Berita Nasional
Meski Kasus Cacar Monyet Meningkat, Pemerintah Belum Jual Bebas Vaksin Mpox, Dikhususkan Bagi LGBT
Meski Kasus Cacar Monyet Meningkat, Vaksin Mpox Belum Dijual Bebas, Dikhususkan Bagi Lelaki Suka Sesama Jenis
Penulis: Miftahul Munir | Editor: Dwi Rizki
WARTAKOTALIVE.COM, GAMBIR - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat 88 kasus cacar air atau Mpox di Indonesia beberapa waktu lalu.
Kepala Pelayanan Medik RSUD Tamansari, dr Ngabila Salama mengatakan, saat ini vaksinasi Mpox belum terjual bebas.
Pihaknya kata Ngabila, masih fokus pemberian kepada tenaga kesehatan dan kelompok rentan tertular kasus Mpox.
"Masih sesuai dengan pedoman Kemenkes RI mengenai vaksin Mpox tahun 2023 bahwa sasaran vaksinasi program (gratis dari pemerintah) masih ditentukan oleh tenaga kesehatan di mana sasaran adalah kelompok berisiko tinggi, di antaranya lelaki suka lelaki atau lelaki seks lelaki, kontak erat dari kasus positif di Indonesia," kata Ngabila pada Rabu (21/8/2024).
Namun, Ngabila berharap vaksin Mpox ini kedepan bisa dijual bebas karena saat ini beberapa negara mensyaratkan vaksinasi tersebut untuk masuk ke negaranya.
"Sehingga dibutuhkan bukti vaksinasi dari kartu kuning atau International Certificate Vaccination (ICV) untuk pelaku perjalanan," imbuhnya.
Waspada Kasus Cacar Monyet Terbaru, Ini Gejalanya
Waspada dengan penyakit cacar monyet atau monkeypox (Mpox) yang kini makin bertambah jumlah pasiennya di Indonesia.
Kementerian Kesehatan mengumumkan pada Sabtu (17/8/2024) terdapat 88 kasus terkonfirmasi Mpox.
Bagaimana gejala Mpox dan penyebarannya ?
Gejala dan Tanda Cacar Monyet
Pada manusia, gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air, namun lebih ringan.
Gejala dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan.
Perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah bahwa cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak.
Baca juga: Satu Pasien Cacar Monyet di Jakarta Alami Kondisi Berat dengan Komorbid
Masa inkubasi cacar monyet biasanya berkisar dari 6 hingga 13 hari tetapi dapat pula 5 hingga 21 hari.
Gejala dan tanda cacar monyet :
- Sakit kepala
- Demam akut lebih dari 38,5 derajat Celcius
- Limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening)
- Nyeri otot/Myalgia
- Sakit punggung
- Asthenia (kelemahan tubuh)
- Lesi cacar (benjolan berisi air ataupun nanah pada seluruh tubuh)
- Dalam 1 sampai 3 hari (kadang-kadang lebih lama) setelah munculnya demam, penderita akan mengalami ruam, sering dimulai pada wajah kemudian menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Penyakit ini biasanya berlangsung selama 2−4 minggu.
Di Afrika, cacar monyet telah terbukti menyebabkan kematian pada 1 dari 10 orang yang terinfeksi penyakit tersebut.
59 kasus di Jakarta
Secara rinci, kasus tersebar di DKI Jakarta sebanyak 59 kasus konfirmasi, Jawa Barat 13 kasus konfirmasi, Banten 9 konfirmasi, Jawa Timur 3 konfirmasi, Daerah Istimewa Yogyakarta 3 konfirmasi, dan Kepulauan Riau 1 konfirmasi.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 87 kasus telah dinyatakan sembuh.
Jika dilihat tren mingguan kasus konfirmasi Mpox di Indonesia dari tahun 2022 hingga 2024, periode dengan kasus terbanyak terjadi pada Oktober 2023.
Plh. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr. Yudhi Pramono, MARS mengatakan, dari 88 kasus yang dikonfirmasi, sebanyak 54 kasus memenuhi kriteria untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS) guna mengetahui varian virusnya.
Baca juga: Monyet Jadi Korban Stigma Sakit Monkeypox, Prof Tjandra Yoga Aditama Minta Ganti Nama Jadi Mpox
“Dari 54 kasus ini seluruhnya varian Clade IIB. Clade II ini mayoritas menyebarkan wabah Mpox pada Tahun 2022 hingga saat ini dengan fatalitas lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual,” ujar dr. Yudhi pada konferensi pers Perkembangan Kasus Mpox di Indonesia, Minggu (18/8/2024).
Terdapat dua Clade Monkeypox virus, yakni Clade I berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade 1a.
Subclade 1a ini memiliki case fatality rate (CFR) lebih tinggi daripada clade lain dan ditularkan melalui beberapa mode transmisi.
Sementara itu, subclade 1b ditularkan sebagian besar dari kontak seksual dengan CFR 11 persen.
Berbeda dengan Clade I, Clade II berasal dari di Afrika Barat dengan subclade IIa dan IIb dengan CFR 3,6 persen .
Clade II memiliki CFR rendah dengan kasus sebagian besar berasal dari kontak seksual pada saat wabah pada 2022.
Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, SPKK(K), dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) mengatakan, varian Mpox Clade I, baik 1a maupun 1b, belum terdeteksi di Indonesia.
Sejak 2022 hingga saat ini, varian yang ditemukan di Indonesia adalah varian Clade II.
“Clade I memang menurut refleksi angka fatalitas rate nya relatif lebih tinggi dibanding Clade II, terus kemudian varian ini biasanya disebabkan oleh close contact (kontak erat), tidak melulu seksual kontak,” ucapnya.
Karena Mpox terutama menyerang kulit, dr. Prasetyadi mengimbau kepada siapa pun yang dicurigai terinfeksi Mpox dan muncul gejala untuk tidak melakukan manipulasi pada lesi yang ada di kulit seperti memencet, dan menggaruk, serta sebaiknya membiarkan lesi tersebut.
Sebab, lesi tersebut, baik yang basah maupun yang sudah mengering, berpotensi menularkan virus.
“Pasien juga tidak boleh berbagi barang-barang pribadi seperti handuk dan pakaian. Apabila terdapat benjolan atau bintil dan mengalami luka atau erosif, sebaiknya segera diberi obat,” ucapnya.
Sebagai upaya pencegahan, Kemenkes telah melakukan surveilans di seluruh fasilitas kesehatan, melakukan penyelidikan epidemiologi bersama komunitas dan mitra HIV/AIDS, menetapkan 12 laboratorium rujukan secara nasional untuk pemeriksaan Mpox, serta melakukan pemeriksaan WGS.
Untuk obat-obatan, Kemenkes sudah menyiapkan pemberian terapi simtomatis, tergantung derajat keparahan kasus.
Pasien dengan gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan dari puskesmas setempat, sedangkan pasien dengan gejala berat harus dirawat di rumah sakit.
Perlu diketahui oleh masyarakat, Dr. Yudhi menjelaskan, Mpox menular melalui kontak langsung dengan ruam bernanah di kulit, termasuk saat berhubungan seksual.
“Orang yang berhubungan seks dengan banyak pasangan dan berganti-ganti berisiko tinggi tertular Mpox. Kelompok risiko utama adalah laki-laki yang melakukan seks dengan sejenis,” tutur dr. Yudhi.
Ia mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker medis jika merasa tidak sehat. Jika muncul gejala seperti ruam bernanah atau keropeng pada kulit, segera periksakan diri ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit terdekat.
Cacar Air Sangat Cepat Menular, Waspadai Komplikasinya
Cacar air, atau dikenal dalam istilah medis sebagai varicella, adalah penyakit sangat menular yang disebabkan oleh virus varicella-zoster (VZV).
Infeksi virus ini menyebabkan ruam kemerahan pada kulit yang gatal disertai lesi berisi cairan.
Cacar air rentan menyerang anak-anak terutama di usia sekolah, dan seringkali dianggap sebagai penyakit ringan.
Baca juga: Sering Dianggap Penyakit Ringan, Cacar Air Ternyata Bisa Menyebabkan Radang Otak hingga Pneumonia
Padahal, penyakit ini berpotensi menyebabkan berbagai komplikasi serius.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan pencegahan risiko serta komplikasi penyakit cacar air pada anak, terutama melalui pemberian imunisasi varisela.
Cacar air memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi, bahkan dapat menjadi wabah di suatu komunitas.
Baca juga: INI Beda Gejala Cacar Air, Cacar Monyet, dan Cacar Biasa, Semuanya Bisa Sembuh Sendiri
Virus penyebab cacar air ini dapat menular dari orang ke orang di tempat yang sama melalui droplet (percikan cairan) atau kontak langsung seperti saat menyentuh kulit yang terinfeksi cacar air.
Selain itu, virus ini juga bisa menyebar melalui udara yang terkontaminasi oleh partikel virus dari pernapasan orang yang terinfeksi, terutama apabila menghirup partikel dari cairan lepuh pada kulit yang terkena cacar air.
dr Mas Nugroho Ardi Santoso, dokter anak dan Edukator Kesehatan dan Penggiat Kemanusiaan, menjelaskan, penularan cacar air terjadi ketika seseorang yang terinfeksi cacar air menyebarkan virus ke orang lain yang belum pernah terkena virus tersebut.
Baca juga: Tekan Penyebaran Cacar Monyet, Dinkes DKI Ingatkan Berhubungan Seks dengan Aman dan Sehat
"Tingkat penularannya sangat tinggi, hingga mencapai 90 persen," katanya pada Wartakotalive.com, Senin (8/7/2024).
Artinya, lanjut dia, "Seseorang yang tidak memiliki kekebalan dan berada dalam kontak dekat dengan penderita cacar air berpotensi besar untuk tertular."
Dokter Ardi menyebutkan, seseorang yang terinfeksi varicella bisa menularkan virus mulai 1 hingga 2 hari sebelum timbulnya ruam hingga semua lesi cacar air mengering.

Bahkan, masih dianggap menular hingga tidak ada lesi baru yang muncul selama 24 jam.
Cacar air ditandai dengan gejala awal berupa demam ringan yang timbul setelah 10 hingga 21 hari tubuh terpapar virus varicella.
Setelah 1 hingga 2 hari, muncul ruam kemerahan di dada, punggung, dan wajah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
Baca juga: 10 Ekspektasi Realistis Olahraga untuk Hidup Lebih Sehat
Ruam pada cacar air seringkali terasa gatal dan berkembang dengan cepat dari tahap awal berupa lesi yang merah (makula), kemudian menjadi tonjolan (papular) dan akhirnya berisi cairan (vesikuler) sebelum mengering.
Gejala ini biasanya berlangsung selama 4 hingga 7 hari sampai semua lesi menjadi koreng.
Cacar air berisiko memicu komplikasi yang lebih serius, khususnya pada bayi, remaja, orang dewasa, wanita hamil, dan pasien immunocompromised (orang yang memiliki masalah dengan sistem imun).
Baca juga: Ciptakan Perubahan Positif, Ribuan Sekolah di Indonesia Diajak Terapkan Gaya Hidup Sehat
Beberapa komplikasi tersebut antara lain: infeksi bakteri pada luka kulit akibat cacar air - umumnya dialami pada anak-anak dan pneumonia atau radang paru-paru pada orang dewasa yang muncul setelah terkena cacar air.
Ada juga gangguan pada sistem saraf pusat, mulai dari radang selaput otak hingga radang otak.
Tingginya potensi penularan cacar air dan risiko komplikasinya semakin meningkatkan urgensi pencegahan risiko penyakit ini, utamanya melalui pemberian imunisasi varisela.
"Penularan cacar air pada anak paling tinggi terjadi di lingkungan sekolah. Sebagai contoh, apabila seorang anak terkena cacar air, maka dia dapat menularkan penyakit ini kepada anak-anak lainnya di lingkungan sekolah tersebut," ujarnya.
Vaksin
Imunisasi varisela penting diberikan pada anak untuk melindungi mereka dari risiko terkena cacar air ini.
Anak yang sudah divaksinasi memiliki risiko terkena cacar air yang sangat rendah, dan jika terinfeksi, gejalanya lebih ringan daripada yang tidak divaksinasi.
Apabila belum melakukan vaksinasi varisela, disarankan untuk melakukan vaksinasi dalam 3-5 hari setelah kontak dengan penderita cacar air.
Baca juga: Waspada! Tujuh Kasus Cacar Monyet Ditemukan di Jakarta Selatan, Simak Ini Cara Mencegahnya
Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), vaksin varisela diberikan secara lengkap dua dosis pada anak mulai usia 12-18 bulan dengan interval 6 minggu sampai 3 bulan.
Adapun pada anak usia 13 tahun atau lebih diberikan juga 2 dosis dengan interval 4 sampai 6 minggu.
Dua dosis vaksin varisela efektif hingga 90 persen mencegah cacar air dan mengurangi risiko komplikasi yang mungkin muncul.
Baca juga: Berikut Poin-poin Rekomendasi dari PB IDI yang Diprioritaskan untuk Menerima Vaksin Cacar Monyet
"Dengan memberikan imunisasi kepada anak-anak, kita dapat mencapai kekebalan kelompok yang tinggi (herd immunity), yang dapat melindungi individu yang rentan dan tidak dapat divaksinasi," kata dr Ardi.
"Ini berarti bahwa imunisasi varisela bukan hanya melindungi individu yang mendapatkan vaksin, tetapi juga berperan dalam melindungi seluruh komunitas dari ancaman wabah penyakit cacar air," lanjutnya.
Gibran Diduga Tidak Dilibatkan Reshuffle Kabinet, Begini Reaksi Jokowi |
![]() |
---|
Berapa Utang Tutut Soeharto Hingga Dicekal Menteri Keuangan RI? |
![]() |
---|
KPK Ungkap Ustaz Khalid Basalamah Korban Pemerasan Korupsi Haji Khusus |
![]() |
---|
Rekaman CCTV Detik-detik Nabire Diguncang Gempa 6,5 Magnitudo |
![]() |
---|
Suasana Nabire Usai Diguncang Gempa 6,5 Magnitudo, Jembatan Rusak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.