Berita Jakarta
Mobil Milik Kadernya Terperosok,PSI Desak Pemprov DKI Sanksi Kontraktor Sumur Resapan di Lebak Bulus
Augsut mengatakan, sumur resapan baru bisa kuat dilalui kendaraan pribadi bahkan truk, asalkan sudah berusia 14 hari.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Feryanto Hadi
Ia mengatakan konten videonya ini akan merujuk pada penjelasan para dokter tersebut.
Menurut para dokter kata Ade, rencana itu bisa sangat berbahaya. Sumur resapan itu sedianya menampung air yang kemudian akan meresap ke tanah.
"Namun penyerapan air ke tanah itu, bisa cepat, tapi bisa juga lama. Yang jadi masalah adalah kalau air hujan itu, kemudian tertampung di sumur untuk waktu yang lama. Di dalam petisi ditampilkan foto sebuah sumur resapan, yang terlihat berisi air walau sudah 1 hari tidak hujan," ujarnya.
Pada tutup sumur resapan kata Ade ada 12 Lubang berdiameter sekitar 5 cm untuk masuknya air.
"Lubang itulah yang akan menjadi jalan bagi masuk keluarnya nyamuk. Dengan kata lain sumur sumur resapan itu bisa menjadi semacam peternakan nyamuk. Tentu saja bisa beragam nyamuk berternak di sana. Bisa nyamuk biasa tapi bisa juga nyamuk aedes penyebar demam berdarah atau jenis lainnya," kata Ade.
Di Indonesia ini menurut Ade, ada 29 jenis spesies nyamuk yang dapat menularkan berbagai penyakit. Termasuk kaki gajah atau filiriasis, yang pernah diderita salah satu dokter pemrakarsa petisi itu.
Baca juga: Cerita Pencopotan Baliho Rizieq Shihab dan FPI, Jenderal Dudung: Mendidih Darah Saya, Panas Sudah!
Baca juga: Dilantik Jadi KSAD, Ini yang Pertama Kali Dilakukan Jenderal Dudung
Baca juga: KSAD Jenderal Dudung Kerahkan Ustaz Militer Atasi Ancaman Doktrinasi Terorisme
"Namun demikian yang harus paling ditakuti adalah memang DBD. Sudah banyak kasus DBD di sini, Pada 2020 adalah hampir 60.000 kasus DBD di Indonesia. Dan wilayah Jakarta termasuk daerah endemi. Efeknya pun bisa sangat fatal bahkan kematian. Karena itulah para dokter tersebut meminta agar program sumur resapan dengan model yang sekarang ini dijalankan, ditunda," ujar Ade.
Para dokter menjelaskan nyamuk DBD biasa bersarang di tempat bening adalah benar.
Waktu hujan, kata Ade, air yang masuk ke sumur resapan mungkin air keruh tapi kalau hari-hari berikutnya tidak ada hujan dan kotoran mengendap, air akan menjadi bening dan ada kemungkinan nyamuk bersarang.
"Para dokter menyarankan Pemprov melakukan penelitian dulu dengan menggunakan beberapa lokasi tertentu di Jakarta. Bila ada cukup bukti bahwa sumur sumur resapan tidak menjadi peternakan nyamuk, barulah pengembangan bisa dilanjutkan," katanya.
Jangan sampai kata Ade, terkesan bahwa masyarakat Jakarta sekedar akan menjadi kelinci percobaan.Namun katanya para dokter juga mengingatkan bahwa penelitian itu tidak bisa dilakukan dengan sampel terbatas.
Harus ada cukup bukti untuk menunjukkan bahwa metode ini aman.
"Karena itulah mereka meminta Pemprov DKI bersama Dinas Kesehatan khususnya bagian penyakit menular mengkaji kemungkinan tersebut," ujarnya.
Apa yang disampaikan para dokter tersebut tentu sangat masuk akal. Sebab selama ini masyarakat lazim diperingatkan soal menjaga penampungan air, agar tidak menjadi sarang nyamuk.
"Kita harus sering menguras tempat penampungan air termasuk bak mandi, toren air, dan tempat penampungan air lainnya. Kita juga disarankan menggosok atau membersihkan dinding bak atau penampungan air untuk membuang telur nyamuk yang menempel pada dinding tersebut tiap hari," katanya.
Selain itu kata Ade kita juga disarankan menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti bak mandi atau drum.
Baca juga: KSAD Pastikan Turun Tangan Jika Reuni 212 Timbulkan Kekacauan, Jenderal Dudung: Kenapa Takut?
Baca juga: Sudah 6 Pelaku Pengeroyok AKBP Dermawan Ditetapkan Tersangka
Baca juga: Marcus/Kevin Berada di Grup Neraka, Coach Naga Api: Peluang Masih Ada
"Jadi kalau sekarang Anies mau membangun ribuan sumur resapan yang memungkinkan terjadinya penampungan air hujan selama berhari-hari. Apakah Anies sudah memperhitungkan resikonya, atau apakah sudah ada rencana di kepalanya untuk mencegah apa yang diperingatkan para dokter itu agar tidak sampai terjadi ," kata Ade.
"Nampaknya sih tidak. Program sumur resapan ini sendiri memang menarik diikuti. Anies sejak awal masa kepemimpinannya mencanangkan sumur resapan sebagai cara untuk menanggulangi banjir. Ia bahkan sempat menjanjikan pembebasan biaya PBB bagi masyarakat yang membuat sumur resapan di rumah masing-masing," kata Ade.
Anies katanya sejak awal tidak ingin mengikuti program normalisasi sungai ala Ahok yang dianggapnya melanggar sunnahtullah.
"Dia selalu berargumen air hujan kan, seharusnya diserap ke dalam tanah. Karena itulah ia terus ngotot dengan rencana pembangunan sejuta sumur resapan. Namun di sisi lain, kengototan itu tak pernah diikuti dengan langkah konkrit," kata Ade.
Dari sejuta sumur resapan yang dicanangkan pada 2017, kata Ade kini 4 tahun kemudian baru terlaksana di hampir 4000 titik. Pemprov pun menyatakan bahwa ditargetkan ada 23.000 titik sumur resapan akan dibangun sampai akhir pemerintahan Anies.
"Jadi drop dari satu juta menjadi 23.000 titik. Selama ini pun kita tak mendengar adanya evaluasi ini. Tiba-tiba saja Anies menetapkan akan terjadi peningkatan skala pembangunan sumur resapan, dengan biaya yang sangat besar, tentunya untuk pembangunan sumur resapan. Tahun 2022 anggarannya di RAPBD mencapai Rp125 Miliar," kata Ade.
Menurut Ade, kita tidak tahu apakah peringatan para dokter ini akan didengar Anies.
"Kalau dari pengalaman selama ini sih, Anies tidak akan peduli. Dia akan santai saja. Bahkan sangat mungkin setelah menggebu di awal pembangunan, sumur resapan itu akan dihentikan begitu saja. Dan kita tak tahu uangnya lari kemana," ujar Ade.
"Dengan Anies apapun bisa terjadi. Dia memang sosok yang tak bisa ditebak. Saya hanya bisa berdoa dan berharap apa yang dikhawatirkan para dokter itu takkan terjadi. Mari terus gunakan akal sehat, karena hanya dengan akal sehat, negara ini akan selamat," kata Ade