Kisah Tokoh

Mbak Tutut Kisahkan Lahir Tanpa Disambut Sang Ayah, Pak Harto Sedang Pimpin Pertempuran di Jogja

Pada saat ibu melahirkan saya, bapak tidak bisa mendampingi ibu. Beliau masih memimpin pertempuran di Jogja.

Penulis: Feryanto Hadi | Editor: Feryanto Hadi
www.tututsoeharto.id
Pada saat Bu Tien melahirkan Mbak Tutut, Pak Harto tidak bisa mendampingi lantaran masih memimpin pertempuran di Jogja 

Di balik kisah perjuangan Soeharto dalam membela tanah air, ada sekelumit kisah haru. Saat itu, Siti Hartinah (Bu Tien) sedang mengandung anak pertama ketika pecah pertempuran antara pejuang melawan Agresi Belanda II.

Kondisi itu membuat Soeharto tak bisa menemani hari-hari Siti Hartinah ketika tengah hamil tua. Bahkan, Soeharto tak bisa menyaksikan kelahiran putri pertamanya, Siti Hardiyanti Rukmana.

Kisah ini diceritakan oleh Mbak Tutut atau Siti Hardiyanti Rukmana di website pribadinya, www.tututsoeharto.id.

"Sahabat, 71 tahun yang lalu, tepatnya, 23 januari 1949, saya dilahirkan dari seorang ayah bernama Soeharto dan Ibu bernama Siti Hartinah. Waktu itu jaman masih perang, dan bapak saya ikut di dalam peperangan mempertahankan kemerdekaan."

foto masa kecil Mbak Tutut bersama Ibu Tien dan Pak harto
foto masa kecil Mbak Tutut bersama Ibu Tien dan Pak harto (www.tututsoeharto.id)

Positif Corona, Jenderal Farina Dikarantina di Rumahnya

Virus Corona Masuk Indonesia, Sandiaga Uno Harap Pemerintah Pastikan Harga Kebutuhan Pokok Stabil

"Pada saat ibu melahirkan saya, bapak tidak bisa mendampingi ibu. Beliau masih memimpin pertempuran di Jogja. Sebagai istri seorang prajurit, ibu tidak pernah menyesali melahirkan putra pertamanya tanpa suami mendampingi. Ibu bahkan bangga bapak tetap bertempur membela tanah airnya."

Dalam tulisan itu, Mbak Tutut berkisah, sang ibu pernah berkata kepadanya soal keinginan Soeharto muda yang mengidamkan anak lelaki.

Lantas, Mbak Tutut bertanya kepada ibunya, apakah ayahnya kecewa ketika kemudian lahir dirinya seorang perempuan.

Sang ibu menerangkan, Soeharto sama sekali tidak kecewa ketika lahir bayi perempuan. Justru, Soeharto begitu menyayangi Mbak Tutut.

Ahok Kandidat Kepala Ibukota Baru, Sandiaga Uno: Bukannya Pak Ahok Baru Jadi Komut Pertamina?

Sudah Operasi Kelamin Jadi Wanita, Gebby Vesta Shalat Pakai Sarung, Ingin Dimakamkan Sebagai Pria

Jadi bapak nyesel dalem (saya) terlahir perempuan bu?” Aku bertanya agak sedikit kecewa."

“Ora wuk (tidak nak), begitu kamu lahir, bapak malah sayang sekali karo kowe (dengan kamu). Apalagi bapak baru bertemu kamu setelah kamu berusia tiga bulan. Sebelum kamu lahir, bapak terlibat dalam peperangan melawan agresi Belanda II, dan mempersiapkan serangan umum 1 Maret 1949, untuk menunjukkan pada dunia, bahwa Indonesia masih ada.

Alhamdulillah, perjuangan bapakmu dan kawan-kawannya, berhasil.” Ibu berhenti sejenak. “Sejak bapakmu bertemu kamu wuk, tidak ada yang boleh membuat kamu nangis…” lega saya mendengar cerita ibu, Alhamdulillah.

Bu Tien berkisah kepada Mbak Tutut, bagaimana bentuk rasa sayang Pak Harto kepada putri pertamanya.

Bu Tien berkata, “Setiap pulang tugas, bapak selalu menggendong kamu. Saat bapak mirsani pertandingan bolapun, kamu diajak nonton bola.” Ibu bercerita sambil memandang bapak dengan senyum lesung pipitnya. Sementara bapak mendengarkan cerita ibu dengan senyum dikulum… he he.

Waktu kamu masih kecil, saking bapak pingin kamu jadi wanita kebanggaan bapak, bapak ngendiko (menyampaikan) ke ibu. Bu, anak kita diajari masak,” ibu melanjutkan cerita sambil tertawa geli. “Mengko yen wis gede yo pak (nanti kalau sudah besar ya pak), saiki isih bayi (sekarang masih bayi)”. Bapak ikut tertawa geli mendengar cerita ibu. Terpancar kasih dan bahagia beliau berdua, mengenang peristiwa-peristiwa lama."

Pembatalan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan, Said Didu: Masalah Baru Bagi Pemerintah

Cegah Virus Corona Masuk, Korea Utara Ancam Tembak Warga China Jika Dekati Wilayah Perbatasan

Mengenang hal itu, Mbak Tutut merasa trenyuh. Ia begitu bersyukur menjadi anak dari pasangan Soeharto-Siti Hartinah.

"Bapak ibu, aku bangga dan bersyukur, terlahir dari Bapak dan Ibu. Doa kami, semoga Allah SWT, mengampuni segala dosa dan khilaf Bapak dan Ibu, diterima segala amal dan ibadah Bapak dan Ibu, dan di sorga-MU, tempatkan bapakku dan ibuku ya Allah… aamiin…"

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved