Garda Terdepan
Alih-alih mendapat apresiasi dari lingkungan rumahnya, tenaga kesehatan di DKI Jakarta justru mendapatkan stigma.
Terutama, bagi tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, tenaga kesehatan di wilayah setempat mengalami tekanan yang cukup besar.
• Dianggap Bisa Jerat Siapa Saja Tanpa Alat Bukti Kuat, Kivlan Zen Uji Materi Undang-undang Darurat
Selain tekanan karena pekerjaannya yang berhadapan dengan penyakit menular, mereka juga mendapat perlakuan yang kurang bersahabat dari masyarakat di tempat tinggalnya,
“Tenaga medis ini mengalami tekanan besar dari pekerjaan, karena sudah mengenakan APD (alat pelindung diri), praktis tidak bisa lakukan apa-apa."
"Karena tidak bisa dibuka APD itu sampai 4 jam, bahkan kalau sanggup 6 jam,” kata Anies Baswedan saat menerima bantuan dampak Covid-19 dari PT Repower Asia Tbk, Selasa (5/5/2020) lalu.
• Transportasi Massal Boleh Beroperasi Lagi ke Luar Daerah Mulai 7 Mei 2020 tapi Penumpangnya Khusus
Oleh pemerintah, kegiatan itu dipublikasikan melalui akun YouTube Pemprov DKI Jakarta, Rabu (6/5/2020).
Kata Anies Baswedan, para tenaga kesehatan juga mengalami hal berat ketika berada di tempat tinggalnya.
Warga di sekitar rumahnya cenderung ‘menjauhi’ tenaga kesehatan karena tahu mereka menangani pasien Covid-19.
• Pejabat Negara Dibolehkan Bepergian Asal Tidak Mudik, Komisi V DPR Minta Syarat Tes Covid-19 Negatif
Karena itu, Pemprov DKI Jakarta menyiapkan 700 tempat tidur di hotel yang dikelola Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta, PT Jaktour, untuk tenaga kesehatan.
“Kami ingin mengubah, bahwa tenaga medis itu bukan sebagai garda depan."
"Ini berbeda dengan kejadian bencana alam, bahwa garda terdepan adalah tenaga medis.”
• BIN Gelar Rapid Test di Terowongan Kendal Menteng, yang Positif Langsung Diantar ke Wisma Atlet
“Tapi dalam Covid-19 ini, garis depan adalah kita semua."
"Kalau kita gagal mencegah dan jebol pertahanan (kesehatan) kita, jadi pasien lalu masuk garda belakang."