Pilkada
Agus Supriatna Sedih Elit Parpol Idolai Kotak Kosong di Pilkada: Itu Pengkhianatan pada Demokrasi!
Mantan KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna sedih melihat demokrasi Indonesia yang kian menurun jelang pilkada, terutama munculnya wacana kotak kosong.
Kondisi demikian, terutama di Jakarta, disinyalir Agus sengaja diciptakan oleh KIM agar calon yang mereka usung menang melawan kotak kosong.
"Karena melawan kotak kosong, maka meskipun calonnya belum tentu bagus, nyaris dapat dipastikan menang. Justru rakyat yang rugi karena tidak ada pilihan lain. Demokrasi pun terkebiri dan teramputasi," sesalnya.
Dengan terpilihnya calon dari KIM, atau KIM Plus, kata Agus, maka mereka dapat mempertahankan hegemoni dan oligarkinya.
"Tujuan mereka hanya melanggengkan kekuasaan, bukan untuk menyejahterakan rakyat," tukasnya.
Belajar dari Pilkada Kota Makassar 2018, Agus kemudian mengajak elite-elite politik tidak melakukan rekayasa untuk mengebiri demokrasi dengan mengondisikan munculnya kotak kosong dalam Pilkada 2024.
"Makin banyak calon justru makin baik bagi demokrasi, karena rakyat punya pilihan yang lebih banyak. Kalaupun terpaksa muncul kotak kosong, bisa jadi justru kotak kosong yang akan menang, karena kedaulatan memang berada di tangan rakyat, bukan di tangan para politisi busuk yang melakukan rekayasa agar calon yang mereka dukung melawan kotak kosong itu memang. Itu langkah pengecut sebenarnya," tandas Agus.
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin buka suara terkait wacana Ridwan Kamil (RK) yang akan maju di Pilgub Jakarta melawan kotak kosong.
Menurut Ujang, hal itu tidak baik bagi demokrasi lokal Jakarta. Dia menyayangkan hal tersebut terjadi di mana nantinya warga Jakarta hanya akan disuguhkan dengan satu pilihan melawan benda mati.
Pernyataan tersebut disampaikan Ujang menguatnya Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus yang dikabarkan akan mengusung RK sebagai calon tunggal.
Ujang mengatakan, jika PKS, NasDem dan PKB nantinya benar-benar bergabung dengan KIM plus.
Maka hanya tinggal PDIP sendiri sebagai partai di luar KIM Plus.
Namun, Ujang mengatakan, situasi sulit tetap tidak bisa diatasi.
Karena kursi PDIP tidak cukup untuk mengusung calon gubernur dan wakil gubernur sendiri.
"Dengan strategi koalisi gemuk, memborong partai membuktikan bahwa ada dorongan kuat untuk melawan kotak kosong. Karena Anies gagal berlayar," jelas Ujang, Sabtu (10/8/2024).
Dengan begitu, Ujang menyebut, warga Jakarta nantinya tidak akan punya pilihan alternatif untuk memilih calon pemimpin Jakarta 2024-2029. Ini juga disebut akan merusak demokrasi.
PSU Pilkada Papua Sengit, Dua Paslon Klaim Menang, Ini Perolehan Suara Versi QC |
![]() |
---|
Gubernur Kalsel Muhidin Tanggapi Denny Indrayana Soal Hasil PSU Banjarbaru |
![]() |
---|
Delapan Daerah Gelar Pemungutan Suara Ulang, Mulai dari Kota Banjarbaru Sampai Bengkulu Selatan |
![]() |
---|
Senin Majelis Hakim MK Putus Sengketa Pilkada Bungo, Ini Bukti Kecurangan yang Terungkap |
![]() |
---|
Jelang Dilantik Prabowo Subianto, Sejumlah Pejabat Sudah Tiba di Istana Kepresidenan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.