Viral Huruf 'P' dalam Tulisan Logo KPK di Gedung Merah Putih Rusak, Netizen: Pertanda Apa?
Meskipun rusaknya huruf P pada logo KPK sebuah hal yang besar, namun netizen banyak mengaitkan dengan kondisi KPK saat ini.
Penulis: Mohamad Yusuf | Editor: Mohamad Yusuf
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga saat ini masih hangat dalam perbincangan publik.
Salah satunya terkait dengan 24 pegawai KPK yang tidak lolos dalam Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), di mana kini menjadi kontroversial.
Namun, selain itu, yang menjadi pembahasan oleh netizen mengenai huruf 'P' dalam tulisan logo KPK di Gedung Merah Putih, Setiabudi, Jakarta Selatan, rusak atau hilang.
Baca juga: Berikut Daftar Biaya Kuliah S1 Jalur Mandiri UI, UIN Jakarta, UNJ dan IPB
Baca juga: Biadab! Nenek Usia 71 Tahun Sedang Sakit Stroke Dirudapaksa Pria di Sultra
Baca juga: CATAT! Ini Keuntungan dan Sanksi Militer Jika Pasukan Komcad Melanggar Aturan
Meskipun rusaknya huruf P pada logo KPK sebuah hal yang besar, namun netizen banyak mengaitkan dengan kondisi KPK saat ini.
Seperti yang terlihat dalam unggahan di Twitter @sa***** pada Rabu (23/6/2021).
Dalam foto itu tampak huruf P dalam logo KPK tampak rusak.
Bahkan huru P itu juga sudah tidak tampak lagi atau hilang.
"Huruf "P" dalam tulisan KPK di Gedung Merah Putih @KPK_RI rusak. Apa pertanda?' tulisnya.

Unggahan itu pun mendapatkan respon dari para netizen lainnya.
Berikut respon dari netizen tersebut:
@It******
P yang untuk kata 'Pemberantasan' hilang/rusak.. Yang tertinggal K untuk ' Komisi' dan K untuk 'Korupsi'.
@YV*****
Menjadi berubah dari Pemberantasan menjadi Penolong. Mungkin
@ni*****
P=Pelemahan/Pencopotan/Pengkhianatan/Pengaburan/Pemecatan/dan banyak lagi P lainnya
@ga*****
jadi Komisi Korupsi dong kalo hilang P nya
@ok******
Merawat tampilan gedung pun si kopter tiada mampu, apalagi performa...
@Ma*******
Semoga P nya tanda untuk Perang.
Baca juga: DUH! Selain Sembako Kena Pajak, Dalam Draf RUU KUP, Sekolah Pun Bakal Dikenakan PPN
Baca juga: Penasaran dengan Suara Berdenyit di Kamar, Suami di NTT Pergoki Istri Telanjang dengan Pria Lain
Baca juga: Ternyata di Arab Saudi, Habib Rizieq Bertemu Tito Karnavian, Budi Gunawan dan Dihubungi Wiranto
Hampir Buta
Diberitakan sebelumnya, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan tak kuasa menahan emosi, saat menceritakan perjuangannya memberantas korupsi di Indonesia.
Curahan hati tersebut disampaikan Novel saat menjadi pembicara dalam diskusi 'Blak Blakan Bareng Novel Baswedan' yang ditayangkan YouTube Public Virtue Institute, Minggu (20/6/2021).
Awalnya, Novel bercerita perjuangannya dalam memberantas korupsi tidak berjalan mudah.
Baca juga: Darurat Covid-19, Puan Maharani: Tombol Bahaya Harus Dinyalakan
Ada banyak tantangan dan ancaman yang telah dilaluinya sejak menjadi penyidik KPK.
Kedua matanya pun kini hampir buta karena insiden penyerangan air keras.
Namun, Novel mengaku perjuangannya itu justru mendapatkan sentimen negatif dan dihinaan dari sejumlah pihak.
Baca juga: Tower 8 Wisma Atlet Pademangan Tak Mampu Lagi Tampung Pasien Covid-19, Dua Hari Langsung Penuh
"Kadang kala saya pada posisi saat itu, karena ini pada posisi menghinanya sudah keterlaluan."
"Ingat loh, saya punya keluarga, punya anak, kalau saya dihina terus-terusan pada saat tertentu saya merasa bahwa emang enggak perlu lagi memberantas korupsi di KPK," tutur Novel.
Padahal, Novel menyatakan pemberantasan korupsi bukanlah kepentingan dirinya semata.
Baca juga: Pekan Ini Rizieq Shihab Divonis, Kuasa Hukum Doakan Majelis Hakim Dilembutkan Hatinya
Dia mengingatkan perjuangannya justru untuk masa depan Indonesia yang bebas dari korupsi.
"Kadang kala, saya merasa tersinggung sekali ketika hal-hal yang sangat sangat mendasar pun dianggap seolah olah tidak benar."
"Terus sekarang saya memperjuangkan bagaimana?"
Baca juga: 4 Tips Pilih Hardware untuk Database Agar Performa Maksimal, Jangan Sembarangan
"Kalau saya sendiri sudah pada posisi hampir buta, orang menghina saya luar biasa, dan itu dihina anak-anak saya pasti tahu, dan saya ngelapor enggak digubris," bebernya.
Novel menambahkan, penghinaan yang ia alami telah kebablasan.
Namun, tidak ada satupun orang yang menghinanya diproses secara hukum oleh pihak kepolisian.
Baca juga: Isu Jokowi 3 Periode dan Prabowo Jadi Wapres, Mahfud MD: Saya Lebih Setuju Seperti Sekarang
"Upaya menghina ini kan sudah kebablasan, sekarang siapa sih yang mau dihina secara luar biasa terus menerus?"
"Kalau cuma diri saya, saya masih santai lah. Lama-lama penghinaan ini kan sudah begitu luar biasa," ucapnya.
Novel mengaku tidak masalah jika penghinanya itu merupakan orang-orang yang jahat ataupun berasal dari pihak yang berperkara.
Baca juga: Mulai Hari Ini Rusun Nagrak Terima Pasien Covid-19 Tanpa Gejala, Bisa Tampung 1.020 Orang per Tower
Sayangnya, kadang penghinanya berasal dari orang yang dikenal baik.
"Saya kadang kala emosional, saya kalau cuma orang-orang jahat yang benci sama saya, saya masih bisa memahami."
"Ketika orang yang seharusnya dia orang baik, kemudian dengan nalarnya sangat pendek."
Baca juga: Isu Jokowi 3 Periode Merebak Lagi, Politikus PKB: Pilpres 2024 Cocoknya Cak Imin-Anies Baswedan
"Kemudian dia malah justru membuat sesuatu (penghinaan) orang yang ingin berbuat untuk negara ini," paparnya.
Ia mengaku tidak akan merugi jika mundur dari KPK.
Bahkan, dia siap mundur dari KPK jika negara sudah tidak memiliki komitmen memberantas korupsi di Indonesia.
Baca juga: Isu Presiden 3 Periode, Arief Poyuono: Jokowi-Prabowo Pasti Kalah Sekalipun Lawan Kotak Kosong
"Ketika melihat seolah-olah yang memberantas korupsi malah dikerjain, malah dibuat seolah-olah kami adalah orang-orang yang brengsek yang harus diuber, ya memang lebih bagus ditinggalkan."
"Jadi pemberantasan korupsi tidak ada aja."
"Terus mau memperjuangkan apa lagi?"
Baca juga: Pemerintah Perketat PPKM Mikro Mulai Besok Hingga 5 Juli, Begini Detailnya
"Saya merasa saya tidak hanya mendapatkan rezeki dari KPK, kok."
"Saya keluar dari KPK juga tidak ada masalah, kok."
"Tapi ketika terus dihina demikian, terus-terusan ini kadang kala saya merasakan bahwa ini sangat keterlaluan loh," bebernya.
Pernah Diminta Mundur
Upaya sejumlah pihak untuk menyingkirkan Novel Baswedan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), ternyata telah berlangsung sejak 2016 silam.
Novel mengaku pernah ditemui seseorang yang enggan disebutkan namanya.
Dalam pertemuan itu, Novel diminta mundur secara sukarela dari lembaga anti-rasuah, lantaran banyak yang tak suka.
Baca juga: Masyarakat Paling Malas Pakai Masker di Tempat Wisata, di Jalan Umum Sangat Patuh
"2016 bahkan saya itu pernah diminta untuk keluar dari KPK."
"Saya katakan kenapa harus keluar dari KPK?"
"Katanya ada orang-orang tertentu yang enggak suka di KPK," kata Novel dalam diskusi 'Blak Blakan Bareng Novel Baswedan' yang ditayangkan YouTube Public Virtue Institute, Minggu (20/6/2021).
Baca juga: Covid-19 Mengamuk, Guntur Soekarnoputra: Pikiran Jokowi Pasti Berputar Laksana Puting Beliung
Novel menolak permintaan mengundurkan diri sebagai penyidik KPK.
Ia mengaku tak masalah jika banyak orang tidak menyukai dirinya dalam memberantas korupsi.
"Saya katakan saya di sini bukan untuk membuat orang lain suka atau apa ya, karena memberantas korupsi pasti tidak disukai oleh koruptor."
Baca juga: Busyro Muqoddas: Jika Presiden Batalkan Hasil TWK, Kita Punya Harapan pada Negara Ini
"Jadi kalau berantas korupsi harus membuat koruptor suka, saya kira itu tidak mungkin terjadi," tuturnya.
Novel kemudian menjelaskan tugasnya sebagai penyidik KPK bukan untuk mengejar karier.
Dia rela meninggalkan kariernya di Polri, untuk dapat memberantas korupsi di lembaga anti-rasuah.
Baca juga: Busyro Muqoddas: Pelumpuhan KPK Kisah Sukses Jokowi Bersama Ketum Parpol dan Pimpinan DPR
"Saya katakan bahwa saya di KPK ini bukan ingin mencari karier."
"Bisa dibayangkan, saya dari anggota Polri, bahkan saya lulusan Akabri, terus kemudian yang kariernya harusnya sangat luar biasa, banyak diharapkan orang untuk bisa berkarier di sektor kepolisian dengan melalui Akabri, tapi kemudian saya tinggalkan," bebernya.
KPK, kata Novel, baginya kesempatan berjuang demi bangsa dan negara untuk kepentingan masyarakat, salah satunya dengan memberantas korupsi di Indonesia.
Baca juga: Nadiem Ngotot Gelar PTM Terbatas Meski Kasus Covid-19 Melonjak, Muhammadiyah Minta Tinjau Ulang
"Saya mau menggunakan kesempatan yang saya punya untuk berjuang membela kepentingan negara memberantas korupsi."
"Tapi yang terjadi upaya membungkus kebusukan seolah-olah adalah, ayo kita lawan, ada radikalisme talibanisme yang mau merusak NKRI," ucapnya.
Novel menduga para koruptor membungkus narasi adanya talibanisme dan radikalisme di KPK, untuk mendapatkan simpati masyarakat.
Baca juga: DAFTAR Negara Tanpa Korban Meninggal Akibat Covid-19 per 19 Juni 2021, Tak Ada di Asia Tenggara
Nantinya, kata Novel, narasi tersebut membuat masyarakat membiarkan pelemahan dan penyerangan terhadap KPK.
Padahal, narasi ini merupakan buatan para koruptor untuk dapat simpati masyarakat.
"Yang terjadi koruptor ini sepertinya belajar, mungkin dia riset."
Baca juga: Asrama STTD Cibitung Jadi Tempat Isolasi Pasien Covid-19 untuk Pegawai Kemenhub dan Warga Sekitar
"Dia bungkus kebusukannya untuk berbuat korupsi dengan cara seolah-olah mengatakan bahwa di KPK itu banyak radikalisme."
"Ketika berbicara radikalisme itu berbicara sekitar 2017 atau 2016."
"Itu-itu awal mula disebutkan radikalisme talibanisme dan lain-lain," bebernya.
Baca juga: Pasien Tertular Varian Delta Asal India Lebih Cepat Alami Gejala Berat, Pengobatan Cepat Penting
Novel menuturkan, upaya koruptor melemahkan KPK selalu gagal, karena dukungan dan penolakan masyarakat yang besar.
Itulah kenapa, katanya, para koruptor mencari cara untuk mendapatkan simpati masyarakat, seiring melemahkan KPK.
Caranya, kata Novel, menggunakan isu radikalisme dan talibanisme yang ada di KPK.
Baca juga: Pusat dan Daerah Diminta Sejalan Atasi Covid-19, Belum Waktunya Pencitraan untuk Pilpres 2024
Namun, ia meyakini masyarakat sudah cerdas memahami pola-pola pelemahan KPK yang dilakukan para koruptor.
"Kalau kita perhatikan upaya untuk pelemahan KPK dilakukan itu seringkali gagal karena dukungan masyarakat yang luar biasa."
"Karena kita paham bahwa masyarakat itu tahu kok bahwa korupsi itu betul-betul menganggu, akibatnya langsung maupun tidak langsung," paparnya. (Igman Ibrahim)