Bom Medan
BOMBER Polrestabes Medan Kelompok JAD atau Kelompok NII Pro ISIS? Begini Penjelasan Nasir Abbas
Diperkirakan, bomber di Mapolrestabes Medan masuk dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) atau juga di kelompok NII pro ISIS.
Sosok pengebom di Mapolrestabes Medan ternyata seorang mahasiswa berusia 24 tahun bernama Rabbial Muslim Nasution alias RMN.
Diperkirakan, bomber di Mapolrestabes Medan masuk dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) atau juga di kelompok NII pro ISIS.
Hal tersebut dijelaskan Mantan Pimpinan Jamaah Islamiya (JI) Nasir Abas.
Ia meyakini, ada dua kemungkinan pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Medan berinisial RMN tergabung dalam kelompok JAD atau juga kelompok NII pro ISIS.
• Polisi Sebut Bomber Polrestabes Medan Berstatus Mahasiswa, Temannya Bilang Tak Tamat Sekolah
• MAHASISWA Berusia 24 Tahun Jadi Bomber Polrestabes Medan, Pernah Ikut Organisasi, Ini Identitasnya
• Bomber Polrestabes Medan Pakai Jaket Ojek Online, Presiden Grab Bilang Begini
"Sudah pasti yang dilakukan adalah aksi bom bunuh diri. Pelakunya melakukan aksi teror. Siapa pelakunya, kalau saya bisa sebut dari modus operandinya"
"teknis pelaksanaannya kalau bukan kelompok JAD, ya kelompok NII yang pro ISIS," kata Nasir Abbas saat dikonfirmasi tribunnews.com, Rabu(13/11/2019).
Diberitakan sebelumnya, bom bunuh diri meledak di Mapolrestabes Medan,sekira pukul 08.45 WIB.
Ledakan bom merenggut satu korban jiwa.
• Pengemudi Khawatir Dampak Teror Bom Bunuh Diri Polrestabes Medan karena Pelaku Pakai Jaket Ojol
• 8 Fakta Kasus Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan, Kata Tetangganya Pelaku Dikenal Warga yang Baik
• Setelah Ledakan Bom di Polrestabes Medan, Penjagaan di Polres Tangerang Selatan Diperketat
Korban terlihat tergeletak di parkiran Polrestabes Medan.
Diduga korban adalah pelaku bom bunuh diri.
Untuk memudahkan pencarian barang-barang pelaku pemboman yang diyakini masih ada disekitar Polrestabes Medan, menurunkan anjing pelacak.
Nasir Abbas menjelaskan kedua kelompok ini JAD dan anggota NII pro ISIS banyak tersebar di wilayah Sumatera Utara.

Teror yang terjadi di Sibolga beberapa waktu lalu, Nasir Abbas menjelaskan dilakukan oleh anggota NII pro ISIS.
"Jadi yang pro ISIS bukan hanya kelompok JAD saja tapi juga ada yang dari NII," Nasir Abbas menegaskan.
Pelaku bom bunuh diri di Mapolresta Medan, Nasir Abbas yakin dilakukan oleh warga setempat yang berafiliasi dengan JAD atau NII pro ISIS.
"Bukan orang luar. Pasti orang setempat, dengan maksud menciptakan teror ingin balas dendam," katanya.

Mantan Pimpinan Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abbas (TRIBUNNEWS/HERUDIN)
Aksi balas dendam yang dilakukan terkait dengan rentetan peristiwa penusukan terhadap mantan Menkopolhukam Wiranto di Serang Banten, beberapa waktu lalu.
Pasca kejadian itu, Nasir Abbas menjelaskan banyak yang kemudian ditangkap pasca kejadian itu.
"Mereka mau balas dendam dengan polisi. Apalagi ada 36 atau sekitar 40 orang yang ditangkap pasca peristiwa penusukan pak Wiranto. Mereka marah," ujar Nasir Abbas.
Ada 6 Teror Bom di Medan
Ledakan diduga akibat bom bunuh diri di Markas Polrestabes Medan, Jalan HM Said, Medan, Sumatera Utara, Rabu (13/11/2019) pagi.
Bom di Polrestabes bukan yang pertama yang pernah terjadi di Medan.
Sejarah mencatat setidaknya enam aksi serupa pernah terjadi di Medan.
Berikut deretan teror bom yang pernah terjadi di Medan:
1. Gereja Santo Yosep, 2016
Percobaan bom bunuh diri terjadi di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Jalan Dr Mansur Medan, Minggu (28/8/2016) pagi.
Ledakan bom berkekuatan rendah itu terjadi sekitar pukul 08.20 WIB saat Pastor Albert Pandiangan, OFM Cap (60) selesai membaca kitab suci.
