Berita Nasional

Megawati Soekarnoputri Tolak Gelar Pahlawan untuk Soeharto, Ini Komentar Pengamat Politik

Pernyataan Megawati Soekarnoputri yang menolak pemberian gelar pahlawan nasional untuk Soeharto menuai tanggapan.

Penulis: Miftahul Munir | Editor: Irwan Wahyu Kintoko
istimewa
MEGAWATI TOLAK SOEHARTO JADI PAHLAWAN - Pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, yang menolak pemberian gelar pahlawan nasional untuk Soeharto menuai beragam tanggapan. Ketua umum PDIP Megawati Soekarnoputri bacakan susunan pengurus DPP PDIP periode 2025-2030 pada Kongres ke-6 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Badung, Bali. 
Ringkasan Berita:
  • Megawati Soekarnoputri yang menolak pemberian gelar pahlawan nasional untuk Soeharto menuai beragam tanggapan
  • Pengamat politik mengatakan, jasa Soeharto tidak bisa dihapus hanya karena catatan kelam politiknya

 

 WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, yang menolak pemberian gelar pahlawan nasional untuk Soeharto menuai beragam tanggapan.

Direktur Eksekutif Nusantara Parameter Indeks (NPI), Murmahudi, mengatakan, pernyataan Megawati Soekarnoputri itu justru berpotensi membuka kotak pandora dendam politik lama.

"Kalau setiap luka masa lalu dijadikan ukuran, nanti sejarah kita isinya cuma duka, bukan pelajaran," kata Murmahudi, Sabtu (8/11/2025).

Baca juga: Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Akademisi: Beliau Bapak Pembangunan

"Republik ini dibangun dari rekonsiliasi, bukan dari buku harian masa lalu yang terus dibuka-buka setiap generasi," lanjutnya.

Murmahudi menilai, alasan Megawati Soekarnoputri soal sulitnya pemakaman Soekarno, ayahnya, di era pemerintahan Soeharto memang menyentuh hati.

Tetapi, kata Murmahudi, pernyataan Megawati Soekarnoputri itu kurang tepat jika dijadikan dasar menolak pengakuan terhadap jasa kepemimpinan nasional.  

Baca juga: Balik Arah, Jokowi Setarakan Gus Dur dengan Soeharto ​untuk Jadi Pahlawan Nasional

"Kalau begitu logikanya, banyak keluarga korban politik lain juga boleh menolak tokoh-tokoh tertentu, negara ini bisa bubar kalau semua merasa paling terluka," katanya.

Menurut Murmahudi, jasa Soeharto tidak bisa dihapus hanya karena catatan kelam politiknya. 

Pasalnya, lanjutnya, Soeharto telah memimpin Indonesia lebih dari tiga dekade dan membangun banyak infrastruktur, stabilitas, dan ekonomi nasional. 

Baca juga: Jokowi Dukung Soeharto Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Hormati Peran dan Jasanya

"Tidak semua sejarah itu putih, tapi bukan berarti semua yang kelam jadi hitam pekat," kata Murmahudi.

Ia juga menyoroti pernyataan Megawati itu bisa memperpanjang dendam antarkelompok.  

Murmahudi menegaskan, seharusnya menjadi laboratorium rekonsiliasi demi kedamaian Indonesia, bukan tempat penyimpanan arsip dendam.

"Kalau dendam diwariskan, generasi muda belajar politik bukan dari ide, tapi dari iri dan luka," ujarnya. (m26)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved