Korupsi
Penyebab RI Banyak Koruptor, Dari Kecil Dididik Nilai Orang dari Materi, Harta Jadi Ukuran Sukses
Penyebab RI Banyak Koruptor, Dari Kecil Dididik Nilai Orang dari Materi dan Harta Ukuran Kesuksesan
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Indonesia masih berkutat dengan banyaknya praktik korupsi yang dilakukan para pejabat pemerintah.
Banyaknya koruptor di Indonesia yang dipidana, tak juga membuat efek jera bagi para pelaku lainnya.
Pendiri podcast channel Jadi Dewasa 101, Salsa Erwina Hutagalung mengungkapkan bahwa banyaknya koruptor di Indonesia tidak terlepas dari budaya materialisme dan korupsi yang ditanamkan sejak dini ke anak-anak di sebagian besar keluarga di Indonesia.
Baca juga: Nadiem Makarim Terjerat Korupsi, Padahal Ayahnya Jabat Komisi Etik KPK dan Penumbang Orde Lama
Karenanya bukan hal yang mengejutkan jika saat ini praktik korupsi masih menghantui Indonesia.
Untuk itu, Salsa yang merupakan diaspora Indonesia dan tinggal di Denmark ini, berharap keluarga muda di Indonesia tidak lagi mendidik anak-anak mereka dengan budaya materialisme yang tanpa mereka sadari ditanamkan di keluarga.
Hal itu diungkapkan Salsa di akun Instagramnyta @salsaer dan juga di channel podcast yang didirikannya Jadi Dewas 101.
Channel ini membahas tentang proses bertumbuh menjadi manusia dewasa yang utuh, mengenal dirinya dengan baik, sadar dengan tujuan hidupnya dan mampu mengelola hubungan sosial antar manusia.
"Sekolah yang bener, nanti cari kerja yang enak, bisa punya uang banyak. Bisa beli rumah, beliin mama juga rumah," kata Salsa menirukan ucapan sebagian besar orang tua di Indonesia kepada anak-anaknya,
Pernyataan seperti itu kata Salsa lumrah diajarkan ortu ke anak mereka di keluarga di Indonesia.
Namun tanpa disadari kata dia, hal itu menumbuhkan budaya materialisme yang bisa berujung pada praktik korupsi.
"Dari kecil kita diajarin bahwa nilai itu ditentukan dari yang kita punya, bukan kita itu siapa. Bukan karena karakter kita, tapi karena kita punya apa," papar Salsa.
Salsa menceritakan pengalamannya bahwa saat bekerja di Kuala Lumpur hampir semua pendapatannya dikirim ke rumah atau orangtuanya di Indonesia.
"Tapi saat aku pulang ke rumah, mamaku malah membanggakan teman aku, yang nganterin ke rumah karena mobilnya bagus. Padahal temen aku baru curhat sama aku kalau dia itu gak mampu bayar dan dia mau ngembaliin mobil itu," kata Salsa.
Dari sana, kata Salsa, terlihat ia dinilai dari banyaknya uang dan harta atau tidak.
Baca juga: Dengan Wajah Lesu dan Tatapan Kosong, Nadiem Yakin Tuhan Akan Melindunginya dari Tuduhan Korupsi
"Jadi semua itu dinilai dari kita kelihatannya kaya harta atau enggak, di Indonesia. Bukan cuma ambisi, ini adalah bibit budaya materialisme," kata Salsa.
"Di pendidikan, di keluarga, di kantor, anak diajarin untuk sukses tapi gak pernah diajarin untuk jujur," kata Salsa.
"Yang penting ranking, yang penting banggain ortu, caranya gak penting," ujarnya.
Karenanya menurut Salsa, korupsi di Indonesia bukan serta merta ada di politik, tapi di tumbuhkan sejak di rumah dan di meja makan keluarga.
"Korupsi di Indonesia bukan cuma di politik, tapi juga tumbuh di rumah, di ruang tamu, di meja makan," kata Salsa.
"Yang anak-anak ini akhirnya saat jadi pejabat, jadi pemimpin, jadi orang penting, mereka mungkin kaya raya, tapi jiwanya kosong dan nilai di hatinya itu kosong, tanpa empati," kata Salsa.
Karena sejak kecil kata Salsa setiap anak di Indonesia diajarkan bahwa yang penting keberhasilan bukan kejujuran.
"Kita diajarin untuk yang penting itu keberhasilan bukan kebenaran. Karena budaya nyembah uang, budaya materialisme, yang sudah besar banget ditanamin dari kita sejak kecil," katanya,
Untuk itu kata Salsa, sudah saatnya kita memutus budaya ini.
"Ajarkan anak anak kita bahwa mereka berharga. Bukan karena harta apa yang mereka punya. Mereka berharga karena mereka adalah manusia yang jujur, mereka adalah manusia yang tanggung jawab dan mereka adalaha manusia yang penuh dengan nilai kebaikan. Di sini perubahan di mulai," kata Salsa.
Sebelumnya Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo bicara terkait banyaknya tokoh dan pejabat negara di Indonesia yang terjerat kasus korupsi.
Suharyo mengatakan, aksi korupsi terjadi karena jati diri paling dasar telah diingkari.
"Sehingga, macam-macam kepentingan lain yang melunturkan jati diri yang paling dasar," kata Suharyo di Gereja Katedral Jakarta, Rabu (25/12/2024).
"Kalau kita melihatnya secara konkret, saya kira korupsi itu sesuatu realitas yang sangat-sangat kompleks," ujar Suharyo.
Suharyo mencontohkan, soal budaya yang jika diingkari seperti apapun masyarakat Indonesia budayanya adalah feodal (kekuasaan dan ingin dihormati).
Bahkan, kata Suharyo, hal itu tidak bisa disanggah dan dalam realitasnya tertentu diciptakan untuk melestarikan feodalisme.
"Nah ketika seseorang hidup sadar atau tidak sadar di dalam situasi feodal, dia akan berpikir mengenai gengsi," jelasnya.
"Mengenai kedudukan dalam masyarakat feodal yang paling dicari-cari adalah kedudukan. Status itu status sosial, gengsi, dan sebagainya," terang Suharyo.
Baca juga: RUU Perampasan Aset Bisa Sita Harta Koruptor Buron dan Meninggal Dunia
"Nah, kalau orientasi hidupnya seperti itu, tanpa disadari maka segala macam cara, dicari untuk mencapai yang dicari itu. Rntah itu kekuasaan, entah itu namanya gengsi, dan semua itu butuh uang. Jadilah korupsi, satu," tutur Suharyo.
Kedua, ungkap Suharyo, sistem tata kelola negara ini terkadang dijadikan alat untuk membunuh karakter maupun menjegal seseorang.
Sehingga, ia melihat korupsi dibiarkan agar nanti ketika waktunya sudah tepat, maka digunakan untuk kepentingan tertentu.
"Nah, itu kan politik yang musuh sebetulnya dan segala macam cara," ucapnya.
"Kalau ditanyakan gereja berbuat apa, tentu gereja itu kompleks. Gereja itu bukan hirarki, gereja itu adalah umat," katanya.
"Maka harapannya tentu saja adalah kalau ditanyakan tentang gereja, salah satu selain suara moral yang ditulis oleh para penulis di koran, disampaikan di dalam wawancara, di televisi," tutur Suharyo.
Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News dan WhatsApp
| Kades Cikuda Jadi Tersangka Kasus Jual Beli Tanah, Ini Sikap Pemkab Bogor |
|
|---|
| Praperadilan Nadiem Makarim Ditolak Hakim, Kuasa Hukum Soroti Kerugian Negara |
|
|---|
| BREAKING NEWS: Hakim Tunggal PN Jakarta Selatan I Ketut Darpawan Tolak Praperadilan Nadiem Makarim |
|
|---|
| Pajak Rawan Dikorupsi, Purbaya Gandeng BPKP dan PPATK untuk Optimalkan Penerimaan Keuangan Negara |
|
|---|
| Dugaan Korupsi Dana Hibah Pesantren, MAKI Akan Laporkan ke KPK |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.