Pinjaman Online
Kisah Septiani Terjerat Pinjol Ilegal demi Biayai Sekolah Anak, Stress Diteror Debt Collector
Septiani memilih menghiraukan ancaman dari oknum untuk menagih tagihan miliknya di akun jasa pinjol tersebut.
Penulis: Rendy Rutama | Editor: Feryanto Hadi
Momen tahun ajaran baru sekolah menjadi masa dimana orangtua membutuhkan dana besar.
Orangtua perlu mengeluarkan dana untuk mendaftar sekolah atau membeli perlengkapan seperti seragam, topi, buku, dan lain-lain.
Orangtua dengan segala upaya memenuhi kebutuhan anak. Mulai dari meminjam ke bank, koperasi simpan pinjam, menggadaikan emas atau barang berharga, hingga mengakses pinjaman online.
Melihat fenomena maraknya keluarga Indonesia terjerat pinjol untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak, Pengamat Pendidikan dari Universitas Paramadina, Totok Amin Soefijanto, Ed.D menilai fenomena ini cukup memprihatinkan.
Menurut pria yang juga sebagai dosen peneliti kebijakan publik dan pendidikan di Universitas Paramadina, bahwa pendidikan seharusnya tidak menjadi beban keluarga.
Oleh sebab itu, pemerintah perlu menyediakan layanan pendidikan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia.
“Pendidikan ini seharusnya tidak menjadi beban keluarga. Dari sisi pemerintah tentu harus memberikan atau membuat pendidikan itu tidak mahal, bisa terjangkau oleh masyarakat,” ujar Totok kepada Wartakotalive.com melalui sambungan telepon, beberapa waktu lalu.
Selain itu, Totok juga meminta kepada lembaga pendidikan terutama yang swasta untuk memberikan slot masuk bagi siswa dari keluarga yang tidak mampu.
“Jadi dari sisi penyelenggara pendidikan, concern memberikan slot kepada mereka yang tidak mampu. Sekarang kan banyak sekolah-sekolah unggulan swasta jangan diisi oleh orang2 kaya atau mereka yang mampu bayar tapi juga disediakan kesempatan untuk masyarakat yang kurang mampu, semacam tanggung jawab sosial,” ungkapnya.
Kembali lagi, Totok juga menilai pemerintah juga harus terus mensosialisasikan program bantuan pendidikan seperti Kartu Jakarta Pintar untuk skala Jakarta maupun program Kartu Indonesia Pintar untuk skala nasional.
“Pemerintah harus memikirkan biaya yang lainnya, mungkin kalau biaya sekolahnya gratis tapi kan siswa perlu seragam, perlu buku tulis, perlu buku pedoman sekolah, belum lagi uang transport, tapi itu sebenarnya sudah ditanggung dengan Kartu Jakarta Pintar kalau di Jakarta, mungkin di daerah lain bisa meniru pakai Kartu Indonesia Pintar,” ucapnya.
Literasi keuangan
Disisi lain, lanjut Totok, banyak keluarga Indonesia belum memiliki literasi keuangan yang baik, sehingga tidak menabung untuk menyiapkan dana keperluan anak sekolah.
“Dari sisi keluarga jangan konsumtif juga, sebaiknya sisihkan sebagian pendapatan untuk tabungan jadi masih banyak keluarga yang mungkin alasannya masih kurang, tapi gaya hidupnya mempengaruhi,” ujarnya.
“Misalnya banyak dari hasil riset yang menunjukkan pengeluaran keluarga di Indonesia itu lebih banyak didominasi oleh beli rokok sama pulsa (internet ponsel), nah itu perlu dipikirkan untuk bisa dikendalikan pengeluarannya,” jelas Totok.
| Tergiur Lowongan Kerja, Puluhan Orang Jadi Korban Pencurian Data untuk Pinjol di PGC |
|
|---|
| Bos Pinjol AdaKami Klaim Belum Tahu Ada Nasabah Bunuh Diri Karena Diteror Penagih Utang |
|
|---|
| Eks Komisaris BUMN Bernardino Moningka Vega, CEO Pinjol AdaKami yang Teror Nasabah Hingga Bunuh Diri |
|
|---|
| Waspada, Jumlah Utang Warga DKI ke Pinjol Capai Rp 10,35 Triliun dari 2 Juta Akun |
|
|---|
| Awalnya Ratusan Mahasiswa IPB yang Terjerat Pinjol Ditawari Bisnis yang Menggiurkan |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.