Perang AS vs Iran

Iran Ancam Serang Langsung Wilayah Dalam Negeri AS Jika Paman Sam Kirim Rudal

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Garda Revolusi Iran

TAK cuma menembaki pangkalan udara Amerika Serikat (AS) di al-Assad di Anbar, Irak menggunakan roket, Iran juga mengancam menyerang hingga masuk wilayah negara Paman Sam itu.

Iran mengancam akan menyerang wilayah dalam negeri AS, jika negara adidaya itu merespons serangan itu dengan cara melepaskan rudal.

Dalam saluran Telegramnya, Pengawal Revolusi Iran (IRGC) mengatakan "Pentagon melaporkan AS akan merespons serangan Iran."

Minta Habil Marati Dibebaskan, Kivlan Zen: Dia Bantu Saya Melawan Komunis yang Mulai Bangkit Lagi

"Kali ini kami akan menanggapi Anda di Amerika," sambung pernyataan IRGC, dikutip Wartakotalive dari cnn.com.

Tak cukup sampai di situ, Iran pun mengancam bakal menyerang Kota Dubai di Uni Emirat Arab dan Kota Haifa di Israel, jika wilayah Iran sampai dibom oleh AS.

Rabu (8/2/2020) pagi WIB, Iran menyerang pangkalan udara Irak al-Assad di Provinsi Anbar.

• Perilaku Anggota DPRD Kota Depok Saat Rapat Paripurna, dari Bolos Sampai Mengobrol Lama di Toilet

Tembakan roket menyerang markas militer yang terdapat banyak tentara Amerika Serikat (AS) itu.

Kata pejabat militer yang tidak disebut namanya kepada VOA, “ini berarti permainan sudah berubah.”

Ia tidak menjelaskan apa yang disebutnya “permainan” itu, tapi menambahkan AS akan melancarkan serangan pencegahan jika diperlukan, untuk menghentikan serangan atas pasukan AS di kawasan itu.

• Ini Alasan PKS Copot Nama Ahmad Syaikhu dari Daftar Cawagub DKI Jakarta

Anbar adalah pusat pemberontakan warga Sunni dan merupakan pangkalan kelompok militan ISIS yang pernah menguasai kota-kota seperti Fallujah dan Ramadi.

Belum ada pihak atau kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan roket pada Rabu (8/1/2019) dini hari waktu setempat itu.

Namun, laporan kantor berita Associated Press mengutip televisi resmi Iran mengatakan, pemerintah telah meluncurkan rudal darat ke darat ke pangkalan udara itu.

• Banjir Besar Awal Tahun Ini Ternyata Pernah Melanda Monas pada 1897 Silam

Sumber-sumber VOA mengatakan, sedikitnya telah terjadi 30 penembakan rudal seperti itu.

Sebelumnya, Qasem Soleimani dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, tewas dalam serangan rudal Amerika Serikat di Bandara Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020).

Dikutip dari AFP, Pentagon menyatakan serangan tersebut merupakan arahan dari Presiden AS Donald Trump.

• Sayangkan Sikap Lembek Prabowo Soal Konflik Natuna, PKS: Bangsa Ini Bisa Semakin Direndahkan

Soleimani tewas saat hendak menuruni pesawat.

Pemimpin Spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei mendeklarasikan hari berkabung nasional selama tiga hari atas kematian Soleimani.

"Mereka yang membunuh Soleimani akan mendapatkan pembalasan yang sangat kejam," katanya.

• Nyinyir di Medsos Takkan Ubah Kondisi Jakarta, Dokter Muda Ini Pilih Aksi Nyata untuk Korban Banjir

Serangan ini terjadi dua hari setelah milisi Syiah Irak dan simpatisannya menyerang kedutaan besar (kedubes) Amerika Serikat di Baghdad.

Insiden itu merupakan balasan dari AS yang membombardir markas Kataib Hizbullah pada akhir pekan lalu hingga menewaskan 25 orang.

Presiden Donald Trump lantas mengibarkan bendera AS di akun twiternya @realDonaldTrump pada Jumat (3/1/2019), setelah membunuh Soleimani.

Reynhard Sinaga Pernah Ajukan Status Sebagai Pengungsi karena Gay, Tak Mau Pulang ke Indonesia

Namun, Donald Trump didemo warga AS, lantaran membunuh seorang Jenderal Iran pada serangan rudal Jumat lalu.

Dikutip dari Afp.com pada Minggu (5/1/2019), sekitar 200 pendemo berada di luar Gedung Putih, Washington DC pada Sabtu kemarin.

Demonstran berkumpul dan berteriak "no war on Iran" (jangan ada perang di Iran).

• Menteri PUPR: Sungai Harus Dilebarkan, Kalau Naturalisasi Cuma Ditutup Rumput

Serta, menuliskan berbagai slogan seperti "no justice, no peace, US out of the Middle East" (tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian, Amerika harus keluar dari Timur Tengah).

"Kami tak akan membiarkan Amerika Serikat negara kami menjadi pemimpin perang yang tidak berguna di Timur Tengah," ujar orator.

Seusai berdemonstrasi di Gedung Putih, aksi sempat bergeser ke Trump International Hotel.

• Ketua DPRD DKI Bilang Normalisasi Sungai Lambat karena Anies Ogah Gusur Warga Sesuai Janji Kampanye

Selain di luar Gedung Putih, setidaknya ada 70 titik di kota lain yang menggelar aksi menolak sikap Trump itu.

Seperti di New York, pendemo menuntut agar Trump menarik 5.000 tentara AS dari Irak.

Trump diketahui membunuh Jenderal Iran, Qasem Soleimani dengan tujuan untuk menghentikan perang, bukan untuk memulai perang baru.

• UPDATE Korban Meninggal Akibat Banjir di Jabodetabek Bertambah Jadi 53 Orang, 1 Korban Hilang

Demikian disampaikan Trump seperti dilansir dari AP, Sabtu (4/1/2019).

Menurut dia, Soleimani merupakan komandan Pasukan Quds, sayap dari kesatuan elite Garda Revolusi, tewas di Bandara Internasional Baghdad, Irak.

Soleimani tewas bersama pemimpin paramiliter Irak Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, dan enam orang lainnya akibat serangan drone.

• Anies Baswedan: Tidak Ada Sampah di Bandara, Menteri PUPR: Maksud Presiden di Sungai Dekat Situ

Trump menyebut Soleimani adalah sosok kejam, yang menjadikan kematian orang tak berdosa sebagai hasratnya yang sakit.

"Kita merasakan kenyamanan saat mengetahui, kekuasaan terornya sudah berakhir," kata Trump

Meski begitu, Trump mengaku tidak berniat menggantikan rezim pemerintahan di Iran, ketika menyerang Soleimani.

Lebih Pilih Tigkatkan Patroli di Natuna Utara, Mahfud MD: Untuk Apa Perang?

Pemerintah Iran lantas mengambil sikap tak lagi mematuhi batasan pengayaan uranium yang diatur dalam perjanjian nuklir 2015.

Sikap itu diambil menyusul tewasnya perwira tinggi militer Iran Mayor Jenderal Qasem Soleimani, dalam serangan udara Amerika Serikat di Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020).

"Program nuklir Iran tidak lagi menghadapi batasan dalam operasional," kata Pemerintah Iran, dikutip dari AFP, Senin (6/1/2020).

• Sebut Prabowo Lembek Soal Natuna, PKS Dianggap Mau Men-downgrade Menteri Pertahanan

Dengan tak lagi mematuhi batas pengayaan uranium, Iran kembali melanjutkan program nuklir.

Perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 yang digagas di era Presiden AS Barack Obama, menetapkan Iran harus membatasi pengayaan uranium hingga 3,67 persen.

Angka itu jauh dari keperluan mengembangkan senjata nuklir sebesar 90 persen.

• Kepala BNPB: Belum Pernah dalam Sejarah Bandara Halim Perdanakusuma Kebanjiran

Timbal baliknya, negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran.

Selain AS, negara yang menandatangani kesepakatan nuklir JCPOA adalah Inggris, Prancis, Jerman, Cina, Rusia, dan Uni Eropa.

Namun, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, AS menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018, dan kembali menerapkan sanksi atas Iran. (CC)

Berita Terkini