Korupsi
Penyebab RI Banyak Koruptor, Dari Kecil Dididik Nilai Orang dari Materi, Harta Jadi Ukuran Sukses
Penyebab RI Banyak Koruptor, Dari Kecil Dididik Nilai Orang dari Materi dan Harta Ukuran Kesuksesan
"Di pendidikan, di keluarga, di kantor, anak diajarin untuk sukses tapi gak pernah diajarin untuk jujur," kata Salsa.
"Yang penting ranking, yang penting banggain ortu, caranya gak penting," ujarnya.
Karenanya menurut Salsa, korupsi di Indonesia bukan serta merta ada di politik, tapi di tumbuhkan sejak di rumah dan di meja makan keluarga.
"Korupsi di Indonesia bukan cuma di politik, tapi juga tumbuh di rumah, di ruang tamu, di meja makan," kata Salsa.
"Yang anak-anak ini akhirnya saat jadi pejabat, jadi pemimpin, jadi orang penting, mereka mungkin kaya raya, tapi jiwanya kosong dan nilai di hatinya itu kosong, tanpa empati," kata Salsa.
Karena sejak kecil kata Salsa setiap anak di Indonesia diajarkan bahwa yang penting keberhasilan bukan kejujuran.
"Kita diajarin untuk yang penting itu keberhasilan bukan kebenaran. Karena budaya nyembah uang, budaya materialisme, yang sudah besar banget ditanamin dari kita sejak kecil," katanya,
Untuk itu kata Salsa, sudah saatnya kita memutus budaya ini.
"Ajarkan anak anak kita bahwa mereka berharga. Bukan karena harta apa yang mereka punya. Mereka berharga karena mereka adalah manusia yang jujur, mereka adalah manusia yang tanggung jawab dan mereka adalaha manusia yang penuh dengan nilai kebaikan. Di sini perubahan di mulai," kata Salsa.
Sebelumnya Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo bicara terkait banyaknya tokoh dan pejabat negara di Indonesia yang terjerat kasus korupsi.
Suharyo mengatakan, aksi korupsi terjadi karena jati diri paling dasar telah diingkari.
"Sehingga, macam-macam kepentingan lain yang melunturkan jati diri yang paling dasar," kata Suharyo di Gereja Katedral Jakarta, Rabu (25/12/2024).
"Kalau kita melihatnya secara konkret, saya kira korupsi itu sesuatu realitas yang sangat-sangat kompleks," ujar Suharyo.
Suharyo mencontohkan, soal budaya yang jika diingkari seperti apapun masyarakat Indonesia budayanya adalah feodal (kekuasaan dan ingin dihormati).
Bahkan, kata Suharyo, hal itu tidak bisa disanggah dan dalam realitasnya tertentu diciptakan untuk melestarikan feodalisme.
"Nah ketika seseorang hidup sadar atau tidak sadar di dalam situasi feodal, dia akan berpikir mengenai gengsi," jelasnya.
| Kades Cikuda Jadi Tersangka Kasus Jual Beli Tanah, Ini Sikap Pemkab Bogor |
|
|---|
| Praperadilan Nadiem Makarim Ditolak Hakim, Kuasa Hukum Soroti Kerugian Negara |
|
|---|
| BREAKING NEWS: Hakim Tunggal PN Jakarta Selatan I Ketut Darpawan Tolak Praperadilan Nadiem Makarim |
|
|---|
| Pajak Rawan Dikorupsi, Purbaya Gandeng BPKP dan PPATK untuk Optimalkan Penerimaan Keuangan Negara |
|
|---|
| Dugaan Korupsi Dana Hibah Pesantren, MAKI Akan Laporkan ke KPK |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.