Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

FDR Sriwijaya Air SJ 182 Ditemukan, KNKT Butuh Maksimal 5 Hari untuk Unduh Data

anglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, salah satu bagian dari black box milik pesawat Sriwijaya Air SJ182 telah ditemukan.

Tribunnews/Irwan Rismawan
Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, ditunjukkan di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1/2021). FDR Sriwijaya Air SJ 182 yang ditemukan oleh tim penyelam TNI di perairan Kepulauan Seribu selanjutnya akan dibawa KNKT untuk dilakukan pemeriksaan. 

Dikutip dari natgeotv.com, tujuan utama dari perekam suara kokpit adalah merekam apa yang dikatakan kru, dan memantau setiap suara yang terjadi di dalam kokpit.

Perekam suara kokpit juga sangat penting untuk menentukan waktu kejadian, karena berisi informasi seperti komunikasi antara awak dan pengawas darat dan pesawat lain.

Selain diskusi antar-pilot, black box juga merekam pengumuman komputer otomatis, lalu lintas radio, diskusi dengan awak dan pengumuman kepada penumpang.

Baca juga: Khasiat Vaksin Covid-19 Sinovac 65,3 Persen, Efek Samping Kategori Berat Cuma 0,1-1 Persen

Suara sakelar dan mesin juga direkam oleh perangkat.

Percakapan pribadi antara pilot pun juga disimpan di black box.

Itulah sebabnya file audio yang diambil harus ditangani dengan hati-hati, sebagai upaya perlindungan data.

Bagian dari black box ini biasanya terletak di bagian belakang pesawat.

Perekam data penerbangan

Peralatan penting yang berada di black box, yakni perekam data penerbangan.

Alat ini membantu penyelidik karena mencatat berbagai fungsi operasi pesawat sekaligus, seperti waktu, ketinggian, kecepatan udara, dan arah pesawat.

Perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit adalah alat yang berharga bagi penyelidik kecelakaan udara dalam mencari tahu penyebab kecelakaan penerbangan.

Kuat dan mudah ditemukan

Dikutip dari Kompas.com, black box harus tahan banting dan tetap utuh tanpa rusak, meski dihantam berbagai skenario kecelakaan pesawat.

Sebelum digunakan, black box harus lulus serangkaian uji ketahanan.

Mulai dari dapat menahan benturan dinding beton dengan kecepatan 750 kilometer per jam, beban statis 2,25 ton setidaknya selama lima menit, suhu maksimum 1.100 derajat Celsius selama satu jam, dan tekanan air di kedalaman 6.000 meter.

Baca juga: Hari Kedua Pencarian Sriwijaya Air SJ182, 14 Bagian Tubuh Penumpang dan 53 Properti Ditemukan

Agar lebih mudah ditemukan di laut, perangkat mengirimkan sinyal saat bersentuhan dengan air asin yang dapat ditangkap dalam radius sekitar dua kilometer (1,2 mil).

Dalam jarak sesingkat itu, lokasi bangkai kapal seharusnya sudah ditentukan untuk menemukan perangkatnya.

Penemu

Black box pertama kali ditemukan seorang ilmuwan muda Australia bernama Dr David Warren.

Saat itu, Warren bekerja di Aeronautical Research Laboratory di Melbourne pada pertengahan 1950-an.

Dia terlibat dalam penyelidikan seputar kecelakaan misterius pesawat komersial bertenaga jet pertama di dunia, Comet.

Baca juga: Pakai Kalender Jawa Lagi, Waketum PKB Prediksi Jokowi Kirim Nama Calon Kapolri ke DPR Hari Rabu

Menyadari kegunaan black box bila ada rekaman tentang apa yang terjadi di pesawat sebelum kecelakaan itu, dia mulai mengerjakan perekam data penerbangan dasar.

Unit demonstrasi pertama diproduksi pada tahun 1957.

Tetapi baru pada tahun 1960, setelah kecelakaan pesawat yang tidak dapat dijelaskan di Queensland, Australia, menjadi negara pertama di dunia yang mewajibkan black box untuk semua pesawat komersial. (Gita Irawan)

Sumber: Tribunnews
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved