Berita Nasional

Alasan Jenderal Listyo Sigit Prabowo Ogah Mundur dari Jabatan Kapolri

enderal Listyo menceritakan bagaimana situasi pada akhirnya tetap bertahan saat didesak mundur dari jabatannya

Editor: Feryanto Hadi
YouTube Kompas TV
KAPOLRI OGAH MUNDUR - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menerangkan alasannya untuk tidak mundur dari jabatan kapolri 

“Tentu saya sampaikan kepada para pejabat utama saat itu sebelum kemudian saya mengambil langkah dan perintah untuk anggota berani mengambil langkah tegas. Jadi itu yang penting buat anggota pada saat itu, karena saya mundur tidak akan menyelesaikan masalah, justru makin parah,” tuturnya.

Apalagi, kata Kapolri, akibat sejumlah peristiwa yang terjadi di penghujung Agustus 2025 banyak masyarakat ketakutan.

“Masyarakat banyak yang ketakutan, kondisinya kemudian sangat khawatir akan terjadi peristiwa-peristiwa yang mereka tidak inginkan dan saat itu yang dibutuhkan adalah kehadiran Polri yang bisa hadir memberikan rasa aman bagi masyarakat,” kata Kapolri.

“Dan itu bisa dilakukan kalau Polri mampu kembali bangkit dan melaksanakan tugasnya dengan baik pada saat dia menciptakan stabilitas kamtibmas dan itu akhirnya menjadi hal yang harus saya lakukan,” imbuhnya.

Sulit kendalikan penjarahan

Listyo Sigit Prabowo mengakui polisi kesulitan dalam mencegah aksi penjarahan rumah para anggota DPR dan menteri, yang terjadi akhir Agustus 2025 lalu, usai demo ricuh terjadi di Jakarta. 

Seperti diketahui aksi penjarahan dilakukan sekelompok orang tidak dikenal di rumah Ahmad Sahroni, Uya Kuya, Eko Patrio hingga Sri Mulyani.

Menurut Listyo, aksi penjarahan sekelompok orang ke rumah pejabat tertentu ini jauh lebih sulit dicegah.

Baca juga: Belum Tertangkap, Provokator Penjarahan Rumah Uya Kuya di Duren Sawit Jakarta Timur Diburu Polisi

"Kalau aksi penjarahan, ini memang jauh lebih sulit," ujar Sigit dalam tayangan eksklusif program Rosi di Kompas TV, Kamis (25/9/2025) malam.

Alasannya kata Listyo karena aksi mereka tidak terdeteksi petugas.

"Karena memang tidak terdeteksi," kata Sigit.

Ia membeberkan, polisi kesulitan lantaran aksi penjarahan biasanya terjadi pascakerusuhan.

Juga kata Listyo karena titik penjarahan pasti terjadi secara menyebar dan tidak berada di satu lokasi yang sama.

"Karena apa? Terjadinya biasanya pasca kerusuhan, dan titiknya juga menyebar. Tidak di satu titik," jelasnya.

Apalagi, tambah Sigit, para pelaku biasanya bercampur dengan kelompok lain.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved