KISAH Deputi VII BIN Diancam Dibunuh Usai Tewasnya 6 Pengawal Rizieq Shihab, Ponsel Sampai Macet
Akibatnya, kata Wawan, ponselnya pun macet karena banyaknya pesan masuk tersebut.
Media sosial, kata Wawan, disinyalir telah menjadi inkubator radikalisme.
"Kecenderungan ini dikuatkan oleh survei BNPT terbaru, bahwa 80 persen generasi milenial rentan terpapar radikalisme."
Baca juga: Sekolah Wajib Bentuk Satgas Covid-19 dan Gelar Rapid Test Berkala Saat Belajar Tatap Muka Terbatas
"Ini menjadi catatan kita bahwa generasi milenial lebih cenderung menelan mentah, tidak melakukan cek, recek, dan kroscek."
"Dan sikap intoleran ini biasanya muncul pada generasi yang tidak kritis dalam berpikir," kata Wawan.
Penyebaran radikalisme melalui media sosial, kata Wawan, menjadi menarik bagi generasi muda.
Baca juga: Olahraga, Ekskul, Hingga Kantin Dilarang Saat Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
Hal itu, kata dia, disebabkan generasi muda berada di usia yang rawan butuh jati diri dan eksistensi.
Penyebaran paham radikal tersebut, kata Wawan, juga sering dibumbui narasi heroisme.
Propaganda radikalisme di media sosial, kata dia, juga dikemas dengan narasi ketidakadilan.
Baca juga: Nyaris Tak Ada Pandemi Selesai Setahun Jadi Alasan Menkes Dukung Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah
Pesan-pesan tersebut menurutnya membentuk kesesatan berpikir, bahwa tatanan sosial saat ini perlu dibenahi.
Menurutnya, hal itu didukung dengan kemudahan mengakses internet, banyaknya waktu luang, dan narasi dan konten radikal yang disebar dengan mudah dapat diakses oleh generasi muda.
"Generasi muda diposisikan sebagai juru selamat yang mampu mengubah keadaan, salah satunya melalui aksi teror."
Baca juga: JADWAL Lengkap dan Link Live Streaming Ibadah Jumat Agung 2 April 2021 di Jakarta dan Sekitarnya
"Jadi dia ingin mengubah ini dengan pola yang radikal, pola yang pemaksaan kehendak."
"Ingin mengikuti apa yang diyakininya sebagai tatanan yang dianggap paling benar dan yang lain salah," ulas Wawan.
Kemudaham radikalisasi generasi muda melalui media sosial, kata Wawan, bisa menciptakan teroris baru.
Baca juga: Jhoni Allen Cs Absen Sidang, Kuasa Hukum AHY: Tak Hormati Proses Hukum, Hanya Koar-koar
Tingginya intensitas dan masifnya pesan radikal melalui media sosial, kata dia, mendorong pemikiran seseorang berubah menjadi ekstrem, yang akhirnya menjelma menjadi pelaku teror yang melakukan tindak kekerasan.