowi mengaku sempat diingatkan timnya, lonjakan kasus Covid-19 pada Juni lalu di Indonesia, bisa melebihi India, apabila tidak segera dihentikan.
Kasus Covid-19 di India sempat melebihi 300 ribu per hari pada April lalu.
"Pak Ini kalau tidak bisa dihentikan, Agustus akan muncul di 80 ribu (kasus), September itu di 160 ribu (kasus)."
Baca juga: Kasus Kepemilikan Senjata Api dan Amunisi Ilegal, Kivlan Zen Dituntut 7 Bulan Penjara
"Kalau enggak bisa menghentikan, bisa di atas india, kita," ungkap Jokowi menirukan masukan dari timnya tersebut.
Jokowi tidak menyebutkan siapa timnya yang dimaksud itu.
Setelah mendapat masukan tersebut, Jokowi langsung memerintahkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, untuk fokus menekan lonjakan Covid-19.
Baca juga: Aturan Makan di Tempat 30 Menit, Warga Jaksel: Enggak Efektif, Penyebaran Droplet Sangat Cepat
"Saat itu saya sampaikan kepada Panglima TNI dan Kapolri, tidak ada pekerjaan lain, yang ada menghentikan ini."
"Jangan sampai melompat ke 80 ribu kasus, melompat ke 160 ribu. Sekali lagi hati-hati mengenai ini," tuturnya.
Oleh karena itu, kepala negara meminta seluruh pihak selalu waspada dengan lonjakan kasus Covid-19.
Baca juga: Moeldoko Bilang TWK Pegawai KPK Tak Perlu Diurus Jokowi, ICW: Baca Dulu Baru Komentar
Karena, kata Presiden, Covid-19 sulit diprediksi.
Salah satu langkah penanganan yang harus dilakukan yakni memindahkan mereka yang isolasi mandiri ke tempat isolasi terpusat.
"Ini akan sangat mengurangi sekali laju penyebaran," ucapnya.
Penyebab Angka Kematian di Jatim Tinggi
Presiden Jokowi mengungkapkan penyebab tingginya angka kematian akibat Covid-19 di Jawa Timur.
Pertama, kata Presiden, karena keterlambatan penderita Covid-19 masuk ke tempat isolasi terpusat (isoter) ataupun ke rumah sakit.
“Penyebabnya menurut saya kemungkinan yang isoman tidak segera masuk ke isoter."
Baca juga: Kompolnas: Polisi Terlalu Reaktif Tindak Pengkritik Bisa Rusak Citra Polri dan Jokowi
"Sehingga selalu dibawa ke rumah sakit sudah pada posisi terlambat."
"Saturasinya sudah turun baru dibawa ke rumah sakit, terlambat. Yang banyak di situ,” beber Jokowi.
Oleh karenanya, kata Presiden, angka kematian di Jatim sangat tinggi mencapai 7,1 persen.
Baca juga: Penahanan Rizieq Shihab Diperpanjang, Kuasa Hukum: Kami akan Tuntut di Akhirat
Berdasarkan data pemerintah hingga Kamis kemarin, total kematian di Jatim mencapai 26.074 jiwa.
Penyebab kedua, lanjut Presiden, penderita komorbid di Jatim juga tinggi.
Sehingga, mereka yang terinfeksi menimbulkan gejala berat hingga meninggal.
Baca juga: Pimpinan DPD: Alasan Pandemi Tak Terlalu Siginifikan Tunda Pemilu Hingga 2027
“Yang kedua komorbitdya. Dua ini menurut saya kenapa tinggi,” ulasnya.
Oleh karena itu, Presiden menekankan pentingnya isolasi terpusat bagi para pasien Covid-19.
Dalam menekan angka kematian, salah satu langkah yang harus dilakukan adalah memindahkan pasien Covid-19 dari tempat isolasi mandiri ke tempat isolasi terpusat.
Baca juga: Sudah Jalani Sepertiga Masa Pidana, Djoko Tjandra Dapat Remisi 2 Bulan Saat HUT ke-76 RI
"Sehingga sekali lagi isolasi terpusat itu betul-betul menjadi kunci baik untuk penyebaran, juga untuk menekan angka kematian."
"Saat dibawa ke rumah sakit kondisinya sudah berat, ini hati-hati,” cetusnya. (Taufik Ismail)