Padahal, ruangan itu berada di bagian paling bawah rusun dan menopang lima lantai rusun di atasnya.
Diungkap Wahyu, para warga sebenarnya mau untuk dibuatkan rusunawa dalam bentuk tower, tidak bangunan lama lagi.
Hanya saja, warga khawatir biaya sewa akan membengkak apabila semua itu terjadi.
"Kalau ini keluhan warga ya, warga kan ujung-ujungnya duit, ngapain pakai tower kalau harganya perbulan mahal. Kan tadi saya bilang Rp 750 ribu (kalau tower)," ungkap Wahyu.
"Kalau masih begini kan masih disubsidi, mendingan begini. Terus ruang udaranya, sirkuliasi udaranya bagus kalau yang tower kan, itu kaca semua," imbuhnya.
Selain itu, Wahyu juga khawatir apabila warga menjadi dipersulit aksesnya apabila rusunawa Muara Baru diubah menjadi tower bertingkat 16.
"Pakai lift juga dipersulit, kami punya kartu akses buat naik lift kalau punya saudara, yang punya kartu turun dulu untuk mempergunakan alat liftnya seperti tadi," ujar dia.
Diketahui, Wahyu membayar sewa sebesar Rp 250 ribu tiap bulannya, di luar listrik dan air.
Dari pembayaran tersebut ia mengaku mendapat kemudahan dari segi penggunaan transportasi yang Rp 0, serta potongan harga apabila berbelanja.
Hanya saja, kata Wahyu, rusunawa ini tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang, lantaran khusus diperuntukkan bagi mereka yang sudah terprogram.
Terutama, warga yang 2013 lalu terkena musibah banjir dan digusur rumahnya untuk pembuatan Taman Jokowi, di Pluit.
"Waktu 2013 ini dibangun Gubernurnya Jokowi, wakilnya Ahok (Basuki Tjahaja Purnama), nah setelah Jokowi naik calon presiden, otomatis wakil jadi gubernur kan, bangun lah delapan gedung, dari 5,6,7,8,9,10,11,12," ungkap Wahyu.
"Ini A,B,C,D, (dibangun) Jokowi. Nah itu 2014 baru direlokasi lagi, jadi relokasinya bertahap," lanjutnya.
Meski begitu, Wahyu mengaku perjuangannya mendapat kenyamanan di Rusunawa Muara Baru tidaklah mudah.
Dia dan keluarga kecilnya yang tinggal berempat, pernah kesulitan mendapat air bersih dan penerangan.
"Dulu fasilitas lampunya belum ada, air bersihnya belum ada, kami kena musibah banjir, banjir kurang lebih 2 meter. Jadi Bapak Jokowi menyarankan gini, silakan yang rumahnya hanyut atau roboh kena banjir, tempatin rusun," kata Wahyu.
"Jadi rusun ini kan fasilitas lampu belum ada apalagi air belum ada, karena warga kepepet waktu itu 2013 yang korban banjir, dengan sendirinya kami huni," lanjutnya.
Baca juga: Pemprov DKI Harus Kasih Subsidi Warga Eks Rusunawa Marunda yang Direlokasi ke Nagrak
Dia berujar, kala itu dia hanya menggunakan lilin dan lampu tempel sebagai penerangan saja, sebab tak ada pilihan lain.
Beruntung, di tahun yang sama ada pendataan warga yang tinggal di Rusunawa Muara Baru, sehingga dia dan keluarga bisa tinggal di sana.
Di akhir, Wahyu mengungkap jika meski sudah tinggal puluhan tahun, namun ia kerap kesal lantaran penghuni rusun yang suka buang sampah sembarangan.
Walhasil, lanjut dia, rusun menjadi kurang terawat dan nampak usang, termasuk fasilitas di dalamnya.
"Usang. Kadang-kadang penghuninya enggak mau tahu menahu. Maksud saya juga jangan ngandelin pengelola, kadang-kadang warga juga jorok," pungkasnya. (m40)