Berita Nasional
Masyarakat Indonesia Buang Makanan Setara Rp 27 Triliun, Tempati Peringkat Kedua di Dunia
Indonesia peringkat kedua dunia lantaran buang makanan. Tercatat 13 juta ton makanan layak dibuang setiap tahunnya dengan nilai Rp 27 triliun.
Sesuai komitmen dalam SDGs, negara-negara di dunia termasuk Indonesia diharapkan dapat mengurangi 50 persen food waste per kapita di tingkat retail dan konsumen pada tahun 2030.
Baca juga: Cegah Diabetes Anak, TK Al-Azwa Sunter Agung Beri Edukasi Makanan Sehat Sambil Bernyanyi
Untuk itu, harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait.
Maka dari itu diperlukan sinergi dan kolaborasi dari hulu ke hilir yang melibatkan akademisi, dunia usaha, komunitas, pemerintah dan media massa.
“Upaya membangun ketahanan pangan termasuk mengurangi kehilangan dan pemborosan pangan tentu tidak bisa sepenuhnya kita serahkan kepada pemerintah,” katanya.
Pontjo menyatakan bahwa peran masyarakat juga sangat diperlukan. Banyak hal yang dapat dilakukan
oleh masyarakat terutama pada tingkat keluarga untuk membantu meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Membangun ketahanan pangan berbasis keluarga dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan pekarangan melalui home farming atau family farming.
Dengan memanfaatkan pekarangan yang ada serta berbagai teknik penanaman, setiap keluarga dapat memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri, yang pada akhirnya berkontribusi bagi penguatan ketahanan pangan nasional.
Masyarakat terutama keluarga juga dapat ambil peran dalam mengurangi food waste dengan mengubah perilaku keluarga dalam konsumsi pangan.
Antara lain dengan membuat rencana makan yang tepat, membeli makan yang dibutuhkan saja, mendaur ulang apa yang tersisa, simpan dengan baik apa yang tidak dimakan, dan mengambil makanan sesuai porsi yang dibutuhkan.
“Sebenarnya banyak kearifan lokal dari nenek moyang kita yang mencerminkan upaya untuk mencegah terjadinya pemborosan atau limbah makanan,” lanjutnya.
Seperti kata bijak atau nasehat: “Kalau makanannya tidak dihabiskan, nanti makanan atau nasinya nangis” Atau “Kalau makanannya tidak habis nanti ayamnya mati”, dan lain-lain.
Dikatakan Pontjo, banyak negara, untuk memenuhi ketersediaan pangannya dilaksanakan melalui swasembada dengan cara memproduksinya di dalam negeri.
Cara ini dipandang sebagai salah satu cara efektif dalam mencapai ketahanan pangan suatu negara. Artinya, negara tersebut memiliki kontrol yang besar terhadap pasokan pangannya dan tidak tergantung pada pasar internasional.
Namun, fenomena perubahan iklim telah mengancam produksi dan ketersediaan pangan. Menghadapi fenomena ini, ada kebutuhan untuk membangun sistem produksi berkelanjutan tanpa terpengaruh oleh perubahan iklim.
| Kader PSI Dedy Nur Sebut Gibran Telah Menjelma Menjadi Jokowi Baru, Membuat Lawan Politik Panik |
|
|---|
| Etawalin Sereal Tawarkan Cara Asik Diet Sehat dan Gaya Hidup Modern |
|
|---|
| Wamendagri Ribka Haluk Buka Rapat Pleno BP3OKP Bersama Wakil Presiden RI di Manokwari |
|
|---|
| Jenderal Listyo Sigit Prabowo Tegaskan Kesiapan Polri Hadapi Bencana |
|
|---|
| UAS Tetap Bela Gubernur Riau Abdul Wahid Meski Jadi Tersangka Korupsi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/Pontjo-Sutowo-Soal-Buang-Makanan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.