Lokalisasi Sunan Kuning Resmi Tutup Setelah 53 Tahun, Ada yang Depresi dan Terpaksa Dilarikan ke RSJ
"Iya dia depresi berat, jadi suka diam, ngelamun, tiba tiba menangis, tiba tiba ngomong sendiri."
Salah satu pekerja di lokalisasi Sunan Kuning atau Resosialisasi Argorejo harus dilarikan ke rumah sakit jiwa lantaran secara psikologis terdampak penutupan lokalisasi Sunan Kuning.
Sebut saja Diva (25), wanita asal Semarang ini menderita depresi berat sehingga harus mendapatkan perawatan medis di RSJD daerah Pedurungan, Semarang.

Ketua Pengelola Resosialisasi Argorejo Suwandi Eko Putranto membenarkan kabar anak asuhnya tersebut tengah menjalani perawatan di RSJD.
"Iya dia depresi berat, jadi suka diam, ngelamun, tiba tiba menangis, tiba tiba ngomong sendiri."
"Tapi sudah dibawa ke rumah sakit jiwa," ujar Wandi.
• Dokter Ngaku Lulusan S3 Luar Negeri Ditangkap Usai Dilaporkan 3 Pasiennya, Ternyata Dokter Gadungan
• Viral Video Dukun Undang Nyi Roro Kidul untuk Amankan Pelantikan Jokowi-Maruf Amin, Ini Kata MPR
• VIDEO: Total Tersangka Kelompok Bom Rakitan dan Molotov Abdul Basith Jadi 21 Orang
Sebelumnya, Diva tidak pernah menunjukkan tanda-tanda memiliki penyakit kejiwaan.
Bahkan dia dikenal baik, ramah dan mudah bergaul.
"Anaknya baik, ramah, suka ngobrol juga, mungkin kepikiran mau seperti apa nasibnya ke depan setelah penutupan lokalisasi ini," ujar Wandi.
Saat ini, lanjut Wandi, pihaknya belum mengetahui secara pasti kondisi kesehatan Diva.
Namun pihaknya akan berupaya mendatangi ke rumah sakit untuk melihat perkembangannya.
"Kita akan pastikan kondisinya, bagaimana perkembangannya, karena ini juga tanggung jawab kita," kata Wandi.
• Sedang Berlangsung Live Streaming Persib Vs Persebaya, Ndouasel Disimpan Frets Butuan Starter
Seperti diketahui, Lokalisasi Sunan Kuning (SK) atau Resosialisasi Argorejo sudah berdiri sejak 53 tahun lalu.
Tempat hiburan birahi itu resmi ditutup oleh Pemerintah Kota Semarang pada saat seremonial Jumat (18/10/2019).
Proses persiapan menjelang penutupan pun terus dilakukan Pemkot Semarang.
Di antaranya mulai dari pemberian tali asih kepada 448 wanita pekerja seks (WPS) hingga mempersiapkan fasilitas armada kepulangan WPS usai dilakukan penutupan.
• LIVESTREAMING GRATIS Barito Putra vs Perseru Badak Lampung: Laskar Saburai Tanpa 3 Gelandang
Sementara pada Kamis (17/10/2019) nampak sejumlah papan bertuliskan "Wilayah Argorejo (SK) Kawasan Bebas Prostitusi" telah disiapkan untuk dipasang di tiga titik akses masuk ke Sunan Kuning.
Hidup di "dunia malam" selama 19 tahun
Namun, di saat hari terakhir menjelang penutupan, Kompas.com berkesempatan menemui seorang pemilik salah satu wisma dari 178 karaoke yang terdapat di kawasan lokalisasi Sunan Kuning, sebut saja Sukmawati (58).
Wati sapaan akrabnya ini mengaku telah banyak mengalami kisah suka dan duka selama dirinya melakoni kehidupan dunia malam di lokalisasi Sunan Kuning selama hampir kurun waktu 19 tahun.
"Awalnya sedih saat mendengar Pemkot Semarang akan menutup lokalisasi SK. Saya sudah betah di sini," ujar wanita asal Ngawi ini.
• KPAD Kabupaten Bekasi: Remaja Kecanduan Gim Sebaiknya Dirawat di RS Jiwa
"Tapi ya mau gimana lagi, karena ini program pemerintah terpaksa harus dijalankan.
Tapi untungnya karaokenya masih bisa tetap buka jadi ya bersyukur, karena masih bisa dapat pemasukan meski tak seperti biasanya."
Pendapatan turun drastis
Wati mengaku sejak menjalankan roda bisnis tempat hiburan tersebut dirinya bisa mengantongi penghasilan hingga mencapai Rp 20 juta semalam.
Namun, saat mendengar kabar penutupan, setahun belakangan omsetnya jadi menurun drastis hingga 70 persen.
• 30 Persen Pemicu Anak Terlibat Kasus Kriminal di Kabupaten Bekasi karena Ponsel
"Wisma karaoke saya jadi sepi pengunjung sejak setahun terakhir akan ditutup. Yang datang jadi pada takut karena peraturan itu," kata Wati yang pernah jadi anak asuh (WPS) selama 4 tahun ini.
"Makanya omsetnya turun drastis gak sampai Rp 10 juta. Padahal mesti bayar uang sewa dua rumah karaoke yang masih ngontrak. Belum bayar kebutuhan yang lain."
Dampak psikologis: ada yang dilarikan ke RS Jiwa
Wati yang telah mempekerjakan empat pemandu karaoke di wismanya ini mengungkapkan dampak dari penutupan lokalisasi SK ini sangat banyak terutama masalah ekonomi.
• Aturan Blokir IMEI Disahkan: Begini Nasib Pedagang Ponse, Ponsel BM, hingga Tanggapan ATSI
Apalagi dampak secara psikologis juga dialami oleh beberapa WPS.
"Banyak yang depresi berat karena penutupan ini. Bahkan ada yang sempat dilarikan ke rumah sakit jiwa karena mungkin kepikiran jadi tulang punggung keluarga gimana caranya bisa menghidupi kebutuhan," cerita Wati.
Untuk itu, Wati berharap Pemkot Semarang tidak gegabah dan benar-benar memikirkan dampak dari penutupan lokalisasi SK karena imbasnya sudah banyak yang dirugikan.
"Sebenarnya sudah bener tempatnya terlokalisir di satu tempat," kata Wati.
• VIDEO PENAMPAKAN Kuntilanak dan Sosok Misterius Dibonceng Pemotor di Tanjakan Wadasplasa Jadi Viral
"Karena kalau tidak, takutnya malah menyebar lagi ke beberapa kawasan di sekitar Semarang. Untuk mencegah itu sih baiknya tetap terpusat di sini."
Sosialisasi Sebelum Penutupan
Lokalisasi Argorejo atau yang lebih dikenal dengan Sunan Kuning (SK) akan resmi ditutup Jumat (18/10/2019).
Para wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi tersebut akan pulang ke daerah masing-masing.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Semarang, Muthohar menegaskan, praktik prostitusi sudah tidak ada lagi setelah resmi ditutup.
Pihaknya meminta para WPS untuk pulang ke wilayah masing-masing.
"Besok seremonial SK akan ditutup. Praktik prostitusi disitu tidak akan ada lagi.
Dalam seremonial nanti ada deklarasi dari yang bersangkutan untuk tidak lagi melakukan prostitusi.
Kami akan pasang papan peraturan daerah (perda) nomor 5/2017 tentang ketertiban umum, yang mana pada pasal 20-22 tidak diperbolehkan melakukan praktik prostitusi.
• Seperti 2017, Penggarapan Album Baru Band Kotak Dilakukan Saat Tantri Sedang Hamil
Kalau ada yang melakukan ataupun menyiapkan praktik prostitusi akan dikenakan sanksi," jelas Muthohar.
Saat pemberkasan beberapa hari yang lalu, Muthohar memaparkan, petugas Dinsos sudah melakukan pendataan terkait pemulangan.
WPS diberi pilihan untuk pulang sendiri ke wilayah masing-masing atau petugas Dinsos mengantar mereka hingga daerah asal.
Namun, dari hasil pendataan, para WPS memilih untuk pulang sendiri.
"Kami sudah menanyakan satu per satu akan diantar pulang atau pulang sendiri.
• Siasti Latte Factor, Ini Terkait Kebiasaan Belanja Receh yang Bikin Boros
Mereka sepakat pulang sendiri.
Padahal, kami sebenarnya menyediakan bus untuk pemulangan mereka," ungkapnya.
Kendati demikian, Dinsos pun sudah meminta mereka menandatangani pernyataan bahwa mereka benar-benar tidak menjajakan diri kembali di Kota Semarang dan siap pulang ke wilayah masing-masing.
Untuk antisipasi PKL menjajakan diri di luar, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Satpol PP Kota Semarang.
"Kalau satpol menemukan mereka berkeliaran diluar, mereka tetap kena sanksi," katanya.
Berdasarkan data Dinsos, jumlah WPS di Sunan Kuning sebanyak 448.
Jumlah tersebut tidak hanya dari wilayah Kota Semarang saja, namun berasal dari berbagai kota, mulai Kendal, Jepara, bahkan hingga luar pulau Jawa.
Sebelum pulang ke daerah asal, masing-masing WPS menerima tali asih sebesar Rp 5 juta yang dianggar dari APBD Kota Semarang. Pada 14-15 Oktobor lalu, Dinsos sudah melakukan pemberkasan.
Proses transfer dana bantuan sosial (Bansos) atau tali asih dari Dinas Sosial (Dinsos) Kota Semarang kepada masing-masing rekening WPS juga sudah dilakukan oleh Bank Jateng.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengakuan Pekerja Lokalisasi Sunan Kuning Sebelum Penutupan", Penulis : Kontributor Semarang, Riska Farasonalia. Juga telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sehari Sebelum Lokalisasi Sunan Kuning Ditutup, Ini yang Dilakukan Penghuninya,