Ledakan di SMAN 72

Dalami Kejiwaan, Polisi Panggil Ibu Pelaku Ledakan di SMAN 72 Jakarta

Pemeriksaan terhadap sang ibu dinilai penting untuk menggali keterangan terkait kondisi keluarga dan latar belakang ABH sebelum kejadian.

Penulis: Ramadhan L Q | Editor: Dwi Rizki
Warta Kota
LEDAKAN SMAN 72 JAKARTA - Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto saat memberikan keterangan kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan pada Minggu (9/11/2025). Dalami kejiwaan, penyidik akan memanggil ibu pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Polda Metro Jaya berencana memeriksa ibu dari anak berkonflik hukum (ABH) pelaku peledakan di SMAN 72 Jakarta.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto mengatakan, pemeriksaan terhadap ibu dari ABH masih terus diupayakan dan memerlukan waktu lantaran keberadaannya di luar negeri.

“Direncanakan, tapi kan kerja di luar negeri,” ucap Budi, saat dikonfirmasi, dikutip Minggu (23/11/2025).

Namun, proses pemeriksaan masih menunggu koordinasi karena yang bersangkutan saat ini bekerja di luar negeri.

"Harus koordinasi dengan agen TKI-nya" tutur eks Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan tersebut.

Pemeriksaan terhadap sang ibu dinilai penting untuk menggali keterangan terkait kondisi keluarga dan latar belakang ABH sebelum kejadian.

Kondisi Pelaku

Sebelumnya, penyidik Polda Metro Jaya menunda pemeriksaan terhadap anak berkonflik dengan hukum (ABH) berinisial F yang diduga sebagai pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta.

Kondisi kesehatan dan psikologis pelaku dinyatakan belum stabil oleh dokter.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto mengatakan, pelaku baru dua hari lalu lepas dari pemasangan selang makan. 

"Jadi si ABH ini, baru kemarin lepas selang makan dua hari lalu. Artinya dia baru beradaptasi (menurut) keterangan dokter, jadi dia masih beradaptasi, jadi masih ada rasa mual pusing," ujar Budi, saat dihubungi, Jumat (21/11/2025).

"Tapi yang paling utama, penyidik itu berkoordinasi dengan dokter psikisnya, sudah layak belum dia diminta keterangan, tapi dari dokter menyatakan itu belum, karena dia masih bengong, terus ngomong sebentar kadang masih kayak masih belum pulih sepenuhnya," sambungnya.

Meski pemeriksaan terhadap ABH ditunda, penyidik tetap melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi lain.

"Tapi pemeriksaan lain maraton, saksi korban, keluarga, Labfor, dokter, dan segala macam kan tetap berlangsung pemeriksaan," tutur dia.

Ia menjelaskan, setelah dokter menyatakan kondisi pelaku stabil, penyidik akan berkoordinasi dengan Balai Pemasyarakatan (Bapas), Dinas Sosial, dan KPAI sebelum meminta keterangan.

Korban Masih Trauma

Budi membenarkan, para korban ledakan juga telah dimintai keterangan. 

Namun, penyidik belum bisa menggali lebih dalam karena kondisi psikologis mereka masih terguncang.

"Iya (korban) dimintai keterangan juga. (Trauma?) pasti. Tapi meyakini bahwa benar ledakan itu benar mereka korban juga. Ini masih belum bisa secara dalam kami dalami, ini masih pelan belum bisa secara dalam, ini kan masih pelan-pelan, karena mereka juga anak-anak, status anak di bawah umur," katanya. 

"Jadi harus pelan-pelan. Pemeriksaan aja kan harus difasilitasi sama unit P3A itu," lanjut eks Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan tersebut.

Menurut Budi, pemulihan psikologis korban dan pelaku melibatkan sejumlah pihak, termasuk APSIFOR dan HIMPSI. 

“Semua harus terlibat dalam pendampingan,” ujarnya.

Komunitas Ekstrem

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol (Purn) Eddy Hartono mengungkapkan, pelaku berinisial F, yang meledakkan bom di SMAN 72 Jakarta, diduga terlibat dalam sebuah grup ekstremisme bernama True Crime Community (TCC). 

Eddy menyampaikannya dalam konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).

"Kalau di yang SMA 72 diketahui Densus (pelaku) juga mengakses grup namanya TCC, True Crime Community,” ujar Eddy.

Menurut Eddy, pelaku yang dikategorikan sebagai anak berkonflik dengan hukum (ABH) itu diduga meniru perilaku kekerasan yang ia lihat di komunitas tersebut. 

Dalam kajian psikologis, fenomena ini dikenal sebagai memetic radicalization atau memetic violence, yaitu tindakan kekerasan yang muncul karena keinginan untuk meniru agresi atau perilaku yang ditampilkan oleh sosok atau konten yang diidolakan secara daring.

"Jadi dia bisa meniru ide perilaku apa yang terjadi, sehingga dia meniru supaya bisa dibilang hebat ya, supaya ada kebanggaan," tutur dia.

Ia menambahkan, penanganan kasus serupa memerlukan keterlibatan para ahli psikologi untuk memetakan kondisi pelaku sebelum dilakukan proses rehabilitasi. 

BNPT, kata Eddy, saat ini tengah berkoordinasi dengan Kementerian PPPA, KPAI, serta Kementerian Sosial.

"Kira-kira rehab apa yang pas ketika orang atau anak-anak ini mengalami tekanan secara psikologis. Nah itu yang sekarang kami kembangkan," katanya.

Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana turut menjelaskan, pelaku diketahui mengonsomsi konten dari berbagai situs dan komunitas yang memuat unsur kekerasan.

“Ini menjadi perhatian serius bagi kami untuk memperkuat upaya pencegahan,” ujarnya. 

Trauma

Sebagian siswa SMAN 72 Jakarta kembali mengikuti pembelajaran tatap muka setelah insiden ledakan pada Jumat (7/11/2025).

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengatakan, banyak siswa lainnya masih memilih belajar dari rumah karena mengalami trauma pascakejadian ledakan di sekolah itu. 

"Ada beberapa yang trauma, luka dan sebagainya yang belajar daring," kata Pramono Anung di Halaman Masjid Al Ikhlas, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (18/11/2025).

Baca juga: Sejumlah Siswa Minta Pindah Sekolah setelah Peristiwa Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Ini Alasannya

Proses belajar-mengajar sebenarnya telah dibuka kembali sejak Senin (17/11/2025).

Namun, Pramono memberi kelonggaran ke siswa dan orang tua untuk memilih metode pembelajaran sesuai kondisi masing-masing.

"Sekarang ini alhamdulillah di SMAN 72 Jakarta, proses belajar-mengajarnya sudah berjalan normal, tapi belum sepenuhnya hadir secara fisik," ucap Pramono.

Batasi Akses

Pemprov DKI Jakarta juga menyiapkan aturan baru untuk membatasi akses anak-anak terhadap konten kekerasan di internet.

Kebijakan ini dirumuskan setelah muncul dugaan bahwa ledakan di SMAN 72 Jakarta terinspirasi dari tontonan di dunia maya. 

"Sekarang sedang dirumuskan Dinas Pendidikan agar tidak semua anak dengan gampang melihat YouTube yang kemudian menginspirasi mereka melakukan seperti yang terjadi di SMA 72," ujar Pramono.

Baca juga: Penjelasan Pramono saat Pelaku Ledakan di SMAN 72 Jakarta Diketahui Penerima Bantuan Pendidikan KJP

Pemprov DKI Jakarta juga menyiapkan aturan baru untuk membatasi akses anak-anak terhadap konten kekerasan di internet. 

Kebijakan ini dirumuskan setelah muncul dugaan bahwa ledakan di SMAN 72 Jakarta dilakukan pelaku yang terinspirasi tontonan di dunia maya. 

Sejumlah Siswa Minta Pindah Sekolah

Ledakan di SMAN 72 Jakarta pada 7 November 2025 menimbulkan rasa cemas di kalangan siswa maupun orang tua.

Peristiwa tersebut tidak hanya merusak bagian fisik sekolah, tetapi juga meninggalkan dampak psikologis bagi para peserta didik.

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengatakan, sejumlah siswa bahkan minta pindah sekolah karena merasa tidak aman kembali belajar di sekolah tersebut.

Baca juga: Kondusif setelah Ada Ledakan, Kegiatan Belajar di SMAN 72 Jakarta Berjalan Normal Mulai Pekan Depan

"Saya kaget, bu kepala sekolah menyampaikan ada beberapa siswa yang trauma (setelah ada ledakan di SMAN 72 Jakarta)," kata Pramono Anung, Senin (17/11/2025).

"Mereka trauma hingga minta pindah sekolah, ini menjadi persoalan," lanjutnya.

Pramono mengatakan, fenomena ini tidak bisa dianggap sepele dan perlu dicarikan solusi.

Baca juga: Penjelasan Pramono saat Pelaku Ledakan di SMAN 72 Jakarta Diketahui Penerima Bantuan Pendidikan KJP

"Saya sampaikan kepada ibu kepala sekolah, kalau memang Senin ini (sekolah) sudah siap, silakan dibuka, tapi kalau belum siap, jangan dipaksakan," ucap Pramono.

Pramono Anung telah bertemu Kepala Sekolah SMAN 72 Jakarta untuk membahas langkah-langkah terbaik yang harus ditempuh. 

Menurutnya, situasi pascaledakan ini membutuhkan pendekatan yang tidak hanya berfokus pada pemulihan fasilitas, tetapi juga pada pemulihan rasa aman siswa dan orang tua.

Baca juga: Kegiatan Belajar Mengajar di SMA 72 Jakarta Masih Dilakukan secara Daring setelah Ada Ledakan

Pemerintah juga telah menetapkan hari Senin ini sebagai batas waktu penyelenggaraan pembelajaran daring sebelum keputusan lebih lanjut ditetapkan.

Orang tua dan guru diundang untuk berdiskusi mengenai model pembelajaran yang paling sesuai untuk kondisi terkini di SMAN 72 Jakarta.

Sumber: WartaKota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved