Virus Corona
Begini Cara Unik Warga New York Dukung Tim Medis dan Pasien Covid-19, Dilakukan Setiap Pukul 7 Malam
Roy Sembel mengungkapkan ritual unik masyarakat New York, Amerika Serikat, dalam mendukung tim medis dan pasien Covid-19.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Roy Sembel, profesor ekonomi di IPMI International Business School, mengungkapkan ritual unik masyarakat New York, Amerika Serikat, dalam mendukung tim medis dan pasien Covid-19.
Roy yang sempat dirawat di sebuah rumah sakit di New York karena positif Covid-19 pada April 2020, mengungkapkan ritual unik masyarakat New York dalam memberikan dukungan kepada tenaga medis, dokter, perawat, serta pasien Covid-19.
Roy mengungkapkan, masyarakat New York yang berada di sekitar rumah sakit tempatnya dirawat itu, selalu membuat bunyi-bunyian di perempatan jalan setiap pukul 19.00.
Baca juga: Masih Ada Perawat yang Tangani Covid-19 Kerja 8 Jam per Sif, Pemerintah Diminta Ketatkan Waktu Tugas
Mereka, kata Roy, akan berhenti selama lima menit untuk membunyikan klakson kendaraan, berteriak-teriak, bertepuk tangan, memainkan genderang, atau bahkan memainkan terompet.
Ritual tersebut, kata Roy, dilakukan masyarakat setiap hari, bahkan setelah ia keluar dari rumah sakit tersebut, dan menjalani karantina mandiri sejak 11 April 2020.
Hal itu diungkapkan Roy dalam acara Bincang-bincang Sabtu Pagi Penyintas Covid-19 yang digelar Lentera Talenta Indonesia secara virtual, Sabtu (31/10/2020).
Baca juga: Dugaan Aparat Terlibat Pembunuhan Pendeta di Papua Simpang Siur, Komisi I Bakal Tanya Panglima TNI
"Setelah saya pulang di daerah-daerah apartemen saya juga begitu."
"Setiap pukul 19.00 itu lonceng gerejanya dibunyikan."
"Kalau di New York kan setiap sudut ada gerejanya, kemudian orang pada teriak, tepuk tangan, pakai terompet selama lima menit," beber Roy.
Baca juga: Kabupaten Bogor Makin Membara, 37 Kecamatan Kini Masuk Zona Merah Covid-19
Roy yang berada di New York untuk menjenguk cucunya yang baru lahir itu mengungkapkan, ia dinyatakan positif Covid-19 pada 5 April 2020, dan baru dirawat di rumah sakit tersebut pada 7 April 2020, karena membeludaknya pasien di rumah sakit tersebut.
Selama menjalani perawatan di sana, ia dirawat satu kamar bersama pasien covid-19 lain, yang kondisinya lebih parah karena sudah menggunakan ventilator.
Selama dirawat di sana, ia mengaku hanya mendapatkan vitamin, makanan bergizi, dan antibiotik, untuk mengobati batuk berdarahnya akibat Covid-19, mengingat saat itu baru awal pandemi menyerang Amerika Serikat.
Baca juga: Tersinggung Suara Klakson Motor, Dua Pemuda Palmerah Aniaya Warga Pakistan
Namun yang membuatnya terkesan, dokter dan suster di sana tetap bersikap ramah dan lebih banyak mengajaknya bercanda.
"Waktu di rumah sakit kayaknya dokter dan suster di sana kayaknya ditraining untuk ramah."
"Akhirnya kita banyak bercandanya sambil ketawa-ketawa," ungkap Roy.
Baca juga: 141 Dokter Indonesia Gugur Akibat Covid-19, Paling Banyak pada Juli-Agustus 2020