Saat itu tas ransel yang dibawa pelaku meledak.
Pelaku duduk di kursi barisan pertama.
Seperti dikutip Kompas, seorang saksi mengatakan, pelaku kemudian lari ke altar membawa pisau dan kapak. Ia melompati tangga dan menghampiri Albert yang masih berada di mimbar.
Albert turun dari mimbar, tetapi dikejar oleh pelaku yang hendak mengampaknya. Pelaku yang sempat menusuk lengan kiri Albert kemudian ditangkap umat
Pelakunya adalah seorang remaja berusia 17 tahun berinisial IAH.
Tito Karnavian yang saat itu masih menjabat Kapolri menyebut kasus ini menunjukkan fenomena terorisme baru.
Modusnya, jaringan teroris merekrut anak-anak di bawah umur untuk beraksi sendiri.
2. Pardede Hall, 2000
Sepanjang tahun 2000, rentetan aksi teror dengan bom mengguncang berbagai kota di Indonesia.
Di Medan, ledakan berkekuatan tinggi terjadi di dekat Pardede Hall (Gedung Olahraga YD Pardede) dan kampus Universitas Darma Agung pada 12 November 2000.
Dikutip dari pemberitaan Harian Kompas pada 14 November 2000, seorang perempuan bernama Hotma Sihite (27) tewas seketika.
Emilda Purba (16), warga lainnya luka cukup parah hingga akhirnya meninggal dunia.
Tiga lainnya juga luka. Di dalam bom berisi potongan-potongan paku tajam dan pecahan-pecahan besi. Akibatnya, ketika meledak,
komponen-komponen tersebut terbang ke berbagai arah menghantam apa saja. Pagar besi gedung kuliah ISTP di pinggir Jalan Mataram rusak.
Pohon cemara di dekat pagar pun hancur. Kaca-kaca nako gedung Laboratorium TD Pardede yang berjarak sekitar 50 meter dari titik ledakan juga hancur berantakan.
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly yang kala itu masih duduk sebagai anggota DPRD Sumatera Utara sekaligus dikenal sebagai ahli hukum kriminologi menyatakan, terjadinya kembali peledakan bom di gereja menunjukkan kelengahan polisi.
Peledakan bom di gereja-gereja di Medan, bukan satu dua kali terjadi melainkan sudah berulang.
"Peledakan ini jelas dilakukan secara sistematis, terpola oleh orang-orang yang memiliki keterampilan khusus merakit dan menteror melalui bom," ujar Yasonna.
Markas Salah satu pelaku bernama Indrawarman alias Toni Tagar mengaku, dalam kesaksiannya beberapa tahun kemudian mengaku ia memasang bom pada becak yang dibeli pdari Anwar alias Pak Tua seharga Rp 700.000.
Sebulan kemudian, ketika Indonesia diteror dengan aksi bom malam Natal, Medan selamat dari ledakan.
Sepuluh titik yang akan diledakkan teroris digagalkan oleh polisi. Kesepuluh bom di Medan itu adalah di Gereja GKII Jalan Hasanuddin 6, Gereja GKPI Jalan Syailendra, Gereja HKBP Jalan Sudirman, dan Gereja Katolik Katedral Jalan Pemuda.
Kemudian Gereja Katholik Jalan Hayam Wuruk, Gereja Katholik Jalan HM Joni, Gereja GKII Jalan Sisingamangaraja, rumah Pastur Snydas OFM Jalan MT Haryono, Gereja Kristus Raja depan Medan Mall, serta sebuah di samping kantor Polsek Teladan.
3. GKII Jalan Bunga Kenanga, 2000
Dilansir dari pemberitaan Harian Kompas pada 21 Agustus 2000, sebuah bom berskala kecil meledak di depan Gereja Kemenangan Iman Indonesia (GKII) Jalan Bunga Kenanga di kawasan Padangbulan Medan, Minggu (20/8/2000) sekitar pukul 06.00.
Tidak ada korban luka-luka maupun bangunan yang rusak akibat ledakan bom tersebut.
Hanya saja suara ledakan bom itu sangat mengejutkan jemaat yang sedang melakukan kebaktian di dalam gereja.
Begitu mendengar suara ledakan bom, jemaat gereja langsung berhamburan keluar dalam suasana panik.
Bom tersebut, seperti dilaporkan Antara, diduga ditempatkan di bawah pohon yang terletak di depan pintu masuk gereja.
Pohon itu sebagian daunnya hangus terbakar.
Kalep Situmorang (37), salah seorang saksi peledakan bom ditembak dua orang tak dikenal sebulan kemudian.
Peristiwa tersebut terjadi ketika Situmorang melintas di Jalan Mojopahit, Medan, Minggu (17/9/2000) sekitar pukul 07.45.
Korban, yang sehari-hari bekerja sebagai sopir Pendeta Benyamin Munthe, terkena tembakan peluru di bagian rusuk kanan hingga keadaannya kritis.
Pagi itu, ia mengantar Pendeta Benyamin Munthe bersama tiga anggota keluarganya pergi ke kebaktian di GKII.
4. Jalan Bahagia, 2000
Dua bom rakitan meledak berturut-turut di Medan pada Minggu, 27 Agustus 2000.
Dilansir dari Harian Kompas, bom meledak di depan rumah penduduk Jalan Bahagia, Medan sekitar pukul 02.30. Bom meledakkan bengkel sepeda milik P Panjaitan (45).
Akibatnya, bangunan yang terbuat dari papan berukuran 3 x 5 meter hancur berantakan. Bahkan, tembok parit di depan bengkel pun semennya retak-retak.
Beberapa menit kemudian, sebuah bom meledak lagi persis di pagar rumah pendeta J Sitorus (60), pendeta di Gereja Metodis Indonesia (GMI).
Akibatnya, pagar tembok yang dilengkapi dengan pagar besi rusak.
Anehnya, jarak antara bengkel dan rumah Sitorus hanya sekitar lima meter, yang letaknya persis berhadap-hadapan.
5. Restoran Miramar, 2000
Bom rakitan meledak di samping Restoran Miramar, Jalan Pemuda, Medan.
Dikutip dari Harian Kompas, bom meledak pada 29 Mei 2000 pukul 04.30 pagi.
Empat orang terluka dan sebagian dinding restoran yang terbuat dari keramik rusak.
Ledakan itu juga merusak gedung yang ditempati PT Samudera Indonesia Group yang berjarak sekitar 10 meter dari restoran itu.
Bom diduga ditujukan untuk merusak Gereja Katolik Santa Maria yang berjarak 100 meter dari lokasi ledakan.
6. GKPI Padangbulan, 2000
Sehari sebelum ledakan di samping Restoran Miramar, bom rakitan meledak di Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI), di Kompleks Perwira Menengah Kodam I Bukit Barisan, Pasar I Padangbulan, Medan.
Saat itu, Minggu, 28 Mei 2000 sekitar pukul 08.30, jemaat sedang melakukan kebaktian hari Minggu.
Dilansir dari Harian Kompas, sebanyak 23 jemaat yang umumnya pelajar wanita mengalami luka-luka.
Keterangan yang dihimpun Kompas di gereja GKPI, pagi itu sekitar 600-700 jemaat sedang menyanyikan lagu-lagu pujian dipimpin Wakil Guru Jemaat St ML Tobing.
Tiba-tiba dari baris keenam bangku belakang keluar percikan api disertai dengan suara ledakan yang kuat hingga menggetarkan bangunan gereja permanen seluas sekitar 20 x 50 meter.
Bangku di dalam gereja tersebut ada sekitar 20 baris. Baca juga: Fakta Lengkap Bom Bunuh Diri di Mapolrestabes Medan, Meledak di Area Parkir hingga Siagakan Anjing Pelacak Sebagian bangku-bangku yang berisi enam orang hancur, dan sebagian dinding retak kena getaran.
Mendengar suara ledakan, jemaat yang sedang tekun beribadat terkejut dan panik.
Ada yang tiarap di lantai, ada pula menjerit-jerit ketakutan.
Tidak sedikit yang mengalami luka-luka. Jemaat yang duduk di depan pun berhamburan menyelamatkan diri dan keluar minta pertolongan.
Siang harinya, sekitar pukul 12.00, ditemukan bom rakitan di kantor Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Jalan Sudirman, Medan.
Bom rakitan, yang terbuat dari kaleng cat yang dibalut kabel biru dan merah dibungkus dengan lakban warna hijau, ditemukan oleh salah seorang pengurus gereja, St R Boru Simamora.
Bom rakitan yang berada dalam kardus itu dibawa keluar oleh petugas gereja.
Setelah memberi tahu aparat kepolisian, bom tersebut akhirnya diledakkan di tempat yang aman karena tak bisa lagi dijinakkan.
Secara bersamaan bom rakitan serupa, juga ditemukan di ruang Gereja Kristen Kristus Raja, Jalan Haryono MT, persis berhadapan dengan Medan Mall.
Bom ditemukan oleh salah seorang jemaat, Ny Erna, setelah Misa kedua.
Namun, tidak ada korban jiwa.
Tim penjinak dan penghancur bahan peledak (Jihandak) Brimob Polda Sumut berhasil mengamankannya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Nasir Abbas: Pelaku Bom Bunuh Diri di Mapolresta Medan Kelompok JAD"