Berita Jakarta
PT KAI Subsidi KRL Jabodetabek Pakai NIK, Pengamat: Waktunya tak Tepat, Benahi Dulu Fasilitasnya
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno tak setuju dengan ide PT KAI yang hendak memberikan subsidi lewat NIK pada 2025.
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Valentino Verry
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pro kontra terkait wacana pemerintah yang hendak mengubah skema pemberian subsidi tiket commuter line (KRL) Jabodetabek menjadi berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK), masih bergulir di masyarakat terutama pengguna transportasi umum.
Bahkan, pengamat transportasi Djoko Setijowarno ikut menyoroti soal rencana perubahan tarif tersebut.
Menurut Djoko, wacana yang sudah dibahas sejak 2018 itu akan berdampak baik pada perbaikan transportasi umum di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
Kendati demikian, Djoko menyebut jika penggelontoran wacana itu tidak tepat dilakukan pada masa sekarang ini, di saat fasilitas KRL Jabodetabek masih kurang baik.
Baca juga: Wacana Tarif KRL Berbasis NIK, Pengamat Ingatkan Dampaknya untuk Transportasi Daerah 3T
"Ini ramainya karena pada saat ini kondisi KRL itu kan tidak begitu bagus, kami sudah mengusulkan pada 2022 agar segera mengganti untuk kereta-kereta yang sudah uzur (tua), namun pada saat itu kementerian selalu mengulur-ulur," kata Djoko saat dikonfirkasi, Senin (2/9/2024).
"Jadi kasian bagi teman-teman yang biasa rangkaian 12 ada tinggal 10, tinggal 8, berdesak-desakan," imbuh dia.
Padahal, pengguna KRL perharinya saat ini mencapai 1 juta orang, naik berkali-kali lipat dari angka pertama 350.000 pengguna.
Oleh karenanya, Djoko meminta agar pemerintah konsen memperbaiki sistem transportasi publik agar nyaman untuk pengguna, sebelum menyesuaikan tarif KRL berdasarkan NIK.
Baca juga: Terintegrasi, Stasiun Cikarang Kini Layani KRL, KA Lokal Hingga Kereta Api Jarak Jauh
Terkait penyesuaian NIK, Djoko menjelaskan jika pengguna KRL akan tetap mendapatkan subsidi, namun akan diatur realisasinya.
Seperti pada hari libur nasional yang kebanyakan moda transportasi digunakan publik untuk wisata dan berpergian, anggaran subsidinya bisa dipangkas untuk dialihkan ke wilayah lain yang membutuhkan.
"Jadi pada akhir pekan dikurangi subsidinya, karena itu akan digunakan atau dialihakan untuk saudara tertinggal, yang sampai saat ini belum menikmati transportasi umum," kata Djoko.
Kendati demikian, Djoko memastikan jika nantinya tidak semua pengguna KRL merasakan kenaikan harga. Pasalnya, akan ada tarif dasar yang dipatok pemerintah untuk moda transportasi umum.
Djoko mencontohkan, penyesuaian tarif itu seperti transportasi umum di Jawa Tengah.

"Ada Trans Jateng, Trans Semarang, Batik Solo Trans, masing-masing punya tarif dasar. Misalnya Trans Jateng tarif dasarnya Rp 4.000 kemudian bagi pelajar, guru, itu disubsidi bayar Rp 2.000," jelas Djoko.
"Tapi untuk lansia, pelajar, mahasiswa, disabilitas itu hanya bayar Rp 1.000. Jadi tetap subsidi," lanjutnya.
Cegah Kelompok Anarkis Masuk ke Permukiman, Warga Palmerah Jakarta Barat Bersama-sama Jaga Kampung |
![]() |
---|
Jalan Asia Afrika Kembali Normal Usai Kericuhan, Massa Bertahan di Depan Senayan City |
![]() |
---|
AI di ITCS Tidak Terelakkan, Basri Baco Ingatkan Jangan Sampai Hapus Peran Manusia |
![]() |
---|
Dua Tahun Beroperasi, LRT Jabodebek Layani 43 Juta Penumpang |
![]() |
---|
Pemprov DKI Jakarta Dinilai Berpihak ke Rakyat, DPRD Ingatkan Tantangan Banjir hingga Kemacetan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.