Lipsus Warta Kota

Kebanyakan Makan Nasi Panas dan Minuman Kemasan, Sarah Divonis Diabetes Gula 700 Mg/dl

Sarah bercerita diabetes diawali dengan kebiasaan buruknya, yang gemar memakan nasi panas, sejak kecil.

Penulis: Nurmahadi | Editor: Dian Anditya Mutiara
Istimewa
Nasi putih panas bisa menjadi pemicu diabetes 

Setelah menunggu hasil lab, selama kurang lebih 15 menit, pihak dokter kemudian memberi informasi terkait sakit yang tengah dialami Sarah.

Dokter pun membeberkan jika Sarah mengalami lonjakan gula darah hingga 700 miligram/desiliter.

Yang mana, kadar gula darah normal berada di kisaran angka 70 sampai 130 miligram/desiliter.

Mendengar hal itu, Sarah dan ibunya diam seketika, merasa jika semua yang telah dialaminya hanyalah mimpi belaka.

Namun apa daya, nasi telah menjadi bubur, Sarah pun hanya bisa tegar dengan penyakit diabetes nya.

"Saya juga yang denger waktu itu bener-bener enggak nyangka aja, apalagi dokter bilang kalau kadar gula darah sampai 700 mg/dl ini dialami orang tua, mungkin sudah meninggal," kata dia.

Usai divonis dokter, mengidap diabetes, Sarah mengaku hanya bisa terus berjuang melawan penyakitnya.

Semua makanan dan minuman pun diatur selama kurang lebih delapan bulan lamanya.

Bahkan, dia juga mengaku tak pernah jauh dari alat medis yang bernama insulin. Baik setelah makan, maupun beraktivitas, mau tak mau di harus menyuntikan insulin ke tubuhnya.

Perasaan malu hingga minder juga kerap Sarah rasakan, terlebih ketika dia tengah makan di tempat umum, maka dia harus menjauh dari banyak orang, hanya untuk menyuntikan insulin ke tubuhnya.

"Sekarang masih, tapi tergantung makanan yang dikonsumsi, sekarang paling sekali sampai dua kali suntik insulin, itu juga tergantung aktivitas yang dilakuin sehari-hari, dan tergantung makanan apa yang dikonsumsi," ujarnya.

Namun terlepas dengan itu semua, Sarah mengaku masih bersyukur, karena semua biaya pengobatanya ditanggung BPJS Kesehatan.

Meskipun begitu, Sarah tetap harus mengeluarkan biaya untuk membeli jarum suntik, alkohol, hingga kapas.

"Pakai BPJS, soalnya harga satu insulin itu lumayan ya, Rp 600 ribuan, alhamdulillah enggak sampai jual barang-barang, dan lain-lain ya, cuma tetep ngeluarin biaya buat jarum insulin nya, beli alhokol, dan kapas aja," ujarnya. (m41)

Sumber: Warta Kota
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved