Kompolnas: Polisi Terlalu Reaktif Tindak Pengkritik Bisa Rusak Citra Polri dan Jokowi

Apalagi, kata dia, sebagian anggota kepolisian menganggap Presiden tidak boleh dijadikan sebagai candaan lantaran lambang negara.

Elshinta.com
Komisioner Kompolnas Poengky Indarti menilai pimpinan Polri perlu membuat sebuah pedoman untuk membatasi tindak anggota jajarannya, dalam menanggapi kritik bernada satire yang ditujukan kepada pemerintah, ataupun Presiden Joko Widodo. 

Sebelumnya, Kepala Staf Presiden Moeldoko menegaskan, Presiden Jokowi sangat terbuka dengan kritik.

Baca juga: 1.015.000 Coba Masuk Mal Saat PPKM, Sistem PeduliLindungi Saring 619 Orang yang Tak Sesuai Kriteria

Jokowi, katanya, tak pernah pusing dengan kritik yang disampaikan kepadanya.

Pernyataan Moeldoko tersebut terkait mural mirip Jokowi yang bertuliskan 404: Not Found yang ramai di media sosial.

"Presiden sangat terbuka, tak pernah pusing dengan kritik," kata Moeldoko di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Rabu (18/8/2021).

Baca juga: Menkes: Mungkin Kita Masih Hidup dengan Covid-19 Selama 5-10 Tahun Lagi, Bisa Juga Lebih Lama

Namun, kata Moeldoko, Presiden selalu menekankan sebagai orang timur, ada tata krama yang harus dikedepankan.

Sehingga, cara dalam mengkritik harus diperhatikan.

"Beliau selalu menyisipkan kalimat yang indah, kita orang timur memiliki adat."

Baca juga: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin: Mungkin Pandemi Lain akan Muncul di Zaman Anak dan Cucu Kita

"Kalau mengkritik sesuatu yang beradab."

"Tata krama ukuran-ukuran culture supaya dikedepankan, bukan hanya bicara antikritik. cobalah lihat cara mengkritisinya," tuturnya.

Permasalahan lainnya, kata Moeldoko , seringkali kritik disamakan dengan fitnah.

Baca juga: PPKM Diperpanjang Hingga 23 Agustus 2021, Waktu Santap di Warung Makan Ditambah Jadi 30 Menit

Bahkan, sejumlah tokoh malah ikut memperkeruh fitnah tersebut.

"Janganlah seperti itu. Karena apapun Presiden adalah orang tua kita, yang perlu sekali dan sangat perlu untuk kita hormati."

"Jangan sembarangan berbicara. Jangan sembarangan menyatakan sesuatu dalam bentuk kalimat atau dalam bentuk gambar," ucapnya.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Indonesia Dinilai Baru akan Selesai 10 Tahun Lagi, Menkes: Kita Tidak Sebodoh Itu

Seringkali para pelakunya, kata Moeldoko, baru menyesali dan meminta maaf setelah ditindak.

Seharusnya, kata dia, berpikir dahulu sebelum melakukan sesuatu.

"Mestinya bangsa yang pandai adalah bangsa yang berpikir dulu sebelum bertindak sesuatu," paparnya. (Igman Ibrahim)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved