KISAH Deputi VII BIN Diancam Dibunuh Usai Tewasnya 6 Pengawal Rizieq Shihab, Ponsel Sampai Macet

Akibatnya, kata Wawan, ponselnya pun macet karena banyaknya pesan masuk tersebut.

Istimewa
Deputi VII BIN Wawan Hari Purwanto mengaku pernah diancam dibunuh, terkait peristiwa tewasnya pengawal Rizieq Shihab di Tol Jakarta-Cikampek KM 50. 

Wawan mengungkapkan, sejumlah server dari akun-akun media sosial tersebut tidak berada di Indonesia.

"Sehingga kita akhirnya harus bekerja sama dengan negara lain untuk melakukan pelacakkan itu."

"Tapi selalu saya jawab dengan santun, meskipun dia kasar-kasar jawabnya mau bunuh, mau apa, saya jawab dengan santun," tutur Wawan.

Baca juga: Dua Terduga Teroris Sempat Tonton Sidang Rizieq Shihab di PN Jaktim, Polisi Perketat Pengamanan

Akhirnya, kata Wawan, beberapa di antara mereka justru berubah sikap dan minta maaf ke Wawan.

Menurut Wawan, perubahan sikap itu terjadi karena pendekatan yang ia gunakan untuk merespons mereka.

"Karena apa? Tujuan kami adalah membina dan mengubah mindset. Estom. Emosi, sikap tingkah laku, opini dan motivasi mereka."

"Beberapa di antaranya dari bulan itu sekarang tetap menghubungi saya dengan bahasa yang berubah, karena tadinya ada kesalahpahaman, ini terkait dengan peristiwa KM50," beber Wawan.

Targetkan Anak Muda

Deputi VII BIN Wawan Hari Purwanto membeberkan pola penyebaran radikalisme melalui media sosial yang menargetkan anak muda.

Wawan mengungkapkan saat ini banyak beretebaran konten yang memuat cara-cara membuat bom, agitasi, rekrutmen, teknik penyerangan, teknik gerilya kota, maupun praktik langsung membuat bom yang tersebar di media sosial.

Penyebaran konten tersebut, kata Wawan, menyasar utamanya anak muda berusia 17 sampai 24 tahun.

Baca juga: Dibilang Demisioner, Kubu AHY: Mana Ada Cerita Rampok Malah Tertibkan yang Punya Rumah

Sedangkan pengguna media sosial dengan usia lebih dari 24 tahun, kata Wawan, merupakan target keduanya.

Wawan mengatakan 60 persen konten di media sosial berisi hoaks.

Hoaks-hoaks tersebut, kata Wawan, sangat berdampak bagi jiwa-jiwa labil yang tidak kritis.

Baca juga: Sekolah Tatap Muka Bisa Langsung Disetop Jika Ada Penularan Covid-19, Orang Tua Boleh Memilih

Sehingga, mereka melakukan langkah-langkah intoleran yang berujung pada tindakan radikal hingga mengarah ke teroris.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved