Virus Corona

IDI Anjurkan Semua Jendela Ruangan Dibuka Selama Pandemi Covid-19

Penularan virus dapat melalui aerosol, sehingga paling sulit mengendalikan orang-orang yang asimtomatis atau tanpa gejala.

Tribunnews.com/Apfia Tioconny Billy
Ketua PB IDI dr Daeng M Faqih menyarankan pemerintah menyosialisasikan anjuran membuka ventilasi atau jendela di semua ruangan atau tempat umum, selama masa pandemi Covid-19. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih mengatakan, pemerintah perlu menyosialisasikan anjuran membuka ventilasi atau jendela di semua ruangan atau tempat umum, baik tempat usaha, perkantoran, sekolah, tempat ibadah, dan lainnya.

Hal itu perlu dilakukan, selain penguatan kedisplinan masyarakat terhadap protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan).

"Ventilasi yang terbuka dapat menghilangkan viral load dari orang-orang yang asimtomatik atau orang tanpa gejala."

Baca juga: Kamboja Laporkan Kasus Kematian Pertama Akibat Covid-19, Ini Daftar Negara Tanpa Korban Meninggal

"Jika tidak ada jendela maka bisa menggunakan pembersih udara atau air purefier," jelas Daeng lewat keterangan pers, Kamis (11/3/2021).

Daeng menerangkan, dari data yang didapat, penularan virus dapat melalui aerosol, sehingga paling sulit mengendalikan orang-orang yang asimtomatis atau tanpa gejala.

WHO mengingatkan dunia bahwa penyebaran SARSCOV-2 adalah transmisi airborne (melalui droplet udara) microdroplets (5pm).

Baca juga: Andi Arief Bilang Darmizal Menangis karena Gagal Janjikan Moeldoko Daftarkan KLB pada 9 Maret

Transmisi aerosol tidak mesti batuk atau bersin, bernapas normal juga dapat menularkan.

Ketika bernapas dan berbicara pun dapat mengeluarkan virus.

Penyebaran dalam bentuk droplets (batuk, bersin, nafas dan berbicara) berukuran >5 pm akan mengendap di lantai, sedangkan ukuran <0.8 - 10 pm bisa tetap ada di udara hingga 1-3 jam (virus bisa hidup).

Baca juga: Dukung Polri Bersih-bersih, Kompolnas Setuju Dua Jenderal yang Disuap Djoko Tjandra Dipecat

Ukuran aerosols virus terbanyak (0.5 hingga 5 pm) adalah ukuran paling lazim terhirup napas.

Penularan dapat terjadi tanpa disadari karena data global 1 dari 3 orang bisa bersifat asimptomatik / pre-symptomatik (tidak bergejala, tetapi mempunyai kemampuan menyebarkan virus sama dengan orang terinfeksi yang bergejala).

"Apabila ada seseorang yang terinfeksi baik bergejala maupun tidak bergejala, secara tidak disadari mengembuskan napas pun dapat menyebarkan virus," tuturnya.

Baca juga: Mutasi Covid-19 Varian N439K Terdeteksi di Indonesia Sejak Desember 2020, Sudah Ada 48 Kasus

Dilaporkan, saat orang terinfeksi akan menyebarkan virus dengan rata-rata penularan terjadi 35% dari droplet (terutama jarak dekat), 57% dari inhalasi (microdroplet), dan hanya 8.2% dari kontak.

Pada keadaan ruangan yang tertutup, di mana udara berputar-putar, atau transmisi pada ruang konferensi dengan udara AC yang berputar-putar, maka berpotensi menjadi masalah.

Oleh karena itu, sistem ventilasi pada umumnya saat ini adalah dengan menggunakan AC central, dengan sirkulasi udara yang buruk dan kurang cahaya ultraviolet, maka virus SARS-CoV-2 dapat bertahan hidup hingga 3 jam dalam ruangan.

Baca juga: Setelah B117 Kini Muncul Mutasi Covid-19 Varian N439K, Lebih Bahaya, Bisa Mengakali Vaksin

Faktor lain seperti iklim, cuaca, suhu, kelembaban dan sinar matahari juga mempengaruhi penyebarannya.

"Jadi jika ruangan yang tidak bisa membuka jendela harus mengunakan pembersih udara (air purifier), yang dapat menyaring dan membunuh virus 99,9%."

"Sehingga kegiatan sekolah, kantor, tempat usaha dapat kembali aktif," jelas dr Daeng

Mutasi Covid-19 Varian N439K Terdeteksi di Indonesia

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio mengungkapkan, mutasi Covid-19 varian N439K, sudah terdeteksi di Indonesia.

Ia mengatakan, total ada 48 kasus mutasi N439K yang terdeteksi.

Kasus-kasus tersebut ditemukan dari 526 sample yang diunggah ke repository Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).

Baca juga: ICW Nilai Dua Jenderal Polri di Kasus Djoko Tjandra Harusnya Dibui Seumur Hidup, Ini 3 Alasannya

Menurut Amin, kasus telah terdeteksi sejak akhir tahun lalu, namun baru dilaporkan pada Maret ini.

"Sudah sejak Desember lalu. Sejauh ini 48 isolat yang dilaporkan yang terdeteksi (mutasi N439K)," ujarnya saat dikonfirmasi Tribunnews, Kamis (11/3/2021).

Amin belum memberikan keterangan detail sebaran kasus tersebut, tetapi laporan dari lembaga yang melakukan pemeriksaan berada di Pulau Jawa.

Baca juga: TP3 Juga Pernah Datangi Komnas HAM, tapi Ketika Diminta Bukti Dijawab Cuma Punya Analisa

"Instansi terkait virus ini ada di Pulau Jawa, tapi mungkin di luar Jawa juga ada," kata Amin.

Dari laporan peneliti, tingkat keganasan mutasi virus ini sama dengan jenis virus aslinya, tetapi lebih kuat untuk tidak dikenali oleh antibodi.

Sebelumnya, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengingatkan masyarakat adanya ancaman baru terhadap kesehatan, yakni mutasi Covid-19 varian N439K.

Baca juga: Sayangkan PTTUN Kabulkan Banding Jaksa Agung, Komnas HAM: Padahal Semangatnya Agar Hati-hati Bicara

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih, saat jumpa pers di Sekretariat PB IDI, Jakarta Pusat, Rabu (10/3/2021).

Daeng menyampaikan, mutasi N439K ini sudah ditemukan di 30 negara.

Empat kasus mutasi Covid-19 B117 sebelumnya ditemukan di Indonesia, Senin (8/3/2021).

Baca juga: Dianggap Berjasa dalam Kemajuan MA, Hakim Cuma Vonis Nurhadi 6 Tahun Penjara

Mengingatkan ada ancaman baru N439K, Daeng mengatakan varian baru Covid-19 ini lebih berbahaya.

Ia mengkhawatirkan jika sampai di Indonesia, virus tersebut akan cepat menyebar.

"Saat ini ada virus (Corona) baru, sifatnya berbeda dari virus yang pernah ada, dengan kecepatan mutasi yang cepat."

Baca juga: Kasus Unlawful Killing 6 Anggota FPI Naik Status ke Penyidikan, 3 Polisi Belum Jadi Tersangka

"Belum lama ini pemerintah mengumumkan varian B117, sementara di dunia telah terdapat varian baru lagi yang ditemukan di Inggris, yakni N439K," ujar Daeng.

Menanggapi hal ini, masyarakat diimbau untuk berhati-hati, tetap menjaga kesehatan, dan mematuhi protokol yang ada.

Untuk menekan laju penularan, Daeng mengimbau bagi yang memiliki komorbiditas (penyakit penyerta) yang rentan, disarankan untuk melakukan kontrol kesehatan secara rutin, untuk menghindari dampak fatal dari terpaparnya Covid-19.

Baca juga: Kasus Unlawful Killing Disidik Bareskrim, FPI Berharap Pelaku dan Komandannya Jadi Tersangka

Daeng juga menekankan masyarakat untul tidak menyepelekan pemakaian masker, khususnya masker bahan.

Ia mengimbau untuk memakasi masker yang berstandar kesehatan atau dilapis tiga.

Mampu Mengakali Vaksin

Munculnya strain baru Covid-19 yang disebut N439K dan telah ditemukan di 30 negara, membuat banyak pihak meningkatkan kewaspadaan.

Strain baru ini pun dianggap lebih 'pintar' jika dibandingkan strain lainnya.

Lalu bagaimana tanggapan ahli mengenai kemunculan strain baru Covid-19 ini?

Baca juga: Sekretaris Pribadi Ungkap Edhy Prabowo Biasa Simpan Uang Tunai Hingga Rp 10 Miliar di Rumah Pribadi

Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman mengatakan, mutasi N439K ini juga terkandung dalam varian B.1.258∆ yang ditemukan pada sebagian negara Eropa.

"Varian B.1.258∆ yang ditemukan di sebagian negara Eropa juga mengandung mutasi N439K pada protein Spike," jelas Dicky kepada Tribunnews, Kamis (11/3/2021) siang.

Strain ini lebih menempel dan mengikat lebih kuat ke reseptor ACE2 manusia yang bertindak sebagai 'pintu masuk' virus untuk memasuki sel inang.

Baca juga: Sespri Wanita Baru Kerja Sebulan, Edhy Prabowo Biayai Sewa Apartemennya Rp 160 Juta per Tahun

Kemudian, strain ini disebut bisa menghindari kekebalan terhadap antibodi, bahkan vaksin.

"Substitusi N439K meningkatkan afinitas pengikatan ke reseptor ACE2."

"Dan telah terbukti memfasilitasi virus dapat menghindari kekebalan dari antibodi monoklonal."

Baca juga: ICW Desak Polri Pecat Dua Jenderal Polisi, Kadiv Propam Jelaskan Aturannya

"Serta dari serum poliklonal pada orang yang sembuh dari infeksi."

"Kemudian (mampu) mengakali respons antibodi, termasuk terapi atau vaksin," beber Dicky.

Ia pun menjelaskan, terkait penyebarannya, varian yang didalamnya terkandung mutasi N439K ini memiliki kemiripan dengan Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina.

Baca juga: Ogah Lewat Zoom, Rizieq Shihab Minta Dihadirkan Langsung di Pengadilan Saat Sidang Perdana

Oleh karena itu disebut sebagai wild virus, karena mampu menyebarkan penyakit.

"Varian yang membawa mutasi N439K mirip dengan novel coronavirus tipe liar dari Wuhan dalam kemampuannya menyebarkan dan menyebabkan penyakit," terang Dicky.

Namun yang perlu dicatat adalah strain baru ini mampu mengikat lebih kuat pada reseptor ACE2 manusia. (Rina Ayu)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved