Berita Jakarta
Transjakarta Tak Lagi Sekadar Busway, Menuju Era Smart Mobility Jakarta 5 Abad
PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) terus bertransformasi menuju layanan transportasi publik yang cerdas, inklusif dan berorientasi pada warga.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Dwi Rizki
Ringkasan Berita:
- Sejak 2015, Transjakarta berubah dari sistem busway konvensional menjadi perusahaan berbasis layanan warga (customer driven), bukan sekadar operasional bus.
- Transjakarta kini menjangkau 91,8 persen wilayah Jakarta, membuat 9 dari 10 warga bisa berjalan 5–10 menit ke halte terdekat.
- Transjakarta menyiapkan fase baru transportasi terintegrasi berbasis teknologi, berorientasi pada warga (citizen centric), sebagai fondasi Jakarta menuju kota global pada 2027.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) terus bertransformasi menuju layanan transportasi publik yang cerdas, inklusif dan berorientasi pada warga.
Direktur Utama PT Transjakarta Welfizon Yuza, memaparkan perjalanan panjang perusahaan dari sistem busway konvensional menuju ekosistem smart mobility.
Perubahan besar Transjakarta terjadi sejak 2015 ketika lembaga ini bertransformasi dari Unit Pelaksana Teknis menjadi Perseroan Terbatas (PT).
Sejak itu, arah perusahaan tak lagi hanya berbasis pada operasional bus, melainkan pada pelayanan warga.
"Kalau dulu itu (perspektifnya) operasional driven, jadi layanan didorong dari sisi operasional. Tapi sejak tahun 2016, kami ubah polanya bukan didorong dari sisi operasional, tapi ditarik dari sisi customer (pelanggan)," kata Welfizon.
Baca juga: Masyarakat Diimbau Tidak Masuk atau Melintasi Jalur TransJakarta untuk Jalan Kaki atau Berlari
Hal itu diungkapkan Welfizon dalam forum Balkoters Talk bertajuk 'Smart Mobility: Evolusi Transjakarta untuk Jakarta 5 Abad' di Pressroom Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa (4/11/2025).
Turut hadir Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Muhammad Taufik Zoelkifli dan Kepala Pusat Data dan Informasi Dinas Perhubungan DKI Jakarta Susilo Dewanto.
Welfizon melanjutkan, transformasi budaya pelayanan dimulai dari cara perusahaan memandang pengguna jasa.
Dulu yang naik Transjakarta itu disebut penumpang, namun jika dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penumpang itu artinya ‘numpang’, ‘nebeng gratisan’.
Istilah itu kemudian diubah, karena penumpang terkesan dapat tidak dengan kurang baik.
"Sejak kami berubah menjadi customer driven, sekarang kami mereka disebut pelanggan. Istilahnya mulai dari direksi sampai petugas di lapangan semua menyebut pelanggan, jadi enggak ada lagi istilah penumpang," jelasnya.
Menurutnya, perubahan paradigma itu mengubah seluruh orientasi internal Transjakarta.
Dari rapat operasional harian yang semula berfokus pada jumlah bus yang beroperasi, kini menjadi berapa banyak pelanggan yang dilayani.
Dengan paradigma baru itu, pertumbuhan layanan Transjakarta meningkat signifikan. Hingga kini, jangkauan layanan telah mencapai 91,8 persen wilayah Jakarta, ekuivalen dengan akses 9 dari 10 warga dapat menjangkau halte Transjakarta.
"Jadi 9 dari 10 warga Jakarta jalan kaki 5-10 menit ke arah mana pun pasti ketemu halte atau bus stop," ujar Welfizon.
| Antisipasi Banjir Imbas Hujan Ekstrem, Pemprov DKI Jakarta Modifikasi Cuaca 5–10 November 2025 |
|
|---|
| Cerita Thalia yang Bertekad Kembali ke Papua untuk Mengabdi Usai Resmi Raih Gelar Dokter |
|
|---|
| Kasus Penemuan Dua Kerangka Manusia di Gedung ACC Kwitang Jakpus Diambil Alih Polda Metro |
|
|---|
| Inflasi Jakarta Oktober 2025 Lebih Tinggi dari Nasional, Pramono Klaim Masih Terkendali |
|
|---|
| Kenaikan Harga Emas Picu Inflasi, Pramono Klaim Ekonomi Jakarta Masih Terkendali |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/Direktur-Utama-PT-Transjakarta-Welfizon-Yuza-Anggota-Komisi-B-DPRD-DKI-Jakarta-M-Taufij-Zoelkifli.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.