Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
FDR Sriwijaya Air SJ 182 Ditemukan, KNKT Butuh Maksimal 5 Hari untuk Unduh Data
anglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, salah satu bagian dari black box milik pesawat Sriwijaya Air SJ182 telah ditemukan.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, salah satu bagian dari black box milik pesawat Sriwijaya Air SJ182 telah ditemukan.
Hadi mengatakan bagian tersebut merupakan flight data recorder (FDR).
Ia menjelaskan, FDR tersebut ditemukan pada pukul 16.10 WIB.
Baca juga: UPDATE Kasus Covid-19 Indonesia 12 Januari 2021: Pasien Positif Melonjak 10.047 Jadi 846.765 Orang
Selain itu, kata Hadi, ditemukan pula dua underwater accoustic beacon.
"Pada pukul 16.40 Kepala Staf Angkatan Laut melaporkan kembali bahwa FDR sudah ditemukan."
"Dan dilaporkan pula bahwa underwater accoustic beacon sebanyak dua juga telah ditemukan," kata Hadi di Posko JICT II Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1/2021).
Baca juga: Besok Jokowi Disuntik Vaksin Covid-19, Maruf Amin Kapan?
Hadi mengatakan, dengan demikian tinggal satu lagi bagian black box yang belum ditemukan, yakni Cockpit Voice Recorder (CVR).
"Saya yakin dengan kerja profesional dan didukung peralatan mumpuni dari KRI Rigel dan Baruna, maka pencarian CVR yang beaconnya sudah ditemukan hari ini juga bisa kita temukan," tutur Hadi.
Diserahkan ke KNKT
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyerahkan salah satu bagian dari black box pesawat Sriwijaya Air SJ 182, yakni Flight Data Recorder (FDR) yang telah dimasukan ke dalam kotak penyimpanan khusus, kepada Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI (Purn) Bagus Puruhito.
Bagus kemudian menyerahkannya lagi kepada Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono, di Posko JICT II Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1/2021).
Dalam kesempatan itu, Soerjanto memohon doa dari masyarakat agar pihaknya dapat segera mengunduh data dari FDR tersebut, dalam kurun waktu dua sampai lima hari.
Baca juga: Jokowi Lebih dari 5 Kali Telepon Menhub Tanyakan Perkembangan Kecelakaan SJ182, Ini Instruksinya
"Sekali lagi kami sampaikan kami membutuhkan waktu dua sampai lima hari untuk mengunduh data."
"Nanti akan kami sampaikan kepada rekan-rekan media apakah data dari FDR tersebut bisa diunduh atau tidak," ucap Soerjanto.
"Hari ini kita bisa temukan flight data recorder dan kedua pinger."
Baca juga: DAFTAR Harta Kekayaan 5 Jenderal Calon Kapolri, Komjen Arief Sulistyanto Paling Tajir
"Tapi memang pembising atau pinger tersebut terlepas dari black box, tapi alhamdulillah kita bisa menemukan FDR."
"Mohon doa masyarakat agar pembacaan data FDR yang kami perkiraan makan waktu dua sampai lima hari berjalan lancar."
"Dan segera dapat mengungkap misteri yang jadi penyebab kecelakaan ini," ucap Soerjanto.
Operasi Belum Selesai
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, operasi dukungan terhadap Basarnas dalam rangka evakuasi korban pesawat Sriwijaya Air SJ 182 masih terus berlanjut, meski FDR telah ditemukan.
Hadi mengatakan, operasi tersebut juga masih terus dilakukan untuk mengangkat bagian-bagian bodi pesawat lainnya.
"Saudara-saudara sekalian, operasi belum selesai karena terus akan kita lakukan evakuasi korban."
Baca juga: BREAKING NEWS: Kotak Hitam Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Ditemukan
"Termasuk dengan seluruh potongan bodi pesawat juga akan kita upayakan diangkat."
"Dan (pengangkatan) bodi pesawat adalah dalam rangka melengkapi data yang diperlukan oleh KNKT," papar Hadi.
Hadi mengatakan, operasi dukungan tersebut akan dilakukan di sekitar lokasi di titik ditemukannya pesawat tersebut.
"Mudah-mudahan apa yang menjadi target kita bisa segera terealisasi," harap Hadi.
Apa Itu Black Box?
Tragedi kecelakaan pesawat kembali terjadi di Indonesia.
Kali ini, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (9/1/2020).
Black box alias kotak hitam menjadi komponen penting yang menjadi kunci informasi mengenai penyebab kecelakaan pesawat.
Baca juga: Komisi III DPR Bilang Tak Mungkin Usulan Calon Kapolri Dipaketkan dengan Wakapolri, Ini Alasannya
Black box merupakan salah satu komponen pesawat yang menyimpan data penting.
Benda ini paling dicari dalam kecelakaan pesawat, termasuk yang menimpa Sriwijaya Air SJ 182.
Sejumlah barang bukti yang diduga berkaitan dengan musibah pesawat Sriwijaya Air ditemukan pada Minggu (10/1/2021).
Baca juga: Larangan WNA Masuk Indonesia Diperpanjang Hingga 28 Januari 2021, Operasi Yustisi Digencarkan Lagi
Barang bukti itu mulai dari serpihan pesawat, kabel, pecahan ban, tumpahan minyak, bagian tubuh, properti milik penumpang dan lainnya.
Dikutip dari Kompas.com, kotak hitam milik pesawat rute Jakarta-Pontianak itu juga sudah ditemukan lokasinya.
Melalui black box itulah, penyebab kecelakaan bisa diidentifikasi lewat rekaman terakhir sebelum pesawat jatuh.
Baca juga: Rekening Munarman Ikut Diblokir, Mantan Sekum FPI Mengaku untuk Tampung Biaya Pengobatan Ibunya
Lantas, apa itu black box?
Black box atau kotak hitam merupakan satu dari komponen pesawat lain yang menyimpan data penting.
Tidak seperti namanya, black box berwarna oranye.
Baca juga: UPDATE Kasus Covid-19 di Indonesia 11 Januari 2021: Pasien Positif Tambah 8.692 Jadi 836.718 Orang
Perangkat yang tidak bisa dihancurkan ini merekam semua data penerbangan.
Dikutip dari Deutsche Welle, pada dasarnya black box merupakan perangkat perekam yang sangat dilindungi dan penting.
Sama seperti hard disk atau kartu memori, black box mencatat semua data penerbangan, selain percakapan di kokpit.
Baca juga: Basarnas Temukan 10 Kantong Bagian Tubuh Penumpang Sriwijaya Air SJ182 dan 16 Kantong Puing Pesawat
Sebelumnya, rekaman data pesawat dan percakapan di kokpit direkam dengan dua alat berbeda.
Namun sekarang, ada juga perangkat yang bisa melakukan keduanya.
Perekam suara di kokpit
Dikutip dari natgeotv.com, tujuan utama dari perekam suara kokpit adalah merekam apa yang dikatakan kru, dan memantau setiap suara yang terjadi di dalam kokpit.
Perekam suara kokpit juga sangat penting untuk menentukan waktu kejadian, karena berisi informasi seperti komunikasi antara awak dan pengawas darat dan pesawat lain.
Selain diskusi antar-pilot, black box juga merekam pengumuman komputer otomatis, lalu lintas radio, diskusi dengan awak dan pengumuman kepada penumpang.
Baca juga: Khasiat Vaksin Covid-19 Sinovac 65,3 Persen, Efek Samping Kategori Berat Cuma 0,1-1 Persen
Suara sakelar dan mesin juga direkam oleh perangkat.
Percakapan pribadi antara pilot pun juga disimpan di black box.
Itulah sebabnya file audio yang diambil harus ditangani dengan hati-hati, sebagai upaya perlindungan data.
Bagian dari black box ini biasanya terletak di bagian belakang pesawat.
Perekam data penerbangan
Peralatan penting yang berada di black box, yakni perekam data penerbangan.
Alat ini membantu penyelidik karena mencatat berbagai fungsi operasi pesawat sekaligus, seperti waktu, ketinggian, kecepatan udara, dan arah pesawat.
Perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit adalah alat yang berharga bagi penyelidik kecelakaan udara dalam mencari tahu penyebab kecelakaan penerbangan.
Kuat dan mudah ditemukan
Dikutip dari Kompas.com, black box harus tahan banting dan tetap utuh tanpa rusak, meski dihantam berbagai skenario kecelakaan pesawat.
Sebelum digunakan, black box harus lulus serangkaian uji ketahanan.
Mulai dari dapat menahan benturan dinding beton dengan kecepatan 750 kilometer per jam, beban statis 2,25 ton setidaknya selama lima menit, suhu maksimum 1.100 derajat Celsius selama satu jam, dan tekanan air di kedalaman 6.000 meter.
Baca juga: Hari Kedua Pencarian Sriwijaya Air SJ182, 14 Bagian Tubuh Penumpang dan 53 Properti Ditemukan
Agar lebih mudah ditemukan di laut, perangkat mengirimkan sinyal saat bersentuhan dengan air asin yang dapat ditangkap dalam radius sekitar dua kilometer (1,2 mil).
Dalam jarak sesingkat itu, lokasi bangkai kapal seharusnya sudah ditentukan untuk menemukan perangkatnya.
Penemu
Black box pertama kali ditemukan seorang ilmuwan muda Australia bernama Dr David Warren.
Saat itu, Warren bekerja di Aeronautical Research Laboratory di Melbourne pada pertengahan 1950-an.
Dia terlibat dalam penyelidikan seputar kecelakaan misterius pesawat komersial bertenaga jet pertama di dunia, Comet.
Baca juga: Pakai Kalender Jawa Lagi, Waketum PKB Prediksi Jokowi Kirim Nama Calon Kapolri ke DPR Hari Rabu
Menyadari kegunaan black box bila ada rekaman tentang apa yang terjadi di pesawat sebelum kecelakaan itu, dia mulai mengerjakan perekam data penerbangan dasar.
Unit demonstrasi pertama diproduksi pada tahun 1957.
Tetapi baru pada tahun 1960, setelah kecelakaan pesawat yang tidak dapat dijelaskan di Queensland, Australia, menjadi negara pertama di dunia yang mewajibkan black box untuk semua pesawat komersial. (Gita Irawan)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/black-box-sriwijaya-air-sj-182-ditemukan.jpg)