Berita Duka
Makam Sutopo Digali Hanya Dalam Waktu Dua Jam, Padahal Tekstur Tanahnya Keras
PENGGALIAN tanah di Taman Pemakaman Umum (TPU) Sasonolayu, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, hanya membutuhkan waktu singkat.
PENGGALIAN tanah di Taman Pemakaman Umum (TPU) Sasonolayu, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, hanya membutuhkan waktu singkat.
Makam itu akan digunakan untuk tempat peristirahatan terakhir Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Senin (8/7/2019).
Di balik penggalian tanah di TPU Sasonoloyo, Jalan Perintis Kemerdekaan itu, ada seorang sosok penting bernama Suwarto (56).
• Prabowo-Sandi Takkan Bawa Sengketa Pilpres ke Mahkamah Internasional
Pak Warto, sapaan akrabnya, menjadi Ketua Tim Penggali Kubur di TPU Sasonolayu.
Ia mengaku hanya membutuhkan waktu singkat untuk menggali tanah selebar 1,5 x 2,5 meter dengan kedalaman 1,5 meter lebih tersebut.
"Biasanya 4 jam lebih, bahkan ada yang seharian," ungkapnya kepada TribunSolo.com.
• Ditanya Kapan Bertemu Prabowo, Jokowi Malah Bilang Begini
"Makam Pak Sutopo mudah digali, hanya 2 jam lebih," imbuhnya.
Pria yang sudah 15 tahun menjadi penggali kubur itu menerangkan, tanah di TPU Sasonolayu, mempunyai tekstur keras.
TPU itu berlokasi tidak jauh dari rumah duka di Jalan Jambu RT 7, RW 9, Kampung Surodadi, Kelurahan Siswodipuran, Kabupaten Boyolali.
• Cak Imin Lebih Suka Jadi Ketua MPR Ketimbang Menteri
"Bentuknya padas, banyak batu besar saat menggali, tapi makam Pak Sutopo hanya kerikil kecil, Alhamdulillah cepat," bebernya.
Hal senada juga dijelaskan Suparno.
Pria 71 tahun yang ikut menggali tanah peristirahatan terakhir untuk Sutopo itu menuturkan, penggalian tanah sangat mudah.
• Ini Pidato Lengkap Jokowi Setelah Ditetapkan Sebagai Presiden Terpilih, Sebut Prabowo-Sandi Patriot
"Ya mungkin karena kebaikan Pak Sutopo semasa hidup, bermanfaat untuk banyak orang di Indonesia," tuturnya.
"Tanahnya itu gembur (tidak keras), jadinya menggalinya mudah banget," terangnya.
Sebelumnya, jenazah Sutopo Purwo Nugroho tiba di rumahnya di Perumahan Raffles Hills Blok I6 No 15, Sukatani, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, Minggu (7/7/2019) pukul 22.35 WIB.
• Ahmad Syaikhu Bakal Didenda Hingga Rp 50 Miliar Jika Mundur Jadi Cawagub DKI
Setibanya di rumah duka, peti jenazah Sutopo langsung ditandu dari dalam ambulans oleh lebih dari delapan orang, yang di antaranya adalah petugas BNPB.
Afresia Jembar Brata, satu dari sejumlah orang yang mengangkat peti jenazah Sutopo, mengaku sama sekali tidak merasakan berat ketika menggotongnya dari dalam ambulans.
• Gubernur Lemhannas Bilang Wajib Militer di Indonesia Belum Urgen
"Sama sekali enggak berat, enteng banget itu peti jenazahnya," ujar Afresia kepada TribunJakarta.com di kediaman almarhum Sutopo, Minggu (7/7/2019).
Lanjut Afresia, dirinya yang juga merupakan petugas BNPB, seperti merasakan kehilangan yang mendalam ketika mengangkat peti jenazah Sutopo.
"Kayak ada yang hilang pas ngangkatnya, beneran. Kayak enggak nyangka peti jenazah yang saya angkat ini di dalamnya berisi Pak Topo," ujar Afresia.
• Pakai Contoh Cicak Vs Buaya, Mardani Ali Sera Sebut Oposisi Terbaik Bersama Rakyat
Afresia mengatakan, sosok Sutopo baginya merupakan suri tauladan yang sangat baik semasa hidup hingga akhir hayatnya.
"Ketika saya angkat jenazah Pak Topo ke tempat pemandian, anaknya (Ivanka) melihat dan langsung menangis," ungkap Afresia.
Ketika Ivanka menangis, Afresia mencoba menguatkan sulung almarhum Sutopo.
• Gerindra Terbiasa Jadi Oposisi, Perdebatan Internal Soal Tawaran Masuk Pemerintahan Berkurang
"Langsung saya peluk dan saya elus punggung anaknya (Ivanka). Saya bilang sudah jangan menangis, kasihan bapak," lanjut Afresia.
Maisin, petugas BNPB lainnya yang memegang bagian tengah jasad Sutopo ke tempat pemandian, turut memberikan kesaksian.
"Bener mas, saya juga lihat sendiri," ujar Maisin kepada TribunJakarta.com.
• KPK Bilang Ada yang Baru di Kasus KTP Elektronik, Bakal Ada Tersangka Anyar?
Sebelumnya, Sutopo Purwo Nugroho membuka sedikit kemeja batiknya di bagian dada, sambil menunjukkan sebuah plester transparan.
Plester itu berukuran sekira setengah jari telunjuk tangan orang dewasa yang menempel di sana.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana itu mengatakan, plester itu adalah obat penghilang rasa nyeri bernama Duragesic.
• Fahri Hamzah: Dalam Sistem Presidensial Tidak Ada Oposisi, Banyak yang Tidak Paham
Plester kecil itulah yang mendukungnya bekerja setiap hari, semenjak dua dokter mendiagnosanya terkena kanker paru-paru stadium 4B.
"Ini saya tempel sampai dua," kata Sutopo Purwo Nugroho kepada sejumlah wartawan, seusai konferensi pers penanganan gempa dan tsunami Sulawesi Tengah di Graha BNPB, Jakarta Pusat, Selasa (2/10/2018).
"Namanya Duragesic. Kalau enggak, nyeri sekali. Di sini (tunjuk dada kiri) hanya dipegang gini aja, sakit. Karena paru-paru di sini."
• Pemotor Penabrak Petugas PPSU Cantik Belum Bisa Ngomong, Rahangnya Masih Goyang
"Kemudian sudah menyebar ke bagian sini (menunjuk ke punggung)," jelasnya.
Sambil berdiri, ia menjelaskan penyakit yang sudah menyebar ke bagian punggungnya itu membuat tulang belakangnya miring.
Hal itu memang terlihat sepintas, ketika ia sedang berjalan keluar dari ruang konferensi pers.
• Keluarga Menanti Penabrak Petugas PPSU Cantik Minta Maaf
Selain itu, pria kelahiran Boyolali 7 Oktober 1969 tersebut juga kerap merasa lumpuh di tangan kirinya.
"Tangan kiri saya itu rasanya kayak udah lumpuh. Karena efek sudah menjalar itu."
"Saya ngetik WhatsApp itu sering typo. Sering salah, saya ketik A keluarnya W, keluar S," ungkap Sutopo Purwo Nugroho.
• Gerindra Bilang Mustahil Sandiaga Uno Jadi Wakil Gubernur DKI Jakarta Lagi
Tanpa Duragesic seharga Rp 500 ribu sampai Rp 700 ribu per plester yang bisa dipakai selama tiga hari itu, Sutopo Purwo Nugroho juga kerap sulit tidur di malam hari.
Sutopo Purwo Nugroho juga mengaku harus menelan obat mual ketika tetap harus melakukan konferensi pers terkait bencana alam, setelah kemoterapi yang sudah lima kali dijalaninya.
Kala itu, rencananya, sehari setelah ulang tahunnya, pria yang tidak merokok itu akan kemoterapi untuk keenam kalinya pada Senin (8/10/2018).
• PKB Sepakat Parpol Pendukung Prabowo-Sandi Gabung Pemerintah, tapi Tak Harus Dapat Kursi Menteri
Meski begitu, dokter mengatakan kemoterapi hanya dapat menambah umurnya satu sampai tiga tahun ke depan.
"Ini menandakan Tuhan sayang sama kita. Kalau usia itu enggak ada orang yang tahu. Itu urusan Tuhan."
"Banyak, saya punya teman habis main tahu-tahu meninggal dunia karena stroke dan sebagainya."
• Masa Pendaftaran Sudah Selesai, Ini Tahapan Seleksi Calon Pimpinan KPK Selanjutnya
"Bukan karena kita sakit paru-paru meninggalnya duluan. Itu urusan Allah. Yang penting kita ikhtiar, kita berdoa," papar Sutopo Purwo Nugroho.
Untuk pengobatan, pria yang sudah delapan tahun bekerja sebagai Kapusdatin dan Humas BNPB itu mengaku telah menjalani terapi radiasi sebanyak 30 kali.
Ia pun juga harus rajin meminum obat-obatan herbal untuk menekan rasa sakitnya.
• Begini Dinamisnya Logo HUT ke-74 RI Bertema Menuju Indonesia Unggul, Sudah Bisa Dipakai Loh!
Akibat penyakit itu, Sutopo Purwo Nugroho kini harus mengurangi sejumlah aktivitasnya, antara lain wawancara di studio TV dan turun ke lokasi bencana.
Meski dokter menyarankannya untuk banyak beristirahat, bukan berarti hanya sedikit yang dikerjakan Sutopo Purwo Nugroho sebagai Kapusdatin dan Humas BNPB.
Ketika ada bencana alam, ia tetap harus melakukan tugasnya untuk memberikan informasi yang akurat dan cepat, terkait bencana alam seperti gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018) lalu.
• Pernah Ditanya Jusuf Kalla Apa Tujuannya Ikut Pilpres 2019, Prabowo Jawab Begini
Sambil menunjukkan ponselnya, ia mengatakan tak kurang dari 200 grup WhatsApp dan 3.000 kontak jurnalis yang harus ia berikan informasi setiap harinya.
"Di sini banyak ada sekira 200-an grup. Dari daerah, per jenis bencananya juga ada. Yang paling menyibukkan ya media."
"Kalau yang lain kan masuk hanya info-info, tapi kalau media kadang nanyain yang kecil-kecil," kata Sutopo Purwo Nugroho sambil menunjukkan ponselnya.
• Petugas PPSU yang Ditabrak Motor Berangsur Membaik, Penabraknya Terancam Dibui Lima Tahun
Khusus untuk grup jurnalis, ia mengaku ada tujuh grup yang ia kelola untuk menyebarkan informasi dengan cepat terkait bencana alam.
Selain menjawab pertanyaan wartawan setiap harinya, ia juga mengaku harus merangkum informasi terkait bencana alam yang tersebar di ratusan grup WhatsApp dari berbagai instansi dan lembaga.
Kadang ia juga harus menelepon lembaga atau instansi terkait untuk memastikan akurasi data yang diterimanya.
• Begini Tahapan Perjalanan Haji Indonesia 1440 Hijriah, Gelombang Pertama Diberangkatkan Malam Ini
"Saya ikut di grup mitigasi gempa Sulteng. Ini terdiri dari menteri-menteri yang ada. Mensesneg Pramono Anung, Panglima TNI Hadi Tjahjanto."
"Kapolri Tito Karnavian, Kepala Basarnas, Retno Marsudi, Tjahjo Kumolo, Willem Rampangilei, Wiranto," beber Sutopo Purwo Nugroho sambil menunjukkan ponselnya.
Biasanya, ia akan bangun pukul 02.00 WIB setiap hari untuk salat tahajud dan menyalin informasi-informasi tersebut ke kertas-kertas kerja di rumahnya.
• Ini Pemicu Oknum Brimob Aniaya Perusuh di Kampung Bali Saat Kerusuhan 21-22 Mei 2019
Setelah itu, ia akan membuat rangkuman dari catatan itu.
Tidak berhenti di situ, Sutopo Purwo Nugroho juga masih harus menganilisa laporan-laporan terkait bencana alam yang masuk.
Setelah menjadi rangkuman, kadang ia harus mengetik sendiri dan meramu bahasanya agar lebih mudah dimengerti dan menenangkan khalayak luas.
• Ini Ciri-ciri Penembak Misterius Saat Kerusuhan 21-22 Mei 2019, Beraksi Pakai Tangan Kiri
Namun, ia juga kerap melibatkan stafnya untuk membuat format laporan terkait penanganan bencana.
"Enggak gampang nyari data kayak begini. Ini tidak seketika saya dapat langsung jadi. Saya juga perlu analisa."
"Anak buah saya banyak yang enggak bisa. Jadi saya itu kalau kerja, tengah malam itu sering merangkum," jelasnya.
• Siapa Komandan Lapangan Kerusuhan 21-22 Mei 2019 yang Diburu Polisi?
Sutopo Purwo Nugroho lalu menunjukkan lembaran laporan berisi data terkait penanganan bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.
Meski pekerjaannya tidak mudah, ditambah penyakit ganas yang dideritanya, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan ia tetap ikhlas menjalani pekerjaannya.
"Prinsip saya, hidup itu harus bermanfaat buat orang lain," tegas Sutopo Purwo Nugroho.
• Politikus PKB: Yang Ngusir Rizieq Shihab Siapa? Dia Pergi Sendiri Kok, Kalau Mau Pulang Saja
Suara ayah dari Muhammad Ivanka Rizaldy Nugroho dan Muhammad Aufa Wikantyasa Nugroho itu bergetar dan matanya berkaca-kaca, ketika ditanya soal kekhawatiran keluarga atas kondisinya.
Ia mengatakan, anak-anaknya kerap menanyakan kondisinya sehari-hari lewat telepon atau WhatsApp.
"Anak-anak saya pasti mengkhawatirkan. Sering nanya kabar saya. Kadang telepon. Kadang nanyain, WA."
• Rizieq Shihab Dipulangkan Jadi Syarat Rekonsiliasi, Politikus PDIP: Suporter Tidak Usah Ikut Ngatur
"Papah gimana? (mata berkaca-kaca) Aku kalau, aduh..Kalau cerita anak, nangis aku (suara bergetar)," ungkap Sutopo Purwo Nugroho.
Sebelumnya, ia merasakan nyeri di dada dan batuk-batuk pada November 2017.
Sutopo Purwo Nugroho yang merasa itu hanya sakit biasa, akhirnya meminum obat-obatan yang dijual di toko.
• Tukang Bubur Tonton Film Porno Sebelum Bunuh Bocah SD, Masih Lampiaskan Birahi Setelah Korban Tewas
Setelah sempat sembuh beberapa hari, penyakit itu kambuh.
Ia pun memutuskan untuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
Dokter penyakit dalam mengatakan gejala nyeri dada, batuk-batuk, dan pusing yang dideritanya berasal dari asam lambung yang naik.
• Soal Rencana Jokowi dan Prabowo Bertemu, Moeldoko: Penting Enggak Sih Sebenarnya Rekonsiliasi Itu?
Setelah dua minggu meminum obat resep dari dokter, penyakitnya tak kunjung sembuh.
Ia pun memutuskan untuk memeriksakannya ke dokter spesialis paru-paru.
Setelah pemeriksaan rontgen dan CT Scan, dokter memvonisnya mengidap kanker paru-paru stadium 4B.
• Nasihati Pengurus DPP PAN Soal Gabung Pemerintah Atau Jadi Oposisi, Amien Rais: Jangan Rabun Ayam!
Kata dokter, penyakitnya sudah menyebar ke bagian punggungnya.
Ia mengaku hanya bisa terdiam karena sangat sedih dalam perjalanan pulangnya dari sebuah rumah sakit pada Januari 2018 lalu.
Dalam hati, ia berharap semoga diagnosa dokter salah.
• Profil Tiga Komisioner KPK yang Maju Lagi Jadi Calon Pimpinan KPK Jilid Lima
Setelah mencari informasi soal dokter yang bagus untuk mendengar pendapat lain, ia memutuskan ke Malaysia.
Ternyata, dokter di sana juga membenarkan diagnosa dokter yang sebelumnya memeriksanya.
"Saya ingat anak, istri, ingin nangis rasanya," cetus Sutopo Purwo Nugroho dengan mata berkaca-kaca dan suara yang bergetar.
• Ini Tiga Komisioner KPK yang Maju Lagi Jadi Calon Pimpinan KPK
Suami dari Retno Utami Yulianingsih itu akhirnya memutuskan untuk menjalani pengobatan di Jakarta setelah mendapat saran dari istrinya.
Bagi Sutopo Purwo Nugroho, ia bekerja seperti sekarang tidak lain hanya untuk keluarganya.
"Saya akhirnya menerima ini bagian dari hidup saya. Kalau kalian nanyain soal anak, nangis saya, benar."
• Profil Tiga Komisioner KPK yang Maju Lagi Jadi Calon Pimpinan KPK Jilid Lima
"Saya itu bekerja untuk anak, untuk ibu saya," aku Sutopo Purwo Nugroho dengan mata yang berkaca dan suara bergetar. (Asep Abdullah Rowi)