Sekolah Rakyat

Sekolah Rakyat Jadi Ruang Toleransi Beragama yang Menguatkan Mimpi Enik

Sekolah Rakyat Terpadu (SRT) jadi ruang toleransi beragama bagi Enik Susilowati, siswa SRT 2 Banyuwangi yang beragama Hindu.

dok. Biro Humas Kemensos
Siswa Sekolah Rakyat Terintegrasi 2 Banyuwangi, Enik Susilowati, saat melakukan sembahyang dengan khusyuk di kamar asrama putri, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (19/9/2025).  

Harapannya bisa membahagiakan orang tua, mengangkat derajat ibu, supaya tidak jadi buruh tani. Sebelum mengakhiri ceritanya, ia berbisik lirih, penuh rasa syukur.

“Terima kasih Pak Prabowo, berkat program Sekolah Rakyat ini saya bisa sekolah lagi. Kalau tidak ada, mungkin saya sudah ikut ibu jadi buruh tani,” ujarnya. 

Guru Bimbingan Konseling, Zulfi Wardha Azizah, melihat Enik sebagai pribadi istimewa.

Meski pemalu, ia mudah bersosialisasi dan peduli pada sekitarnya serta pandai mengontrol emosi. Jika berbuat salah, ia tak segan mengakui.

“Saya salah, mohon maaf ya, Bu,” begitu ucapnya setiap kali khilaf. Di asrama, ia dikenal rajin dan bertanggung jawab. Bahkan, meski berbeda keyakinan, ia kerap membangunkan teman Muslimnya untuk salat Subuh. Sikap sederhana itu membuatnya disayangi banyak teman dan guru.

Semua itu berjalan sesuai arahan Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul yang menekankan pentingnya sekolah yang aman dari kekerasan, perundungan, dan intoleransi.

“Di SRT 2 Banyuwangi ini ada siswa kami yang beragama Muslim dan Hindu, semua saling berdampingan secara damai,” kata Kepala SRT 2 Banyuwangi, Chitra Arti Maharani. 

Karena itu, setiap anak diberi kebebasan beribadah, dan setiap keyakinan dihormati. Siswa Muslim melaksanakan salat berjamaah lima waktu dan salat Duha, sementara siswa Hindu dapat menjalankan sembahyang tiga kali sehari dengan tenang.

SRT 2 Banyuwangi berdiri di atas lahan seluas 36.300 meter persegi, dengan fasilitas empat asrama, 28 ruang tidur, lima ruang kelas, dua laboratorium, perpustakaan, musala, dan ruang makan.

Saat ini ada 124 siswa, terdiri dari 66 laki-laki dan 58 perempuan, dari jenjang SD, SMP, hingga SMA. Mereka didampingi 22 guru, 16 wali asuh dan asrama, serta 12 tenaga pendidik.

Di balik wajah pemalunya, Enik Susilowati menyimpan harapan besar. Ia tumbuh dalam pelukan toleransi, belajar dari kerasnya hidup, dan bertekad mengubah masa depan.

Dari bangku sederhana Sekolah Rakyat, lahir mimpi-mimpi besar yang kelak bisa mengubah nasibnya untuk masa depan yang lebih baik.

Dari dinginnya hawa di lereng Ijen, hadir suasana penuh kesejukan antarpemeluk agama, potret kecil dari Sekolah Rakyat untuk Indonesia.

Sumber: Warta Kota
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved