Hari Pahlawan

Mbah Kholil Dinobatkan Pahlawan Nasional, Ainun Najib: Supaya Nahdliyin Kultural Happy?

Penetapan Mbah Kholil sebagai Pahlawan Nasional dipertanyakan Ainun Najib: supaya menyenangkan kalangan Nahdliyin Kultural?

Editor: Dwi Rizki
Istimewa
PAHLAWAN NASIONAL - Kolase Pegiat Media Sosial sekaligus seorang praktisi Teknologi Informasi, Ainun Najib dan daftar penerima gelar Pahlawan Nasional. Ainun Najib mempertanyakan alasan Prabowo memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Mbah Kholil. Dirinya menduga, pemberian gelar tersebut hanya untuk menyenangkan Nahdliyin kultural. 

Postingannya dilihat lebih dari 16.000 kali hanya dalam waktu beberapa jam.

Beragam komentar pun dituliskan.

Sebagian besar menyoroti pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto.

@tukangpermaks: Wkwkwk.... Marsinah adalah korban rezim Suharto dan sekarang mereka berdua adalah HERO,, dagelan ora lucu

@DIDIK_RODENT: Semoga lobby2 bukan karena ada tujuan politik dan tujuan mengamankan agenda politik tertentu...yg salah tetap salah..yg seharusnya jadi pahlawan tetap jadi pahlawan...quota haji,tambang,dan yg lainnya tetep harus diberesin...kata netizen sebelah..

@HerryAbdul: kan Mensosnya Nahdliyyin

Sosok Mbah Kholil

Dalam sejarah Islam di Nusantara, nama Syeikh Kholil Bangkalan menempati posisi yang sangat penting.

Ulama karismatik asal Madura ini dikenal sebagai guru dari para pendiri organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), serta menjadi rujukan keilmuan bagi banyak kiai pesantren di tanah air.

Syeikh Kholil, yang akrab disapa Mbah Kholil, lahir pada 11 Jumadil Akhir 1235 H atau bertepatan dengan 27 Januari 1820 M.

Ia merupakan putra dari K.H. Abdul Lathif bin Kyai Hamim bin Kyai Abdul Karim bin Kyai Muharram bin Kyai Asror Karomah bin Kyai Abdullah bin Sayyid Sulaiman.

Dari garis keturunan ini, Syeikh Kholil masih bersambung dengan Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo penyebar Islam di tanah Jawa.

Sejak kecil, Mbah Kholil dikenal tekun dan haus akan ilmu agama, khususnya dalam bidang fikih dan nahwu.

Di usia muda, ia sudah mampu menghafal nadzom Alfiyah Ibnu Malik, sebuah kitab gramatika Arab yang menjadi rujukan utama di pesantren.

Perjalanan intelektual Mbah Kholil dimulai di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, di bawah asuhan Kyai Muhammad Nur.

Ia kemudian melanjutkan pengembaraan ilmiahnya ke Pesantren Cangaan di Bangil, lalu ke Keboncandi, Pasuruan.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved