MENTERI Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly mengatakan, isi RKUHP tidak mungkin bisa digodok ulang dari awal.
Jika itu dilakukan, katanya, maka sampai Lebaran kuda pun pengesahannya tak bakal terwujud.
"Untuk mengatakan 'kamu ulang kembali ini', ah no way."
• KRONOLOGI Mahasiswa Al Azhar Ditemukan Kritis Saat Demonstrasi Ricuh, Diletakkan di Atas Kardus
"Sampai Lebaran kuda, enggak akan jadi ini barang," ujar Yasonna Laoly di Kantor Kemenkumham, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (25/9/2019).
Menurut dia, pemerintah dalam mengambil atau memutuskan sebuah aturan di Indonesia, tidak mungkin meminta persetujuan dari 260 juta penduduk Indonesia.
Apalagi, Indonesia adalah negara heterogen yang punya berbagai suku dan budaya.
• UNGKIT Dirinya Dituding Sebagai Penjahat HAM Timor Timur, Wiranto: Kadang Kita Dibodohi Hukum
Di mana, masing-masing dipastikan punya persepsi atau pandangan berbeda terhadap suatu hal.
Sehingga, tidak mungkin mengakomodasi seluruh perbedaan pandangan tersebut ke dalam satu aturan.
"Tidak mungkin kita mengambil persetujuan seluruh rakyat Indonesia 260 juta untuk UU ini, karena Indonesia negara yang heterogen."
• KISAH Wiranto Tak Tahu Buah Hatinya Meninggal Saat Bertugas di Timor Timur
"Dari Aceh Sumut, Sumbar, sampai Papua sana berbeda kultur, beda budaya, beda persepsi. Maka memaksakan itu semua seragam enggak bisa," paparnya.
Meski begitu, Yasonna Laoly menyatakan siap menjelaskan kepada publik jika ada masyarakat yang kurang paham dan belum mengerti tentang beberapa pasal di RKUHP.
Bahkan, pihaknya siap membahas jika masyarakat menganggap ada pasal kontroversial di RKUHP.
• OGAH Terbitkan Perppu Batalkan Revisi UU KPK, ICW Usulkan Penghargaan untuk Jokowi Ini Dicabut!
"Jadi kami akan nanti menjelaskan kepada publik kalau misalnya masih kurang ngertos."
"Atau memang ada yang betul-betul perlu kita bahas beberapa pasal yang kontroversial, itu siap," ucap Yasonna Laoly.
Ricuh Sampai Dini Hari
Kericuhan aksi massa di sekitar Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, belum berakhir hingga Rabu (25/9/2019) sekira pukul 00.10 WIB,
Dini hari tadi, kericuhan bergeser ke flyover Slipi, Jakarta Barat, dan sekitaran Hotel Mulia, Senayan.
Massa mulai bergeser. Aparat kepolisian bergerak menjauhkan massa dari Gedung DPR MPR. Situasi di depan Gedung DPR arah Semanggi kemudian mulai kondusif.
• ADA Demonstrasi Mahasiswa di Depan MPR/DPR, Ini Pengalihan Rute Bus TransJakarta
Hanya bekas gas air mata yang masih menyengat. Sampah-sampah botol plastik berserakan di jalan. Ratusan aparat masih berjaga hingga ke area Gedung TVRI.
Namun, kericuhan sempat meletup lagi di Gedung DPR arah flyover Slipi. Massa melempari batu ke arah polisi. Tembakan gas air mata diletuskan. Massa masih bertahan.
Di belakang Gedung DPR, Jalan Gelora, masih terdengar sesekali bunyi petasan. Brimob Polri masih berjaga dengan tameng lengkap.
• MAHASISWA: Maaf Perjalanan Anda Terganggu, Sedang Ada Perbaikan Reformasi
Aparat kepolisian memukul mundur massa dari Hotel Mulia Senayan, ke arah Senayan City.
Satu pos penjaga di gerbang belakang Gedung DPR terlihat hancur. Kaca pecah berserakan.
Massa juga membakar satu bus warna hijau tua bertuliskan Yonif Mekanis dan jip bermerek Rubicon di belakang Gedung DPR/MPR, Jalan Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (24/9/2019) malam.
• JADWAL Lengkap Timnas Indonesia U19 di Kualifikasi Piala Asia 2020 dan Daftar 30 Pemainnya
Bentrokan massa dan aparat sempat terjadi di Jalan Gelora.
Massa membakar bus hijau milik TNI. Api menjalar, dan asap mengebul di awan. Selain bus, satu unit Jeep Rubicon juga terbakar.
Di dekat gerbang belakang DPR/MPR, satu pos pengamanan hancur. Kaca-kaca pecah, beling berserakan di tanah.
• JOKOWI Minta DPR Tunda Sahkan RKUHP, Komisi III Salahkan Menkumham Yasonna Laoly
Bentrokan antara mahasiswa dan polisi juga menjalar ke Stasiun Palmerah.
Pantauan Tribunnews, semua gerbang menuju kompleks parlemen ditutup.
Selain aparat kepolisian, juga tampak aparat TNI dari Korps Marinir berjaga di sekitar Kompleks Parlemen.
• INI 11 Materi Baru dalam RUU Pemasyarakatan yang Batal Disahkan DPR Hari Ini
Lebih dari 10 truk dan bus Marinir terparkir di dalam kompleks Parlemen. Mereka dilengkapi tameng serta pentungan.
Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) masih berada di Kompleks Parlemen hingga malam.
Bamsoet meminta para mahasiswa menurunkan tensi unjuk rasa. Bamsoet pun membuka diri berdialog.
• DINILAI Terapkan Standar Ganda, Jokowi Lewatkan Dua Peluang Emas untuk Selamatkan KPK
"Saya tawarkan kalau mau berdialog sebaiknya saya menerima di dalam supaya dialognya lebih tenang, tapi adik-adik mahasiswa meminta pimpinan keluar," paparnya.
Tak Pakai Almamater
Mulai sekitar pukul 22.00 WIB, massa yang berunjuk rasa sebagaian besar menggunakan pakaian bebas dan bukan almamater.
Massa ini lah yang membakar Pos Polisi (Pospol) di pintu belakang Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2019) malam.
Pantauan Tribunnews, sekitar pukul 23.10 WIB, massa membakar Pospol di pintu masuk bagian belakang Gedung DPR.
• TAHU dari Twitter, Pria Berjenggot Ikut Main Video Vina Garut Setelah Bayar Rp 600 Ribu
Massa membakar dengan melemparkan bom molotov ke arah pospol.
Tak lama berselang, api membakar pospol dan warung makan dekat Stasiun Palmerah itu.
Massa juga terlihat beringas dengan melempari bom molotov dan batu ke arah dalam Gedung DPR.
• PRIA Berjenggot Pemain Video Vina Garut Diciduk Polisi, Sempat Kabur ke Luar Jawa
Polisi yang berjaga di area dalam Gedung DPR menghalau massa dengan menembakan gas air mata.
"Ini enggak tahu saya mau pulang. Kami enggak kenal mereka," kata Irsyad, mahasiswa Universitas Tarumanegara, saat ditemui di lokasi, Selasa (24/9/2019) malam.
Setelah membakar bus di halaman Perbakin, kerusuhan menyebar ke arah Gelora Bung Karno.
• Jalan Depan Gedung DPR/MPR Ditutup karena Unjuk Rasa Mahasiswa, Ini Pengalihan Arus Lalu Lintasnya
Tembakan gas air mata tetap diluncurkan oleh kepolisian.
Massa yang awalnya terkumpul di sekitaran Kelurahan Gelora hingga Perbakin, menyebar ke jalan arah Kemenpora-TVRI, dan Gelora Bung Karno. (Danang Triatmojo)