Berita Nasional

Hadiri Halalbihalal Pengurus Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate di TMII, Ini Pesan Ketum PP PSHT

Hadiri Halalbihalal Pengurus Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate di TMII, Ini Pesan Ketum PP PSHT

|
Editor: Dwi Rizki
Istimewa
Halalbihalal PP PSHT - Ketua Umum PP PSHT, Muhammad Taufiq dalam Halalbihalal Pengurus Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) di Museum Purna Bhakti Pertiwi TMII, Cipayung, Jakarta Timur pada Minggu (20/4/2025).  

Pada tahun 2022, organisasi PSHT telah menginjak usia yang ke 100 tahun, seharusnya bisa dijadikan contoh bagi organisasi pencak silat lainnya.

Dikarenakan persaudaraannya yang kekal abadi inilah, PSHT mampu bertahan hingga satu abad lamanya.

Konflik terkait kepemimpinan PSHT sebenarnya sudah pernah terjadi.

Contohnya saja pada tahun 1974, dengan ditunjuknya RM Imam Koesoepangat oleh RM Soetomo Mangkoedjojo sebagai ketua umum PSHT.

Hal ini dilakukan karena prestasi yang diraihnya, sehingga PSHT bisa tersebar ke luar Madiun. 

Dengan terpilihnya Imam Koesoepangat, ada pihak yang merasa kecewa yaitu Santoso Kartoatmodjo.

"Menurut beliau, masih ada sesepuh yang lebih layak dan pantas untuk memimpin PSHT," tulis Muhammad Fauzi. 

"Namun Mas Imam Koesoepangat menyelesaikan masalah tersebut tidak dengan menghina, menjatuhkan, serta mengeluarkannya dari organisasi. Melainkan anak-anak dari Santoso Kartoatmodjo dijadikan tokoh sejarah sebagai pelatih senam dasar pertama di PSHT," bebernya.

Hal ini katanya patut dijadikan contoh bagi pemimpin saat ini. 

Karena dengan adanya dualisme kepemimpinan di PSHT, yang menjadi korban adalah anggota di arus bawah.

Meskipun begitu, mereka senantiasa mengharapkan bersatunya PSHT seperti sediakala, tanpa adanya perebutan kursi kepemimpinan. 

Lalu bagaimana cara kita sebagai arus bawah menyikapi dualisme di PSHT?

Sebagai insan PSHT yang dididik untuk menjadi manusia yang berbudi luhur tahu benar dan salah.

"Tentunya menjadi hal yang konyol apabila kita mudah menghakimi sesama anggota PSHT, merasa paling benar dan saling menyalahkan. Sedangkan kita tahu hal itu bukanlah bagian dari keluhuran budi yang kita tuju," ungkap Muhammad Fauzi.

Bicara mengenai benar dan salah, kedua pemimpin PSHT saat ini tidak ada yang mau disalahkan, semua memiliki pembenarannya masing-masing.

Intinya, cara yang paling efektif untuk menghindari perang saudara salah satunya harus ngalah,ngalih,ngemong.

"Saudara satu kandung saja banyak yang tidak bisa akur apalagi sebatas saudara se-organisasi. Karena sejatinya manusia Setia Hati bukan mengaku, melainkan diakui," ungkap Muhammad Fauzi.

"Yang menilai diri kita bukanlah diri kita, melainkan orang disekitar kita atau orang lain. Begitu pula yang mengetahui kesalahan kita ya orang lain bukan diri kita. Karena terkadang manusia sudah jelas salah tetap saja membela diri agar terlihat benar," jelasnya.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved