Lipsus Warta Kota
Waspada Nafsu Makan Tinggi Berat Badan Turun, Ini Salah Satu Tanda Diabetes Anak
Dokter Aditya menyampaikan, rata-rata anak penyintas diabetes ada di antara usia 6 sampai 10 tahun dan 10 sampai 14 tahun.
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dian Anditya Mutiara
Kendati begitu, Dokter Aditya menjelaskan bahwa pemeriksaan gula darah tidaklah bisa sekonyong-konyong.
Ada kriteria sehingga anak bisa didiagnosis terkena penyakit diabetes.
Adapun caranya, dengan menerapkan delapan jam puasa dan memeriksa gula darah setelah dua jam anak mendapatkan asupan makanan.
"Kalau ada (kadar gulanya) 126 itu diabet, tapi kalau gula darah biasa dengan ada gejala-gejala tadi (makan banyak, kurus, sering buang air kecil), itu gula darah yang random itu di atas 200, itu disebutkan diabetes," jelasnya.
Menurutnya, hal yang perlu diwaspadai dari diabetes tipe 1 pada anak adalah apabila tidak segera ditangani.
Kondisi itu dikhawatirkan dapat menyebabkan Ketoasidosis diabetikum atau komplikasi diabetes serius saat tubuh memproduksi asam darah (keton) berlebihan.
Baca juga: Diabetes Pada Anak Kebanyakan Tipe 2 karena Disebabkan Gaya Hidup Tak Sehat dan Obesitas
"Yang orang tiba-tiba tidak sadar di IGD. Kan kalau diabetes itu ada dua diagnosis awalnya, bisa jadi gejala awal diketahui tetapi orangtua care (peduli) jadi diambil sampel darah, tetapi kadang sudah asidosis (komplikasi, hilang kesadaran), itu yang berbahaya," jelasnya.
Lebih lanjut, Dokter Aditya membuat sebuah analogi beprikir mengapa seorang anak dengan gejala seperti itu harus diwaspadai terkena diabetes.
Menurut dia, saat tubuh seorang anak yang pankreasnya mengalami gangguan tidak segera mendapatkan penanganan, otomatis tubuhnya membutuhkan kalori dan gula.
Hal itu dikarenakan insulin yang diproduksi dalam tubuhnya tidak bekerja dengan baik.
"Insulin kan kerjanya untuk mengikat gula masuk ke sel tubuh, kalau tidak ada insulin tidak bisa gula itu masuk ke sel tubuh," kata Dokter Aditya.
"Kalau dia insulin tidak ada, gula tetap beredar, makanya jadi lapar. Logikanya seperti itu," imbuh dia.
Kemudian, lanjutnya, dari banyaknya makanan yang dikonsumsi itu otomatis membuat kadar gula dalam tubuh meningkat.
Peningkatan gula tesebut lah yang membuat seseorang jadi lebih banyak buang air kecil.
Sementara banyak buang air kecil dapat membuat cairan dalam tubuh terserap dan menjadi haus.
| Pedagang Bunga Rawa Belong Sejak 1997, Pilih Bertahan Meski Harga Anjlok |
|
|---|
| Dulu Jadi Surga Tekstil, Kini Pasar Anggada Bogor Sepi dari Pembeli |
|
|---|
| Disdik DKI Keluarkan Aturan Study Tour Hanya Boleh untuk Belajar dan Lokasi di Jakarta |
|
|---|
| SMAN 14 Jakarta Tegas Tak Pernah Adakan Study Tour untuk ke Luar Kota Sejak Lama |
|
|---|
| Sudah Diklaim Terdaftar di BPOM, Tetap Harus Waspada dengan Produk Kecantikan Berbahaya |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/dr-Aditya-Suryansyah1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.