Berita Nasional

Kantor Fadli Zon Digeruduk Karena Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

Kantor Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon digeruduk masyarakat usai mengusulkan Presiden ke-2 Soeharto menjadi pahlawan nasional. 

Editor: Desy Selviany
BPMI Setpres/Laily Rachev
GELAR PAHLAWAN - Menteri Kebudayaan sekaligus Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK), Fadli Zon, memberikan keterangan pers kepada awak media di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, pada Rabu, 5 November 2025. Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev 

WARTAKOTALIVE.COM - Kantor Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon digeruduk masyarakat usai mengusulkan Presiden ke-2 Soeharto menjadi pahlawan nasional. 

Sejumlah organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Adili Soeharto menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung Kementerian Kebudayaan RI, Jakarta, Kamis (6/11/2025). 

Mereka menolak rencana pemerintah yang akan memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 RI, Soeharto.

Koordinator KontraS, Dimas Bagus Arya, mengatakan aksi ini menjadi bentuk penegasan jika pemberian gelar kepada Soeharto merupakan langkah keliru.

"Aksi hari ini dari gerakan masyarakat adili Soeharto yang terdiri dari sejumlah organisasi masyarakat sipil dan juga individu yang menolak keras usulan pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto," kata Dimas di depan Gedung Kemenbud, Kamis (6/11/2025). 

Menurut Dimas, Soeharto adalah sosok yang tidak pantas dianugerahi gelar pahlawan nasional karena memiliki rekam jejak panjang pelanggaran HAM dan kasus korupsi.

Mulai dari tragedi kemanusiaan 1965 dan hingga pelanggaran HAM 1998. 

Seharusnya dua tragedi tersebut menjadi pertimbangan Dewan Gelar untuk membatalkan nama Soeharto yang masuk nominasi Pahlawan nasional.

"Selama memimpin 32 tahun, ada banyak sekali tragedi kemanusiaan yang terjadi sejak tahun 1965-1966 hingga peristiwa kekerasan negara menjelang lengsernya Soeharto tahun 1998."

"Itu harusnya jadi pertimbangan bagi Dewan Gelar untuk tidak memberikan gelar pahlawan nasional kepada Soeharto," ujarnya.

Mereka menolak rencana pemerintah yang akan memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 RI, Soeharto

Aksi ini menjadi bentuk penegasan jika pemberian gelar kepada Soeharto merupakan langkah keliru. 

Ia menyebut pemberian gelar kepada Soeharto sama dengan upaya 'cuci dosa' terhadap sejarah kelam bangsa.

"Pemberian gelar pahlawan bisa diartikan sebagai upaya melanggengkan impunitas oleh pemerintah. Nama Soeharto sudah disebut dalam sembilan kasus yang diselidiki Komnas HAM, termasuk penculikan aktivis 1998," tegas Dimas.

Selain pelanggaran HAM, Dimas juga menyoroti dugaan praktik korupsi yang melekat pada Soeharto selama berkuasa.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved