Bantah Tien Soeharto Wafat karena Tertembak Adiknya, Tutut: Siapa Tega Sebarkan Berita Keji Itu?

Setelah 24 tahun, putri sulung Presiden kedua RI Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana, mengungkap fakta wafatnya ibunda tercinta, Tien Soeharto.

Twitter @TututSoeharto49
Ibu Tien dan Tutut Soeharto 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Setelah 24 tahun, putri sulung Presiden kedua RI Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana (Tutut Soeharto), mengungkap fakta wafatnya ibunda tercinta, Tien Soeharto.

Pengungkapan fakta ini sekaligus membantah rumor yang selama ini beredar, yang menyebut Tien Soeharto mengembuskan nafas terakhirnya akibat tertembak oleh adik-adiknya.

"Sebelum Allah memanggil saya, masyarakat harus tahu kebenarannya."

Niat Pulang Kampung dan Bukan Mudik, Rere Terkatung-katung di Ibu Kota Tanpa Pekerjaan

"Dan alhamdulillah sekarang ada medsos."

Yang alhamdulillah saya pun ikut aktif di sana," ujar Tutut, dikutip Tribunnews dari laman tututsoeharto.id, Kamis (30/4/2020).

Tien Soeharto yang punya nama lengkap Raden Ayu Siti Hartinah meninggal pada 28 April 1996.

Anies Baswedan Bakal Bagikan 20 Juta Masker untuk Warga Jakarta, Satu Orang Dapat Dua

Ia wafat pada usia 72 tahun.

Rumor itu menyebutkan, Tien Soeharto meninggal karena dua anak lelakinya, Tommy dan Bambang, saling ribut hingga terlibat baku tembak.

Satu di antara tembakan itu disebutkan mengenai ibu mereka.

Meski Tak Patuhi Protokol PSBB, 27 PMKS di Jakarta Utara yang Terjaring Razia Negatif Covid-19

"Lalu saya mendengar berita tersebar, bahwa ibu wafat karena tertembak oleh adik-adik saya."

"Saya heran, siapa manusia yang tega menyebarkan berita keji tersebut?" ucap Tutut.

"Demi Allah, apa yang bapak ceritakan, itu yang terjadi."

76.947 Warga Jakarta Sudah Ikut Rapid Test, Hasilnya 2.954 Orang Positif Covid-19

"Tadinya saya akan diamkan saja."

"Tapi rasanya berita itu semakin diulang-ulang ceritanya oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab," tutur Menteri Sosial pada Kabinet Pembangunan VII tersebut.

Tutut berkisah, 24 tahun lalu, tepatnya pada 28 April 1996, ibunda tercintanya dipanggil Allah SWT.

iKonic Indonesia Bantu Anak dan Keluarga Rentan SOS Children’s Villages Lawan Covid-19

Saat itu Tutut sedang bertugas memimpin sidang organisasi donor darah dunia di Prancis dan London, Inggris.

Ketika itu ia menjabat sebagai Presiden Donor Darah Dunia.

Mendengar kabar lelayu itu, ia langsung kembali ke Jakarta.

Dari 20 Juta Masker Kain yang Bakal Dibagikan Gratis 1,5 Juta Diantaranya Diproduksi Pemprov DKI

"Itulah perjalanan paling lama yang saya rasakan selama saya bepergian," ucapnya.

Suaminya menjemput Tutut di Singapura, dan langsung menuju Solo.

Jenazah ibunya sudah ada di sana.

Warga Jakarta Diminta Waspada dan Tak Berpuas Diri Meski Kasus Baru Covid-19 Melambat

Setelah bertemu jenazah sang ibu, Tutut semobil dengan ayahnya, berangkat ke kompleks pemakaman di Giribangun.

Dalam perjalanan menuju makam, dengan suara yang dalam, tiba-tiba ayahnya bercerita mengenai detik-detik kepergian sang ibu.

“Ibumu pagi itu, mengeluh. 'Bapak, aku kok susah nafas yo.' Bapak tanya mana yang sakit bu."

59 Persen Pasien Covid-19 di Indonesia Laki-laki, Paling Banyak di Rentang Usia 30-59 Tahun

"Ibumu bilang, 'Ora ono sing loro (tidak ada yang sakit), mung susah nafas pak (hanya susah nafas pak).'"

"Bapak bertanya lagi, 'Dadanya sakit enggak bu.'”

"Ibumu berbisik, 'Ora ono (tidak ada)'."

Politikus PDIP: Bubarin Aja Stafsus Milenial! Saya Muda Enggak Pernah Rampok Uang Rakyat

"Bapak rebahkan ibu dengan bantal yang agak tinggi."

"Karena ibumu susah nafasnya."

"Bapak panggil ajudan untuk segera menyiapkan ambulans."

Tiga Kotak Amal Masjid di Pangkalan Jati Jakarta Timur Dibobol Saat Salat Berjemaah Ditiadakan

"Ibu harus dibawa ke rumah sakit segera," tutur Tutut mengulang kisah yang diceritakan ayahnya.

Tutut mencoba bertanya ke ayahnya, “Jadi ibu tidak mengeluh sakit sedikit pun pak?”

"Bapak menjawab dengan tegas, 'Tidak. Ibu hanya mengatakan susah nafas.'”

Wali Kota Bekasi: PSBB Butuh Sanksi Hukum

“Jam berapa itu pak?” tanya Tutut.

“Kurang lebih jam 3, kata bapak."

"Berarti setelah bapak sholat tahajut," ucap Tutut.

Tips Jaga Imunitas Tubuh dari Doni Monardo: Perut Kenyang, Hati Senang, Pikiran Tenang

Kemudian ayahnya melanjutkan ceritanya.

“Di dalam perjalanan, ibumu sudah tidak sadar."

"Sampai di rumah sakit, semua dokter sudah berusaha untuk membantu ibumu."

Celurit di Gerbang Tol Slipi Ternyata Milik Bocah yang Tawuran Lalu Kabur karena Dibubarkan Warga

"Tapi, Allah berkehendak lain," kenang Tutut mengulang kisah yang disampaikan ayahnya.

"Bapak terdiam tidak bicara lagi."

"Sepertinya, bapak ingin mengungkapkan perasaan hati yang kehilangan ibu dengan bercerita," kata Tutut.

Kasasi Masih Berproses, Romahurmuziy Tetap Keluar dari Rutan KPK

"Tak dapat saya bendung air mata saya," ucap Tutut.

"Bapak dan ibu tak pernah berjauhan."

"Beliau berdua saling mencinta, saling mendukung, dan saling membantu."

"Begitu yang satu tidak ada lagi di kehidupan, maka akan terasa, ada sesuatu yang hilang dalam dirinya," beber Tutut. (*)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved