Lipsus Warta Kota

Waspada Nafsu Makan Tinggi Berat Badan Turun, Ini Salah Satu Tanda Diabetes Anak

Dokter Aditya menyampaikan, rata-rata anak penyintas diabetes ada di antara usia 6 sampai 10 tahun dan 10 sampai 14 tahun.

Wartakotalive/Nuri Yatul Hikmah
dr Aditya Suryansyah spesialis endokrin pada anak, di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita kebanyakan anak diabetes tipe 1 dari usia 0 hingga 16 tahun 

"Lama-lama glikogen tubuh, otot tubuh pecah karena itu untuk menghidupi tubuh, (akibatnya) berat badan turun," ujar dia.

"Lama-lama glikogen pecah, kan jenuh juga tubuh. Akhirnya lemak pecah, lemak pecah itu menghasilkan keton. Kalau orang diabetes ketonnya banyak keluar otomatis asam, dengan asam tubunya gimana? Keracunan. Itu disebut Ketoasidosis diabetikum (tiba-tiba tidak sadar)," lanjutnya.

Kendati begitu, Dokter Aditya mengatakan jika penanganan diabetes pada anak haruslah dibedakan dengan orang dewasa.

Bagi para diabetesi alias penyandang diabetes melitus (DM), disarankan agar mendapatkan asupan makanan bergizi seimbang sesuai kebutuhan.
Bagi para diabetesi alias penyandang diabetes melitus (DM), disarankan agar mendapatkan asupan makanan bergizi seimbang sesuai kebutuhan. (istimewa)

Pasalnya, anak-anak masih membutuhkan asupan makanan yang diperlukan untuk tumbuh kembangnya. 

Mereka diperbolehkan makan makanan kesukaannya, namun harus dipantau konsumsi gulanya bukan dibatasi makanannya.

"Orang dewasa bilang batasi makan, salah. Anak-anak itu harus tumbuh kembang, jadi terapi diabetes pada anak beda sama dewasa," kata Dokter Aditya.

Adapun cara yang bisa dilakukan para orang tua kala memberikan terapi pada anak penyintas diabetes, pertama dengan mengontrol metabolismenya.

Hal itu dapat dilakukan dengan cara pemberian insulin yang benar dan tepat waktu.

"Karena kan insulin harus impor, makan teratur, jadi kapan saya makan, kapan saya suntik diberikan insulin, dan kontrol terus periksa gula darah setiap sebelum makan," jelasnya.

"Lalu malam hari juga harus periksa juga, apakah gula darahnya tinggi atau tidak, sehingga jangan sampai tidur dengan hipoglikemi atau hiperglikemi pada malam hari," imbuhnya.

Menurutnya, pemberian insulin pada anak bisa dilakukan sebanyak empat kali sehari

Tiga pada pagi, siang, dan sore sebelum anak makan, sementara insulin pada malam hari diberikan agar tubuh sang anak tidak dalam kondisi kosong. 

"Kedua adalah tidak adanya komplikasi. Kita kadang-kadang pengen nyuntik yang berlebihan, (bisa) hipoglikemi," kata Dokter Aditya.

"Tapi kalau suntiknya kurang, (bisa) hiperglikemi. Jadi dipantau efek sampingnya hipoglikemi kalau berlebihan (suntik insulin), kalau tidak teratur hiperglikemi gula darah kurang," lanjutnya.

Ketiga, perlu adanya konsultasi psikologi untuk anak agar bisa mengerti perasaannya dan anak enjoy menjalani serangkaian proses penyembuhan.

Sumber: Warta Kota
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved