Pinjaman Online

Kisah Septiani Terjerat Pinjol Ilegal demi Biayai Sekolah Anak, Stress Diteror Debt Collector

Septiani memilih menghiraukan ancaman dari oknum untuk menagih tagihan miliknya di akun jasa pinjol tersebut.

|
Penulis: Rendy Rutama | Editor: Feryanto Hadi
Warta Kota/Rendy Rutama Putra
Septiani (33) menceritakan pengalamannya saat terlilit pinjol ilegal 

Maka dari itu, Totok menilai pemerintah harus lebih gencar lagi menjelaskan tentang literasi keuangan kepada keluarga Indonesia.

“Jadi bagaimana sih mengelola keuangan keluarga supaya tidak terjerat pada rentenir dan pinjol, sebenarnya pinjol sama kayak rentenir, cuma pinjol kan lebih parah. Mereka nggak ngerti apa-apa, mereka pikirnya hanya yang paling cepat, terjangkau, paling bisa di akses kan memang pinjol ini,” sebutnya.

Jika pemahaman masyarakat tentang literasi keuangan masih rendah, maka fenomena seperti ini akan terus berulang setiap tahun ajaran baru. 

Maka sosialisasi tentang literasi keuangan kepada masyarakat harus terus dilakukan.

“Nah pemikiran ke depan yang terencana dan tata kelola keuangan yang baik itu sebenarnya mesti di sosialisasikan seluas-luasnya dan nggak bisa masyarakat dibiarkan tidak paham soal literasi keuangan,” ujar Totok.

Totok juga menyebut, sebenarnya setiap keluarga bisa mengantisipasi dana untuk kebutuhan sekolah anak dari tahun sebelumnya.

“Fenomena ini akan terus terjadi selama masyarakat atau banyak keluarga yang tidak paham literasi keuangan. Jadi jangan berpikir kebutuhan anak itu datang besok, tapi kan sebenarnya hal seperti ini bisa diantisipasi di tahun sebelumnya, seperti anaknya mau lulus itu kan bisa diantisipasi pengeluaran kebutuhannya  setahun sebelumnya,” ungkapnya.

Menurut Totok, untuk bisa menghentikan fenomena ini pemerintah perlu terus memberikan literasi keuangan kepada masyarakat Indonesia. 

Selain itu, ia juga memberikan tips untuk keluarga Indonesia dalam mengelola keuangan agar tidak terjerat pinjol untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak.

“Tips dari saya semua keluarga harus dibiasakan menyisihkan pendapatannya, entah pendapat harian atau bulanan disisihkan untuk keperluan masa depan termasuk keperluan anak sekolah. Jadi jangan penerimaan harian atau bulanan dalam keluarga 100 persen dihabiskan, itu aja sih simple, sebaiknya sebagian pendapatan ditabung,” tandasnya. 

Sumber: Warta Kota
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved