Berita Nasional

Kenang Kejamnya Pemberontakan PKI di Madiun 18 September 1948, Fadli Zon: Kiai Diculik dan Dibantai

Fadli Zon menyebut, pada 18 September hari ini, bertepatan dengan peristiwa penyerangan PKI di bawah pimpinan Muso, di Madiun pada tahun 1948.

Editor: Feryanto Hadi
twitter @FadliZon
Fadli Zon dan Memorabilia G30S/PKI 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA--Politisi Gerindra, Fadli Zon mengingatkan tentang peristiwa kelam yang pernah terjadi di Indonesia, yakni pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Fadli Zon menyebut, pada 18 September hari ini, bertepatan dengan peristiwa penyerangan PKI di bawah pimpinan Muso, di Madiun pada tahun 1948.

Saat itu, banyak ulama menjadi korban setelah diculik dan dibantai secara kejam.

Padahal, di sisi lain, para pejuang sedang berjuang dalam melawan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan.

Maka dari itu, Fadli Zon menilai, PKI adalah penghianat yang seolah menusuk dari belakang.

Ahok sebut Kadrun akan Demo Dirinya Jika Jadi Dirut Pertamina, Fadli Zon: Rasis dan Memecah Belah

Bela Ahok yang Diserang usai Bongkar Borok Direksi Pertamina, Teddy Gusnaedi: Kok Ada yang Marah?

"Hari ini 18 September, tepat 72 thn lalu (1948) PKI melakukan pemberontakan dipimpin Musso di Madiun. Byk ulama/Kyai n tokoh pemerintahan Republik diculik n dibantai. Ketika para pejuang RI Soekarno-Hatta dll konsentrasi hadapi Agresi Militer Belanda, PKI menusuk dari belakang," tulis Fadli Zon di akun Twitternya, Jumat (18/9/2020).

Seperti diketahui, pemberontakan PKI pada 1948 merupakan pemberontakan besar pertama yang terjadi semenjak proklamasi kemerdekaan 1945.

Dalam pemberontakan tersebut, ingin mengganti ideologi Pancasila dan membentuk Republik Soviet Indonesia.

Pemimpin pemberontakan PKI di Madiun adalah Muso.

Politbiro Komunis China Bakal Bertemu Penasihat Keamanan Korsel, Antara Lain Bahas Bom Nuklir Korut

Membangkitkan PKI

Dalam buku Madiun 1948: PKI Bergerak (2011) karya Harry A. Poeze, seperti diberitakan Kompas.com, Muso merupakan salah satu pemimpin PKI di awal 1920.

Pada 3 Agustus 1948, Muso kembali ke Indonesia setelah menetap di Moskow, Uni Soviet sejak 1926. Pada 10 Agustus, menuju dan menginap di Solo kediaman Wikana (gubernur militer).

Kedatangan Muso ke Indonesia adalah pembawa amanat Moskow sejak berangkat ke Uni Soviet. Atas intruksi Moskow, ia mendirikan PKI muda.

Muso dikenal sebagai orang yang bersifat otoriter dan tidak sabar. Bagi Moskow, justru sifat itulah yang diutamakan.

Youtuber Bobby Sanjaya Beli Celana Dalam Bekas Dinar Candy Rp50 Juta, Warganet: Fetish Kancut?

Maka dengan kepulangannya itu, ia bisa memperkirakan perlawanan dari kalangan kawan-kawan sehaluannya.

Moskow memandang perlu mengirim utusan ke Republik untuk menyelaraskan haluan kaum komunis Indonesia dengan garis komunis internasional.

Karena itu, Muso mendapat mandat dari kominform untuk memimpin gerakan komunis di Indonesia.

Dengan haluan baru PKI harus menghindarkan Indonesia jatuh ke dalam lingkungan pengaruh Amerika.

Kedatangan Muso membawa perubahan besar bagi gerakan komunis di Indonesia. Setelah tiba di Indonesia, Muso langsung menyusun doktrin bagi kekuatan komunis di Indonesia yang diberi nama "Jalan Baru untuk Indonesia".

Manajer HRD Dibunuh saat Sedang Bercinta dengan Salah Satu Pelaku, Jasadnya lalu Dimutilasi

Sesuai dengan doktrinnya, pada Agustus 1948 Partai Sosialis yang dipimpin Amir Syarifuddin dan Partai Buruh berfusi dengan PKI.

Pada bulan yang sama, Muso mengadakan pembaharuan struktur organisasi Politbiro PKI.

Muso mengecam keras kebijakan pemerintahan Kabinet Hatta.

Ia mengatakan bahwa dalam tahap perjuangan demokrasi baru, masih digunakan segenap aliran.

Akan tetapi pada kurun waktu tertentu mereka harus disingkirkan, karena hanya orang-orang PKI yang mampu menyelesaikan revolusi di Indonesia.

Melihat dari Dekat Tandu Jenderal Sudirman, Teman Bergerilya Menghadapi Agresi Belanda

Pemberontakan di Madiun

Sejak awal September 1948, Muso bersama beberapa pimpinan PKI berkeliling ke daerah-daerah di Jawa, seperti Solo, Madiun, Kediri, Jombang, Bojonegoro, Cepu, Purwodadi, dan Wonosobo.

Dikutip buku Sejarah Daerah Jawa Timur (1978), ketika Muso dan Amir Syarifuddin berada di Purwodadi mendengar kabar bahwa unsur pro-PKI telah mengambil inisiatif untuk melancarkan revolusi (pemberontakan).

Pada 18 September pagi, sekelompok rakyat Purwodadi mengibarkan bendera merah dan Muso berangkat ke Madiun.

Malam hari mereka tiba di Rejo Agung dekat Madiun dan menjumpai kenyataan bahwa organisasi PKI telah melancarkan coup d'etat di Kota Madiun dan sekitarnya.

Sejak saat itu revolusi komunis atau pemberontakan komunis sudah dimulai.

Selain pengambilalihan kekuasan di Madiun, mereka juga merebut kota-kota dan ibu kota karesidenan Madiun.

Semua alat-alat pemerintah, militer dan sipil pada waktu itu lumpuh serta mampu dikuasai.

Kaum komunis berambisi untuk memegang pimpinan pemerintahan dan mereka ingin mendirikan front nasional.

Mbak Tutut Kisahkan Lahir Tanpa Disambut Sang Ayah, Pak Harto Sedang Pimpin Pertempuran di Jogja

Kaum komunis beranggapan bawah dunia ini telah terpecah dua, yaitu blok kapitalis imperalis di bawah pimpinan Amerika Serikat dan blok anti imperalis di bawah Rusia.

Karena perjuangan Indonesia anti imperalis maka menurut kaum komunis, Indonesia harus berada di pihak Rusia.

PKI Muso untuk mencapai kekuasaan terlebih dahulu akan menggunakan cara non-revolusioner sebelum menggunakan taktik revolusioner.

Taktik revolusioner tentunya tidak akan digunakan sebelum proses integrasi anggota-anggota FDR ke dalam PKI Muso sempurna.

Seramnya Lonceng Kematian dan Penjara Bawah Tanah di Gedung Bekas Balaikota Belanda di Jakarta

Penangkapan

Untuk kepentingan pertahanan dan penindasan pemberontakan, pada 19 September presiden Sukarno selaku panglima tertinggi memaklumkan "Negara dalam keadaan bahasa".

Lewat corong radio Yogyakarta yang diangkat Kolonel Sungkono sebagai gubernur militer Jawa Timur mendapat tugas untuk menindas pemberontakan dan merebut kembali Kota Madiun.

Pada malam hari, mulai dilakukan penangkapan pimpinan PKI diberbagai daerah termasuk ibu kota Yogyakarta waktu itu.

Panglima Besar Jenderal Sudirman memerintahkan pengepungan terhadap Kota Madiun.

Gerakan pasukan pemerintah dimulai pada 21 September 1948.

Meneledani Kegigihan RA Kustiyah

Pengejaran pemberontakan oleh TNI terus dilakukan pada 31 Oktober 1948.

Pada waktu itu Brigade S (Sudarsono) yang dipimpin Kapten Sunandar telah dapat menembak mati Muso di Sumoroto.

Selanjutnya tokoh-tokoh pemberontak tertangkap di Desa Girimarto dan pada 5 November 1948 menjalani hukuman militer.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved