Berita Nasional

M Lutfi Sempat Pusing Jadi Menteri karena Jokowi Sosok yang Tahu Semua Hal dan Menguasai Angka-angka

Editor: Feryanto Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

Sedangkan, kalau melihat 20 besar destinasi ekspor atau sama dengan 80 persen eskpor nonmigas yang bahaya adalah nomor 19 atau Bangladesh. 

Sampai hari ini Bangladesh belum menemukan vaksinasinya dan Pakistan nomor 16. Jadi, Bangladesh dan Pakistan ini adalah pembeli CPO kita. 

Mudah-mudahan kalau mereka belinya untuk minyak goreng, biarpun mereka sakit, harus tetap goreng dengan minyaknya begitu 

Jadi kalau melihat data di 20 besar destinasi ekspor itu, kita bisa lihat Bangladesh, Pakistan, Filipina bermasalah dan mungkin ditambah India dan Thailand. 

Namun, saya yakin mereka sekarang sudah memiliki resep untuk menangani pandemi. 

Jadi, 20 besar negara destinasi ekspor ini sama dengan 80 persen ekspor nonmigas kita. 

Kalau saya boleh cerita sedikit gambaran produknya, 10 besar produk-produk yang nilainya sama dengan 60 persen dari ekspor nonmigas. 

Di antaranya crude palm oil (CPO) yakni ekspor kita 20 miliar dolar AS, batu bara 17 miliar dolar AS, besi dan baja 10,8 miliar dolar AS, dan elektronik 9,2 miliar dolar AS. 

Elektronik ini apa? Ini yang kita jual adalah yang paling besar yakni senilai 3 miliar dolar AS adalah barang-barang yang dipakai untuk komunikasi. Jadi, kebanyakan adalah produk wifi, router karena orang work from home banyak sekali. 

Lalu, perhiasan ekspornya 8,2 miliar dolar AS dan mobil 6,6 miliar dolar AS. Jadi, yang 10 besar produk ekspor saya yakin masih dibutuhkan orang ketika pandemi. 

Sementara, kalau melihat 20 besar produk eskpor itu sama dengan 80 persen ekspor nonmigas kita. 

Selain itu, 30 besar produk ekspor yang kita jual setidaknya 1 miliar dolar AS  itu sama dengan hampir 90 persen total ekspor nonmigas kita. 

Jadi, dari angka-angka ini saya mau menunjukkan bahwa untuk tahun 2021, target saya adalah untuk tumbuh 6,3 persen. Menurut hemat saya, kayaknya kita tidak ada masalah untuk naik 6,3 persen. 

Kolaborasi dengan JD.ID, Huawei Hadirkan High-End Experience Store di Lippo Mall Puri

Jalan Tol Jakarta-Cikampek Macet hingga Tujuh Kilometer, Ternyata Ini Penyebabnya

Tanya: 

Bapak menjabat ketika pandemi meskipun kita sudah divaksin, tapi tidak jaminan untuk mengendalikan itu. Bisa diceritakan ada yang berbeda dengan gaya hidup sehari-hari ketika pandemi ini, termasuk ketika mendapat amanah sebagai menteri perdagangan? 

Jawab:

Ini yang pasti, saat pulang ke Jakarta (dari Amerika Serikat) naik 3 kilogram gara-gara tempat gym saya tutup. Jadi, karena gym-nya tutup, saya tidak angkat besi, cuma lari saja ditambah sama puyeng, kalau puyeng bawaannya cuma ngemil. 

Ya sudah naik 3 kilogram. Jadi, saya tadi lari pagi ketemu sama tetangga saya, Sandi Uno, dia larinya sendiri, saya larinya sendiri. 

Jadi, yang pasti kalau berubah karena gym tutup dan puyeng karena macam-macam yang dihadapi karena menteri perdagangan ketika harga naik, saya salah, ketika harga turun, saya juga yang salah. 

Jadi, saya salah semuanya, jadi setres gitunkan. Jadi, karena setres makan terus. 

Tanya: 

Bagaimana cara yang dilakukan untuk menghindari terinfeksi Covid-19? 

Jawab:

Kalau bisa melihat, muka saya ini ada bekas masker karena saya ini disiplin sekali, tidak pernah lepas masker. Saya di ruangan sendirian, tidak dengan staf. 

Jadi, saya disiplin sekali pakai masker, sebisa mungkin tidak membuka masker. Jadi, kadang kalau ada tamu, saya tidak menyiapkan minuman agar tamu saya tidak membuka maskernya. 

Saya minum jamu, jahe terutama, temulawak, terus saya minum vitamin sekira 9 per hari nya. 

Baca juga: Sebanyak 50 Ribu Tenaga Kesehatan di Jakarta Telah Divaksinasi Covid-19 Dosis Pertama dan Kedua

Tanya: 

Waktu tidur diatur juga, Pak? 

Jawab:

Saya tidur tidak ada masalah, saya tidur jam 12 atau setengah 1 malam. Saya subuh bangun setengah 5, biasanya otak saya berpikir cemerlang ketika pagi-pagi. 

Saya takut sekali makanya saya disiplin banget. Saya sudah vaksin 2 kali, tapi ini semua kena (Covid-19), ajudan saya 3 orang kena semua, supir saya 2 orang kena, sekretaris saya di kantor kena juga. 

Jadi, saya benar-benar dikelilingi sama yang kena. Kemarin, 10 hari tidak bekerja di kantor, work from home untuk memutus penularan di kantor. 

Tanya: 

Relasi perekonomian Indonesia erat dengan China, menurut data perbankan tahun 3 tahun lalu ketika pertumbuhan ekonomi China naik 1 persen, maka Indonesia tumbuh 0,25 persen. Sebaliknya, kalau China turun 1 persen, Indonesia turun 0,25 persen. Berapa signifikan kenaikan ekonomi China terhadap Indonesia sekarang di saat pandemi? 

Jawab: 

Jadi begini, mungkin 3 tahun lalu itu simbiotik antara kita dengan China akurat karena kita menjual migas dan bahan mentah yakni batu bara dan gas ke China. Jadi, kalau China ekonominya tumbuh 5 persen, mungkin efeknya ke kita 0,25 persen. 

Tetapi, kita sekarang lagi berevolusi untuk menjual barang industri dan industri berteknologi tinggi. Contohnya, kita menjual besi ke China itu besar sekali, ekspor kita ke China itu 7 miliar dolar AS besinya dan pada saat bersamaan kita impor 7 miliar dolar AS dari China. 

Ini menunjukkan bahwa ekonomi kita ini sekarang sudah sejajar karena kita sudah berevolusi ke barang industri dan barang industri berteknologi tinggi. 

Dengan kita berevolusi ke industri di masa yang akan datang, nanti ketergantungan kita dengan ekonomi China itu juga akan lebih independen karena sekarang itu meski defisit kita tinggi karena membeli barang industri dari sana dan yang kita jual masih barang mentah. 

Lalu dengan tingginya investasi, apalagi kalau melihat dua produk yakni besi dan baja serta otomotif dan sparepart itu semua asal muasalnya adalah investasi. 

Kalau mobil itu adalah investasi Jepang dan itu saya saksi sejarahnya karena saya waktu itu duta besar, waktu saya datang ke Jepang tahun 2010 itu, investasi Jepang ke Indonesia itu 715 juta dolar AS. 

Waktu saya pulang dari Jepang, investasinya naik 700 persen ke 4,7 miliar dolar AS karena Jepang itu datang berbondong-bondong untuk investasi di mobil. 

Jadi dalam 3 tahun waktu saya di sana, mungkin industri otomotif tumbuh mendapatkan investasi 8 miliar dolar AS. 

Jadi, Mitsubishi, Nissan, Suzuki, dan Toyota double kapasitas. Lalu, Daihatsu produksinya di Indonesia sekarang ini lebih besar daripada di Jepang. 

Jadi, ini menyebabkan tiba-tiba tahun 2018, otomotif itu masuk 10 besar ekspor nonmigas kita. Sempat jadi nomor 3 dan sekarang jadi nomor 6 karena eskpor kita turun dari 315 ribu mobil menjadi 250 ribu mobil tahun lalu. 

Jadi, saya ingin mengatakan dengan evolusi kita menjual barang industri dan industri berteknologi tinggi, ketergantungan kepada China itu makin lama akan makin sedikit. 

Lalu, kalau melihat investasi yang lebih dari 5 miliar dolar AS itu sangat terkait dengan ekspor nonmigas kita. Contohnya itu adalah besi dan besi baja. 

Baca juga: Pria Bertato di Pamulang Ditemukan Tewas Tergantung dengan Jeratan Kabel Setrika di Leher

Sekarang ini kita adalah penghasil stainless steel nomor 2 di dunia karena investasi di satu tempat yakni Sulawesi Tenggara dari Morowali. Ini menyebabkan industri tumbuh. 

Ini akan diikuti dengan tempat-tempat industri dengan investasi yang syarat dengan modal yaitu Weda Bay di Maluku Utara, kita mendapatkan investasi besar sekali. 

Di Bintan untuk alumina dan alumunium smelter ini ada sekira 5 atau 6 pusat industri lebih dari 5 miliar dolar AS. 

Ini menyebabkan nanti Indonesia akan berevolusi jadi negara penjual barang industri dan industri berteknologi tinggi. 

Namun, masalahnya akan banyak, kita sekarang ini lagi dikerjai dimana-mana. Di Filipina dikasih anti dumping, di Vietnam dikerjai juga. 

Di Eropa kita pergi ke lembaga sengketa World Trade Organization (WTO) karena Indonesia sekarang barangnya menjadi sangat kompetitif. Pabriknya baru, ongkosnya murah, dimanapun jadi ancaman bagi negara-negara lain karena negara kita jadi satu di antara produsen yang efisien. 

Jadi, jangan khawatir, kita sudah berevolusi. 

Baca juga: Dirikan Akademi Badminton, Marcus Fernaldi Gideon Bakal Gali Potensi Atlet Bulutangkis dari Papua

Baca juga: Tingkatkan Layanan kepada Penumpang, PT KAI DIsuntik Dana Rp 3,488 Triliun dari Kemenhub

Tanya: 

Pak menteri juga businessman pernah aktif sebagai wakil ketua umum Kadin dan Hipmi, dalam situasi pandemi ini kita harus bisa memanfaatkan peluang. Apa kira-kira bisnis yang patut digeluti ke depan dengan prospek bagus di kalangan UKM agar bertahan atau tumbuh di tengah pandemi? 

Jawab: 

Kalau saya terus terang, semua yang berbasis digital ini akan menjadi suatu terobosan luar biasa. Kalau saya membaca bagaimana Gojek pada 2017 jual martabak di Jakarta Rp 500 miliar setahun. 

Saya tanya sekarang, berapa tukang martabak yang jualan di Gojek? Paling 200 pedagang, kalau 200 pedagang dibagi Rp 500 miliar ini jangan-jangan pendapatan per bulamnya jauh lebih tinggi daripada menteri. 

Cuma masalahnya begini, karena ini era kolaborasi, Anda mesti jual martabak harus enak. Kalau tidak enak pasti tidak laku karena ini kolaborasi, ini adalah era baru. 

Bisa dibayangkan, sekarang ada di Bintaro jual pisang madu. Penjualannya Rp 150 juta per hari, kalau Rp 150 juta itu pisangnya Rp 50 juta atau Rp 20 juta ongkos pisangnya satu hari. 

Bisa dibayangkan Rp 20 juta itu pisangnya berapa truk? Jadi, ini adalah era baru, jadi kalau saya ditanya kita mesti kemana? Kita mesti dagang lagi, jadi eksportir baru lagi. 

Namun, saya akan atur perdagangannya, bukan proteksi, tapi saya ingin perdagangan di Indonesia punya bidang level sama serta pasar sejajar, terutama di digital. 

Saya lagi pelajari supaya semoga pasar kita didominasi orang indonesia. 

Peliput: Yanuar Riezqi Yovanda

Berita Terkini