Eksklusif Warta Kota
Mantan Menkes Siti Fadilah Supari Terkait Wolbachia, Pemerintah Wajib Transparan!
Terkait program penyebaran wolbachia di beberapa kota, mantan Menkes Siti Fadilah mepertanyakan dampak jangka panjang program
Penulis: Rendy Rutama | Editor: Dian Anditya Mutiara
Bahkan menurunkan kasus DBD di rumah sakit hingga 86 persen. Angka tersebut sangat menakjubkan.
Namun yang saya heran selama ini tidak ada masalah dengan DBD.
Kedua program Kemenkes untuk DBD menurut saya telah sukses (sebelum ramai teknologi Wolbachia--red) karena bisa mengendalikan DBD di Indonesia dengan angka kematian kurang dari satu persen.
Lalu pertanyaannya kenapa masih mengundang nyamuk?
Dalam keadaan seperti itu, warga Bali menolak penyebaran nyamuk wolbachia. Hal itulah yang membuat saya risau.
Saya percaya penelitiannya tidak ada masalah tetapi untuk implementasi di tengah masyarakat kan butuh justifikasi (pembenaran).
Lalu efek jangka panjang dari penelitian tersebut belum ada ekologi atau seperti apa? Lalu terhadap nyamuk yang lain itu seperti apa? Intinya belum sampai ke jangka panjang.
Menurut Anda dampaknya akan seperti apa?
Belum tahu. Banyak yang bilang itu bukan perubahan rekayasa genetika.
Saya pun heran karena kalau rekayasa umum, kalau tadinya nyamuk Aedes aegypti di Indonesia tidak mengandung telur wolbachia, kemudian direkayasa disisipkan telur lalu nyamuk ini bisa beranak-pinak menjadi nyamuk yang mempunyai telur wolbachia, ini mungkin namanya ada perubahan di reproduksinya.
Nyamuk yang tadinya tidak mempunyai telur (wolbachia) menjadi punya, dan ketika beranak kemudian sudah punya telur (wolbachia) juga.
Ke depannya saya belum tahu persis, rekayasa yang seperti ini pada jangka panjang itu hasilnya seperti apa.
Kalau rekayasa genetika yang konvensional itu bisa diprediksi tapi kalau ini tidak bisa diprediksi.
Baca juga: Warga Belum Banyak Tahu Soal Nyamuk Wolbachia, Pj Gubernur DKI Minta Dinkes Sosialisasi
Yang jelas, di Sri Lanka maupun Singapura mereka berhenti dari inovasi ini karena sekarang timbul nyamuk yang lebih ganas.
Di Singapura bahkan timbul 50 klaster nyamuk baru dan lebih dua kali lipat banyaknya sehingga mereka keluar dari program tersebut.
| Arief Rosyid Hasan Sebut Kompetensi Anak Muda Tak Cuma Pengalaman |
|
|---|
| Komando TKN Fanta Prediksi Setelah Gibran Dilantik Sanggup Beradaptasi Meski Minim Pengalaman |
|
|---|
| Pinkan Mambo Pernah Dibayar Cuma 30 Ribu Per 3 Jam hingga Digodain Om-om |
|
|---|
| Wakil Ketua Komisi E DPRD Elva Farhi Qolbina Bercita-cita Jadi Anggota Legislatif Sejak SMP |
|
|---|
| Pengobatan Alternatif Mak Erot Diminati dari Kalangan Pejabat hingga Artis, Hanya Pakai Rempah |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/Mantan-Menkes-Siti-Fadilah-Supari344.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.