Terorisme

Densus 88 Bekuk 6 Teroris Jamaah Islamiyah Pelindung DPO di Palembang, Lampung, Jakarta dan Cirebon

Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri kembali menangkap 6 tersangka teroris daei wilayah Palembang, Lampung, Jakarta, dan Cirebon

Penulis: Ramadhan L Q | Editor: Budi Sam Law Malau
Istimewa
Ilustrasi Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri melakukan penangkapan terkait tindak pidana teroris. Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri kembali melakukan penangkapan terkait tindak pidana terorisme. Kali ini, sebanyak enam tersangka teroris diamankan di wilayah Palembang, Lampung, Jakarta, dan Cirebon. 

Ramadhan menuturkan bahwa AF merupakan anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI). 

"(Lalu) merupakan pengajar Tahapan Taklim dan Tarbiyah pada siswa ADIRA JI (Akademi dan Kaderisasi) dari kelompok JI Palembang," tutur Ramadhan.

"Ikut berperan dalam proses penyembunyian atau evakuasi atau DPO JI atas nama Suwarno alias Mario alias Hafidz pada November 2020," terang Ramadhan.

Ramadhan mengucapkan bahwa saat ini penyidik masih melakukan pemeriksaan terhadap tersangka.

Baca juga: 2 Bom Rakitan Berhasil Dijinakan Tim Densus 88 Dari Rumah Terduga Teroris di Sleman

"Saat ini, penyidik masih melakukan pemeriksaan intensif guna pengembangan selanjutnya," ucap Ramadhan.

Jamaah Islamiyah

Jamaah Islamiyah atau yang biasa disingkat dengan JI adalah kelompok ekstremis berlatar belakang Islam di Indonesia. Kelompok ini disebut-sebut berusaha mendirikan negara Islam raksasa di Asia Tenggara.

Melansir laman Center for International Security and Cooperation (CISAC) Stanford University, Jamaah Islamiyah merupakan pecahan organisasi Darul Islam (DI). Kelompok ini diperkirakan mulai bersatu dan membentuk organisasi resmi pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an.

Tokoh yang mendirikan Jamaah Islamiyah adalah Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir. Keduanya merupakan keturunan Arab Yaman yang memiliki latar belakang sebagai aktivis gerakan Islam.

Pada masa Orde Baru, Sungkar dan Baasyir melarikan diri ke Malaysia. Di sana, mereka mulai membentuk kelompok Islamis dan memfasilitasi perjalanan ke Afghanistan bagi muslim di Asia Tenggara yang ingin bergabung melawan Soviet.

Hingga pertengahan 1990-an, banyak anggota Jamaah Islamiyah yang dilatih di Afganisthan. Organisasi tersebut dilaporkan menerima sumber daya dan nasihat dari Al-Qaeda.

Jamaah Islamiyah juga memiliki hubungan yang kuat dengan Front Pembebasan Islam Moro setelah Sungkar berhasil mendirikan kamp pelatihan di Filipina. Setelah reformasi 1998, JI kembali ke Indonesia. Tidak lama setelah itu, Sungkar meninggal dunia.

Pada Desember 2000, Jamaah Islamiyah bertanggung jawab atas serangkaian pengeboman gereja di Indonesia yang menewaskan 18 orang, serta serangkaian pengeboman di Manila yang menewaskan 22 orang.

Baca juga: Densus 88 Geledah Rumah Terduga Teroris di Sunter, Sita Laptop hingga Buku Rekening

Pemerintah Singapura, Malaysia dan Filipina aktif mengejar para anggota Jamaah Islamiyah di perbatasan mereka sendiri. Sayangnya, kala itu pemerintah Indonesia menolak tekanan berbagai pihak untuk menindak kelompok tersebut.

Menurut beberapa ahli, pemerintah Indonesia menolak mengakui ancaman teroris Islam secara nasional dan enggan berkampanye melawan ancaman ini di depan publik mayoritas Islam yang meragukan keberadaan Jamaah Islamiyah.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved