Berita Nasional

Dari Rumah Soeharto di Menteng Ini Muncul Istilah 'Keluarga Cendana', Kini Kondisinya Lapuk

Sebuah rumah di Jalan Cendana nomor 6 hingga 8, Menteng, Jakarta Pusat menjadi saksi perjalanan hidup Soeharto dan keluarganya

Editor: Feryanto Hadi
Warta Kota/Abdi Ryanda Sakti
RUMAH SOEHARTO – Rumah Presiden ke-2 RI, Soeharto, di Jalan Cendana nomor 6-8, Menteng, Jakarta Pusat, tampak sepi dan lapuk saat ia dianugerahi gelar pahlawan nasional, Senin (10/11/2025). Bangunan yang dulu menjadi pusat kekuasaan kini berdiri dalam keheningan, ditinggal anak-anaknya dan hanya dijaga oleh kenangan. 

Genting rumah terlihat memudar, beberapa bagian bahkan mulai amblas.

Pos penjagaan di bagian depan dan samping rumah masih berdiri, dengan tembok hijau menyerupai pos militer.

Di teras, patung Kartika Eka Paksi—lambang TNI AD yang menggambarkan kekuatan dan kesetiaan—masih terpajang. Namun, plafon rumah banyak yang lapuk dan berlubang.

Di salah satu sudut, terlihat sarang burung di dekat palaron. Beberapa kendaraan roda dua dan empat masih terparkir, milik para penjaga dan pengurus rumah.

Sosok Penjaga Setia di Tengah Kenangan

Di tengah sunyi rumah tua itu, Slamet berdiri sebagai penjaga yang masih setia. Pria sepuh berbaju batik itu menyambut Tribunnews dengan senyum tipis. Ia telah lama menjaga rumah tersebut.

“Kalau di sini, keadaan seperti ini aja, rumah tidak berubah, paling tambah rusak doang,” ujar Slamet.

Slamet tak mengizinkan wartawan masuk ke dalam rumah. Ia hanya menyebut bahwa rumah itu kini hanya dihuni oleh penjaga berbaju batik dan tactical.

Anak-anak Soeharto Tak Lagi Datang

Menurut Slamet, enam anak Soeharto sudah lama tak datang ke rumah Cendana, terutama sejak pandemi Covid-19. Kehadiran keluarga besar Soeharto di rumah itu kini tinggal cerita.

“Dulu waktu sebelum Covid, biasanya ngumpul pas lebaran. Sekarang udah enggak ada yang ke sini,” kata Slamet.

Ia menyebut, anak-anak Soeharto dulu masih datang karena ada Prabosutedjo, adik Soeharto, yang dianggap sesepuh. Namun sejak Prabosutedjo wafat pada 2018, rumah itu tak lagi jadi tempat berkumpul.

“Ya, masih ada sesepuhnya. Semenjak Pak Prabosutedjo almarhum, wacana mau jadi museum kan, akhirnya beliau almarhum, ya sudah. Enggak ada yang dituakan lagi,” jelas Slamet.

Hingga kini, belum ada keputusan resmi terkait wacana museum tersebut.

Meski begitu, Slamet tetap merawat rumah, meski tak seintensif dulu. Ia mengaku bangga saat Soeharto dianugerahi gelar pahlawan nasional.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved