Pilpres 2024

Perlunya Masa Tenang, Pakar: Supaya Capres Tidak Semakin Cepat Pulang ke Alam Baka

Perlunya masa tenang bagi masyarakat terlebih bagi para capres. Pakar: Capres jangan terlena hasil survei nanti cepat pulang ke alam baka

|
Wartakotalive.com/Nurmahadi
Sejumlah petugas PPSU hingga Satpol PP Jakarta Selatan mulai melakukan pencopotan Alat Peraga Kampanye (APK) sekira pukul 00.30 WIB. di Jalan Kapten Tendean, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Minggu (11/2/2024). Terhitung tanggal 11-13 Februari 2024 adalah masa tenang sebelum kemudian pencoblosan pada 14 Februari 2024. Perlunya masa tenang bagi masyarakat terlebih bagi para capres. Pakar: Capres jangan terlena hasil survei nanti cepat pulang ke alam baka 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Tahapan Pemilu 2024 saat ini sedang berada dalam masa tenang.

Masa tenang adalah masa yang tidak dapat digunakan untuk melakukan aktivitas kampanye pemilu

Masa tenang akan berlangsung selama 3 hari, terhitung mulai 11 Februari 2024 hingga Selasa, 13 Februari 2024.

Baca juga: Masa Tenang Kampanye, Satpol PP Pastikan Jakarta Bersih dari Baliho dan Spanduk

Setelah masa tenang, esok harinya, Rabu, 14 Februari 2024, rakyat secara bersama-sama memberikan hak suaranya di tempat pemungutan suara (TPS).

Mengapa kita butuh masa tenang sebelum 14 Februari?

Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel memaparkan hasil studi sehingga diperlukannya masa tenang.

Berikut hasil studinya:

1) Peningkatan ekspos kampanye politik di media massa, apalagi plus media sosial, disusul oleh peningkatan angka kecemasan masyarakat.

2) Itu menambah beban terhadap kesehatan mental yang telah masyarakat derita sejak keluarnya putusan MK beberapa bulan silam. Putusan MK itu membuat Gibran serta-merta memenuhi syarat usia untuk maju sebagai cawapres.

Baca juga: Masuk Masa Tenang, Kaesang dan Grace Natalie Copot Alat Kampanye PSI di Kedoya

"Memang betul-betul ada pengaruh putusan hukum terhadap kondisi batin publik?," katanya.

"Ya. Putusan di Mahkamah Agung Amerika Serikat, yang juga menjungkirbalikkan peraturan perundang-undangan, diketahui berasosiasi dengan depresi dan kecemasan pada khalayak luas," kata Reza.

3) Bukan hanya masyarakat awam. Polisi, yang secara kultural harus "siap, 86, perintah!", pun tidak imun terhadap stres hebat.

"Salah satu penyebabnya adalah citra buruk lembaga kepolisian sebagaimana dipotret media. Dan sulit disangkal; pada bulan-bulan terakhir ini bertubi-tubi pemberitaan tentang penyalahgunaan alat-alat negara, spesifik institusi kepolisian, untuk tujuan politik partisan oleh penguasa," papar Reza.

"Tugas ekstra" itu, katanya menyedot stamina polisi.

Potret buruk oleh media, menurut Reza juga memengaruhi relasi polisi dan khalayak, sehingga pada gilirannya secara kuat menekan psikis personel polisi.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved